EMPAT BELAS

446 67 22
                                    

tolong koreksi kalau ada yang salah, makasih

HAPPY READING!









Jisya menatap undangan pernikahan di tangannya dengan pandangan kosong. Pagi ini saat ia baru akan berangkat bekerja, tiba-tiba matanya menangkap sebuah undangan yang tergeletak di atas meja di teras rumahnya.

Undangan dengan nuansa ungu dan putih itu terlihat cantik, di bagian depannya ada sebuah ukiran bunga emas yang cantik dan gambar bayangan sepasang kekasih yang sedang berpelukan dengan mesra berwarna ungu.

Hati Jisya mendadak kosong dan sakit. Bohong kalau ia tidak merasa iri. Sejak hubungannya dengan Tama berakhir empat tahun lalu, Jisya menjadi wanita yang susah digapai para pria, karena pandangannya pada sebuah hubungan telah berubah.

Bukan lagi tentang dua sejoli yang sedang mabuk cinta, membangun hubungan yang hanya berdasarkan tentang suka sama suka. Dipandangan Jisya, kini sebuah hubungan bukan lagi tentang suka sama suka, tapi tentang keseriusan, komitmen.

Kini kemapanan seorang pria juga menjadi nilai utama untuk pasangannya kelak. Tidak hanya berdasarkan rasa suka atau cinta. Love can't keep us alive, Dude. Kita juga butuh kebutuhan pangan, dan sebagainya.

Jisya butuh seorang pria yang cocok untuk diajak ke jenjang yang lebih serius, bukan ke hubungan yang berjudul 'pacaran' lagi. Umurnya sudah dua puluh enam tahun, keponakannya sudah banyak, bahkan adiknya sudah memiliki kekasih. Sedangkan ia? Masih terjebak di masa lalu.

Hari ini Jisya mengenakan balutan baju berlengan panjang berwarna hitam polos dan outer berwarna peach tanpa lengan, dengan sebuah celana kulot putih panjang menutupi kaki jenjangnya, sepasang sepatu wedges putih bertali membalut kakinya. Rambut panjangnya ia ikat model ekor kuda dan sepasang anting berwarna merah muda menggantung, menghiasi bagian atasnya yang polos.

Diletakkannya kembali undangan cantik itu di atas meja ruang tamu, dan mengunci pintu rumahnya dari luar. Sembari mengunci pintu, sesekali ia membenarkan tali tas putihnya yang merosot.

Setelah memastikan tidak ada barang yang tertinggal, Jisya memasuki mobilnya dan bersiap untuk pergi menuju butiknya. Ia pun menjalankan mobilnya menuju butiknya yang ada di Kota Bandung, kota kesukaannya.

Selama perjalanan menuju butiknya, lagu yang terputar adalah lagu dari playlist-nya: That's Us - Anson Seabra.

I shoulda known it wouldn't happen 'cause it wasn't right
I shoulda known it 'cause it happens every God damn time
Almost thought we could've been something
Almost thought we could have tried, but
It didn't happen so I need you to get out my life

Jisya ikut menggumamkan lirik lagunya. Lagu yang sedikit-banyak-menggambarkan perasaannya selama empat tahun ini. Cerita tentang hubungannya dengan Tama yang memang tidak seharusnya terjadi.

But the other night I had you in my head
Called you on the phone
Want you stealing my time even though I said I wanna be alone
Oh and I should know this could never work
Oh, this could never end well
Know it's only human but I never learn
I want you for myself

Lirik demi lirik mengalun indah dari bibir mungil Jisya. Sesekali kedua matanya terpejam karena menghayati setiap bait lirik lagu yang dinyanyikan oleh Anson Seabra, penyanyi kesukaannya.

I can take the fall, the pain, the pleasure
And you can take it all, for worse, or better
But oh, what if we're wrong?
What if we're not all that we thought?
Then we won't make it along
But hey, I guess that's us

Our Space | Taeyong - Jisoo [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang