happy reading
.
.
.di belakang kontainer, kedua tangannya menggenggam erat handgun glock 20 miliknya. matanya terpejam, giginya bergetak serta nafasnya terengah. air mata mengalir perlahan dari sudut matanya.
tap
tap
tap
matanya yang semula tertutup langsung terbuka serta tatapannya kian menajam. ia memasang pendengarannya dengan baik. buku-buku jarinya memutih akibat menggenggam erat handgun miliknya.
"sarada."
ia tetap diam. masih dengan posisi semula. air matanya semakin deras. masih tidak percaya dengan apa yang dihadapinya saat ini. masih tidak menyangka dengan apa yang akan dilawannya saat ini.
ia kembali memejamkan matanya. ingatan-ingatan masa lalu berputar di kepalanya.
"sarada, aku—"
ia langsung memasang posisi siaga dengan menodongkan handgun miliknya kearah pemilik suara tersebut. dengan air mata yang tersisa di sudut matanya ia memberanikan diri menatap seseorang di depannya.
"sarada."
namanya kembali disebut. ia menajamkan matanya kembali, walaupun terdapat jejak air mata di sudut matanya. mendengar suara tersebut membuat hatinya sakit.
"kenapa? kenapa kau disini?" sarada membalas panggilan lelaki dihadapannya. dilihatnya, lelaki dihadapannya hanya menatapnya sendu, menandakan perasaannya sedang berkecamuk.
"sarada, aku minta maaf—"
"lima tahun." sarada memotong perkataan lelaki dihadapannya dengan lirih. lelaki dihadapannya terkesiap. ia tahu, saat ini akan tiba.
"lima tahun kau berbohong pada kami." sarada melanjutkan perkataannya dengan tegas seraya menatap kedua bola mata biru milik lelaki dihadapannya. "kenapa?" lanjutnya lagi.
boruto, lelaki dihadapan sarada memejamkan matanya dengan erat. ia tidak tega melihat wajah sarada yang terlihat menyedihkan, menurutnya. hatinya sakit melihat istrinya menangis karena dirinya.
"katakan, boruto! kenapa kau muncul kembali? setelah semuanya yang telah terjadi." bentak sarada. "kenapa?" ia melanjutkannya kembali dengan sangat lirih. suaranya tercekat, bibirnya tak berhenti terisak pelan.
"sarada, aku tidak punya pilihan lain." boruto memberanikan diri menjawab ucapan sarada. kedua mata biru miliknya terbuka dan menatap mata hitam kelam milik istrinya yang masih setia menatapnya tajam. meminta jawaban yang jelas.
"aku tidak bisa mengatakannya." lanjutnya pelan. tetapi masih terdengar oleh sarada.
wanita bermanik kelam itu diam. namun ia masih menatap suaminya dengan tajam. angin laut yang terus berhembus menerpa tubuhnya tak dihiraukan.
"katakan." kata sarada. ia menurunkan handgun miliknya dan menaruhnya di saku pinggul. "katakan alasanmu, walaupun hanya satu kata saja." lanjut wanita manis tersebut. tatapannya tidak setajam beberapa detik yang lalu.
boruto membuang wajahnya kesamping. tangannya dimasukkan kedalam saku celana. mata birunya menatap lautan yang sedang pasang surut, karena hari ini adalah bulan purnama. "melindungi." katanya tiba-tiba.
jawaban tak terduga, membuat manik hitam kelam itu membulat. "apa maksudmu?" tanya sarada. ia tak mengerti apa yang dimaksud suaminya.
namun, boruto hanya tersenyum kecil. sarada bisa melihat dari samping. "bagaimana kabar reyhana?" katanya tiba-tiba. mengalihkan pembicaraan.
tanpa diduga sarada menjawab, "baik, dan juga ia selalu menanyakan dimana papa nya." lalu wanita bersurai hitam itu langsung mengalihkan pandangannya, menatap kearah pasang surut air laut.
boruto tertawa kecil. "apa kau akan membunuhku, sarada?"
sarada langsung menoleh kearah boruto, "iya." jawabnya. boruto yang mendengarnya kembali terkekeh. "sudah kuduga."
kemudian keheningan menyelimuti mereka. hanya angin laut yang berhembus kencang, namun diabaikan. mereka sibuk pada pikiran masing-masing.
"—tadinya." lanjut sarada.
boruto terkejut bukan main. namun, ia kembali merubah mimik wajahnya seperti semula. tersenyum sendu. "aku sudah ditakdirkan untuk mati, sarada." ucapnya. pikirannya kembali melayang ke masa lalu.
"—dan akan menyenangkan bila mati di tanganmu." lanjut lelaki bersurai kuning itu. bibirnya setia melukiskan senyum sendu yang membuat siapapun iba.
"kau gila." balas sarada, tanpa menoleh. boruto mengangguk, "memang." jawabnya.
mereka berdua kembali berselancar di pikiran masing-masing. kembali mengingat masa lalu. masa pada saat mereka tidak seperti sekarang ini.
"pikirkan perasaan reyhana." kata sarada tiba-tiba. setelah menatap laut, ia mendongak menatap bulan purnama. "—pikirkan perasaanku juga, boruto." lanjutnya. setetes air mata kembali mengalir di sudut mata indahnya.
boruto melihat itu. ia menolehkan wajahnya kearah wajah istrinya yang masih setia menatap kearah bulan purnama. lalu menjawab, "aku tidak bisa, sarada."
"—itu membuatku semakin takut." lanjut lelaki dengan dua guratan di wajahnya itu. boruto pikir, ia adalah lelaki paling pengecut serta paling bodoh di dunia.
sarada tertegun. kata-kata itu berputar di kepalanya. matanya terpejam sebentar, lalu ia menolehkan kepalanya kearah suaminya.
sebelum sarada berbicara, boruto menyambar, "aku menyayangi kalian. oleh karena itu, aku tidak bisa." lanjut pemuda bersurai kuning itu. tangannya terulur kearah rambut hitam milik istri tercintanya. mengelusnya perlahan.
"boruto." kata sarada pelan.
"—aku mencintaimu." lanjutnya sambil terisak.
boruto mendekap tubuh istrinya. "aku tahu. aku juga mencintaimu, sarada."
dor!
waktu seakan berhenti. manik kelam itu membulat. darah segar mengotori kemeja yang dipakainya.
tubuh tegap itu pun kehilangan nyawa. merosot kebawah dan terjatuh, ke laut yang sedang pasang.
kontainer di sekitarnya menjadi saksi bisu pernyataan cinta keduanya.
untuk kedua kalinya, sarada kehilangan sosok boruto.
—END
A/N : halo! terima kasih sudah mampir :) kuharap kalian suka dengan ini😆 untuk endingnya bisa diimajinasikan oleh readers masing-masing, xixixi.
—080720, woostuck.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fireworks [BoruSara]
Fanfiction[oneshot, drabble, songfict, random.] ━ nb. setiap chapter tidak ada hubungannya. ketika dunia yang paling kejam menimpaku sekarang. aku tak akan pernah takut. karena aku tak mengejarnya sendirian. meski cahaya yang kulihat mulai redup, aku akan...