Ujian

1.2K 123 4
                                    

Sekali lagi saya peringatkan. Cerita ini hanya untuk pembaca berumur 18+. Karena di dalamnya mengandung kata - kata Vulgar, Kasar ataupun tak berbobot lainnya. Dan terdapat kalimat yang menjerumus pada hal yang tak boleh anak remaja ketahui.

This is Warning






Senja menampakan warnanya dengan malu - malu. Menembus cela jendela kecil yang berada di tengah gedung bertingkat lusuh. Menyadarkan sang gadis dengan cahayanya yang mengusik matanya.

"Ughhh! Kenapa silau sekali sih!" Geramnya yang mencoba menghalau cahaya yang terus mengusiknya. Hingga dengan berat hati ia pun bangkit. Menatap lemah jarum jam yang menunjukan angka lima. "Ini pagi apa sore yah?". Menengok kembali jendelanya dan berdenyit. "Kalau pagi tidak mungkin seterang itu!" Lirihnya.

Ia pun menghela nafas dengan pelan. Menggapai sebuah handphone kecil dan membuka layarnya. Menampilkan sebuah pesan yang membuatnya berjengit. Merespon tubuhnya untuk segera langsung menuju ke kamar mandi. Dan menyelesaikannya dengan cepat.
.
.
.
.
.
.
.
.
Hinata turun dari Bus dengan tergesa. Sesekali mengangkat tali tasnya di pundaknyanya. "Dari sekian banyak pengalaman. Baru kali ini aku melamar kerjaan di jam enam sore!" Gumamnya.

Hingga langkah cepatnya berhenti tepat di depan, sebuah gedung pencakar langit yang menampilkan sebuah huruf besar dengan lingkaran di sekelilingnya. NB . "Waahhh!" Hinata menatapnya takjub. "Ternyata perusahaan Ilegal lebih mewah dari yang Legal!" Gumanya pelan.

"Permisi! Ada yang bisa saya bantu?"

Hinata menengok. Menatap pria dengan tubuh besar membungkuk hormat padanya. Wajahnya cukup menyeramkan. Yang membuatnya ragu hanya untuk sekedar bertanya. "Umm... Saya mau melamar kerjaan disini!"

"Oh! Kalau begitu biar saya antar Nona...." ucapnya pelan yang kemudian membimbing Hinata memasuki sebuah Loby luas, yang menampilkan dua wanita cantik, berpakaian resmi, duduk rapi di balik meja Resepsionis. Dan ia melewatinya. Memasuki sebuah lift dengan ukuran yang cukup besar, jika   di bandingkan perusahannya dulu. Menatap angka bersinar berada tepat di atas pintu.

Hingga bunyi berdenting. "Anda bisa langsung Interview di dalam sana!". Ucapnya membungkuk. Dengan memberi gestur tubuh yang mempersilahkan Hinata untuk keluar dari Lift.


Hinata mengangguk pelan. "Terimakasih!" Ia melangkahkan kakinya keluar Lift. Melihat pemandangan yang ada di depannya, yang membuatnya tercengang. Dengan puluhan wanita yang berdiri dengan seragam yang sama di gunakan Hinata. Hitam dan putih.

"Hinataaaaaa!"

Hinata menengok. "Ino!"

Ino menepuk pelan kedua bahu Hinata. "Akhirnya kamu datang juga!" Ia merogoh sakunya dan mengeluarkan secarik kertas. "Nih! Aku sudah mengambilnya untukmu!" Pekiknya antusias.

113

"Apa ini!"

"Itu nomor antrian Interview buat kamu!"

"Ha! Pakai antrian segala gitu!" Hinata mematap takjub pada secarik kertas yang ada di genggamannya.

"Iyalah! Bahkan aku tak sempat mandi hanya untuk memgambil nomor itu!" Pekiknya tajam.

"Kenapa!"

"Karena aku harus kembali kesini jam 8 pagi untuk mengambilnya. Sedangkan aku baru selesai tugasku jam 7.30!"

Night ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang