SEPULUH

544 89 29
                                    

AKU LAGI ADA MOOD NULIS BUKU INI HUWAAAA SENANG

jangan bosen ya liat notif dari aku terus✌🏿

HAPPY READING🕊️

"Waktu tidak mungkin berjalan mundur. Tapi aku bisa. Mundur karena semesta yang selalu menolak untuk mempersatukan kita."
-Jisya

"KAK ICA, BANGUN IH KATANYA MAU KE RUMAH OM DERA SEBELUM KE ACARA KAMPUS!" Suara Yoenya terdengar hampir seantero rumah. Gadis berambut cokelat itu menggedor-gedor pintu kamar kakak keduanya dengan kencang. Sudah setengah jam ia membangunkan kakak perempuannya, kalau saja kamarnya tidak dikunci dari dalam pasti sedari tadi Yoenya sudah menyiram Jisya karena tidak bangun.

dor dor dor!

"KAK ICAAA!" teriaknya lagi.

Kemarin setelah dari kafe, Jisya memang memutuskan untuk pulang ke rumah karena tidak enak dengan Bonita dan tadi malam ia memang meminta adiknya untuk membangunkan nya pukul sembilan pagi karena ia memang sudah berniat ke rumah pamannya untuk bertemu dengan sepupunya yang kemarin menyuruhnya ke rumah.

"Adek, jangan berisik pagi-pagi." Teguran Simon tidak diacuhkan oleh Yoenya yang masih menggedor-gedor pintu kamar Jisya membuat lelaki itu mendengus kasar. Ia baru bisa tidur pukul lima pagi karena pekerjaan nya yang menumpuk, tetapi adiknya malah berisik pagi-pagi begini.

"Yoenya woy!" panggil Simon tanpa mengubah posisinya yang sedang memeluk pintu kamarnya dengan mata yang sedikit terpejam.

Yoenya menoleh dengan wajah yang kesal. "APAAN SIH, MAS? JANGAN GANGGU DEH."

Simon berdecak kesal. "Kamu yang jangan ganggu! Masih jam setengah sepuluh udah berisik!"

"Ya ini Kak Ica gak bangun-bangun!" balas Yoenya kesal.

cklek

Pintu kamar Jisya terbuka lebar, membuat fokus Yoenya dan Simon langsung teralihkan ke arahnya. Dan terpampanglah seorang gadis cantik dengan gaun putih berkancing selutut dengan bagian lengan sampai siku, dibagian pinggang nya terdapat tali yang Jisya ikat. Gadis itu menenteng tas ransel cream kotak-kotaknya dan sepasang kaos kaki putih.

"Kalian ngapain berantem disini?" tanya Jisya heran.

"KAKAK KENAPA GAK BILANG KALO UDAH BANGUN SIH?"

...

"ICAAA! YA TUHAN, ADEKKU SAYANG!" Pekikan laki-laki yang menjabat sebagai kakak sepupu oleh Jisya itu membuatnya terperanjat kaget.

"Bang Baki jangan teriak-teriak!" Jisya menatap galak kakak sepupunya yang sedang berlari kearahnya. Baki Anathoni Butar Butar.

Baki langsung menubruk tubuh kecil adik sepupunya yang masih berdiri di depan pintu utama rumahnya. "Kangen banget sama adek sepupu favorit Abang ih!"

Jisya membalas pelukan Baki sambil tertawa pelan. "Gak usah lebay! Kan Abang yang sok sibuk!"

Baki melepas pelukannya dan beralih memegang kedua pundak Jisya dengan wajah yang menunjukkan ekspresi sedih, lalu berkata dengan dramatis, "Abangmu yang paling ganteng ini beneran rindu, Ca. No tipu-tipu."

Jisya mendengus kesal. "Drama banget sih!"

Baki melepas genggamannya pada pundak adik sepupunya sambil mendengus kesal, kemudian menjitak kening Jisya. "Dikangenin sama cowo ganteng malah gitu, ngajak berantem?"

"Berisik ah. Om Dera mana?" tanya Jisya sambil berjalan memasuki rumah sepupunya yang di dominasi warna biru itu.

"Kerja lah, bujang," jawab Baki sembari mendudukan dirinya di sofa yang berada di ruang keluarga rumahnya.

Our Space | Taeyong - Jisoo [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang