NASA20

3.1K 265 123
                                    

“Lay me down, blow my mind, let’s take it all the way.”
—Yellow Claw, Till It Hurts (feat Ayden)—

Sifra Lee

Selesai berbicara dengan Leo dan menyelesaikan semua di antara kami dengan penjelasan, akhirnya kami sepakat untuk mengakhiri hubungan ini. Leo memang tersakiti, tapi dia mengerti bahwa jika dia tidak bisa membahagiakanku, dia akan mundur.

Karena semua sudah selesai, aku kembali ke rumah Jungkook. Bukan, lebih tepatnya istana. Ya, tempat itu merupakan istana, karena begitu besar dan luas.

Sesampainya di sana, aku naik ke Guest Room, karena kupikir, Jungkook ada di sana. Tapi ternyata tidak ada. Aku pun mencoba menghubungi Jungkook, tapi tidak diangkat.

Sebenarnya Jungkook di mana? Rumahnya ini begitu besar, aku takut tersesat.

Tapi kemudian, aku mengingat Amelia. Amelia—chef pribadi Jungkook—memiliki kamar tidur di lantai lima. Di lantai lima memang dikhususkan untuk menjadi tempat tinggal para pekerja Jungkook, seperti Amelia, Corbyn, dan mereka semua yang namanya tidak kuketahui.

Aku menaiki lift menuju lantai lima. Kemudian aku ke dapur. Dugaanku benar. Amelia ada di sana. Aku pun segera menghampirinya, “Amelia.” Panggilku.

“Ya, Nona Lee?”

“Ah, jangan panggil aku Nona Lee. Sifra saja,” kataku. “Um, aku ingin bertanya. Jungkook ada di mana, ya?”

Amelia pun berpikir sejenak. “Terkadang, Tuan Jeon itu juga tidak diketahui di mana keberadaannya. Bisa saja dia di studio musiknya, atau di studio karaoke, atau di ruang kerja pribadi miliknya, atau di kamar tidurnya.”

“Oh. Ya sudah, kamar tidurnya Jungkook di mana?”

Tadi Jungkook mengatakan kalau dia mengantuk. Pasti sekarang dia sedang tidur.

“Kamar tidur Tuan Jeon ada di lantai lima belas. Saat keluar dari lift, Nona Lee berjalan ke kanan, lalu lurus saja, kemudian ke kiri, lalu ke kanan lagi, lurus lagi, lalu ke kiri lagi, kemudian lurus lagi, dan ke kanan. Pintu berwarna emas.”

Karena tidak hafal apa yang diucapkan Amelia, aku menyuruhnya menulis di note ponselku.

Setelah dapat, aku segera naik ke lantai lima belas. Lalu aku mengikuti arahan yang tertulis di ponselku. “Ke kanan lalu lurus,” ujarku. “Ke kiri lagi. Ke kanan lagi. Pintu berwarna emas.”

Dan pada akhirnya, di sinilah aku. Di depan kamar dengan pintu berwarna emas. Um, kamar Jungkook ini seperti kamar suite yang ada di hotel bintang lima.

“Kalau aku mengetuk pintu, Jungkook akan membukakan atau tidak, ya? Dia kan sedang tidur.” Kataku.

Pada akhirnya, aku tidak mengetuk, melainkan langsung membuka dua knop pintu itu. Syukurnya, pintunya tidak dikunci.

Aku kembali terkejut dengan betapa luasnya kamar Jungkook ini. Gila. Luas kamarnya ini sama dengan luas Guest Room—bahkan lebih luas.

“Jungkook?”

Di sini ada ruang game, ada perpustakaan juga, ada ruang makan, ada ruang kerja yang dijadikan dalam satu ruangan. Wow. Dalam satu ruangan terdapat banyak ruangan juga. Lalu, di mana Jungkook?

Ketika aku berjalan lebih jauh lagi, aku mulai melihat Jungkook yang sedang berbaring di ranjang. Aku menghampirinya. Dia sedang terlelap. Aku pun ikut berbaring di sebelahnya dan memeluknya.

Ranjangnya ini begitu besar. Bahkan mungkin cukup untuk sepuluh orang.

“Jungkook?” tidak ada balasan. “Jungkook? Sayang?”

NASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang