Vote dulu sebelum baca.
•••••••
Nyatanya ....
Senja yang kau nanti
Tak jua memberi sepercik arti❥●••┈❀💌❀┈•••●❥
Adakah aksara antara rasa dan jarak?
~SOMEONE YOU LOVED~
Gathan masih sangat ingat dengan gadis berponi yang kala itu berlari padanya disaat sedang memanjat pohon mangga, lebih tepatnya pohon mangga milik Pak Yohan. Gadis dengan ransel merah itu menyebrangi jalanan desa dan menghampiri dirinya.
"Ngapain, dia? Mau mergokin gue?" tanya Gathan pada dirinya sendiri, sedang tangan kiri sibuk menenteng kantong plastik hitam yang berisikan mangga hasil curian.
Memasuki perkebunan Pak Yohan yang terletak di samping jalan desa, gadis itu berhenti tepat di pohon mangga yang Gathan panjat. Membuat pemuda ber-hoodie hitam itu merengut tak suka.
"Turun," bisik sang gadis dengan gelagat orang berbisik.
Alis Gathan terangkat sebelah, bukankah gadis itu anak Pak Yohan? Lalu, untuk apa menyuruhnya turun? Ingin mendramatisir penangkapan maling cilik dengan membawanya ke kantor kelurahan? Apapun itu, Gathan tak menyukai cara gadis ini.
"Ayo, turun," ulang sang gadis, kali ini dengan tangan yang ikut serta memanggil.
Mau tak mau, Gathan melompat dari ketinggian dua meter dan mendarat dengan gestur jongkok di hadapan sang gadis. Well, pendaratan yang cukup elit.
"Kamu yang selama ini nyuri buah mangga ayah aku?"
Tak ingin membuang waktu, sang gadis bertanya, bahkan sebelum Gathan bangkit dari jongkok. Benar-benar.
Dengan raut tak enak, Gathan menatap gadis berponi. "Kalau iya, kenapa? Gak suka? Laporin aja. Selesai."
Sang gadis menggeleng, membuat Gathan heran. "Aku nggak akan laporin kamu. Asal, kamu janji nggak bakalan nyuri buah mangga ayah lagi."
Tawa remeh keluar begitu saja dari bibir Gathan, membuat sang gadis mulai kesal. Setidaknya, baru kali ini gadis berponi itu bertemu dengan seorang pencuri yang secara gamblang ingin dilaporkan. Hell, dunia ini terlalu naif untuk orang-orang seperti itu.
Gathan bersidekap, mengabaikan kantong plastik hitam teronggok di samping kakinya. "Nggak mau."
"Kok, gitu?" tanya sang gadis dengan raut kesal. Bahkan, disaat kesal wajahnya terlihat begitu manis.
"Karena Pak Yohan itu pelit."
Hei, Bung!
Begitu lancang kalimat yang terlontar dari bibir Gathan barusan, membuat sang gadis menampakkan raut tak terima ketika ayahnya dikatakan "pelit".
"Maksudnya pelit?"
"Setiap panen, ayah lo itu nggak mau sekedar berbagi sama tetangganya. Pelit, 'kan?"
Sang gadis memutar bola mata malasa, "Kamu itu nggak tahu apa-apa. Setiap panen, buah mangga ini ayah jual buat nambahin biaya sekolah aku. Kami bukan orang berkecukupan yang kamu pikir bisa hidup hanya dengan gaji kecil ayah aku sebagai karyawan biasa."
Bisa Gathan lihat, ada kesedihan yang menyelubung samar di netra hitam milik gadis itu. Begitu kentara hingga rasa bersalah menghampiri pemuda satu ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Someone You Loved
Teen FictionApa jadinya ketika pewaris tunggal Keluarga Adithama harus rela hidup dibawah tekanan materi dan terjebak dalam ambisi yang mengharuskannya meyingkirkan seorang gadis yang dicintai? Berbagai drama yang diciptakan sang ayah hanya demi sebuah formalit...