Vote, comment & share!
-----21:15
Bugh
"Buat lo yang sok perfect!"
Bugh
"Gara-gara lo, gue ditinggalin cewek gue!"
Bugh
"Itu karena lo ambil perhatian semua orang, termasuk orang tua gue!"
"Udah, Jan! Udah! Lo mau bunuh dia?!"
Lelaki bermata elang itu berhenti memukuli orang dibawahnya, menjatuhkan orang yang menjadi samsaknya itu.
"Udah, Jan. Kita pergi sekarang!"
Lelaki itu, Januar. Menatap nyalang orang yang sudah tergeletak tak berdaya, berdecih tepat disamping tubuh itu.
"Cih! Gitu aja K.O! Sekali lagi lo berani muncul, gue nggak bakal berhenti neror lo! Cabut!"
Januar pergi dengan kedua temannya. Meninggalkan tubuh yang sudah babak belur itu begitu saja.
Hingga setelah Januar tak lagi terlihat oleh netranya, orang itu berdiri berlahan. Mencoba berjalan walaupun dengan langkah tertatih-tatih dan nafas putus-putus.
"Huh! Untung, wajahnya gapapa. Setidaknya ini nggak bikin Ara curiga dan khawatir"
-----
Tik tok tik tok
Ara terus melihat antara jam dinding dan pintu utama rumahnya bergantian, "Udah malem banget, ini Abang kemana sih?"
Sedari tadi Ara mencoba fokus pada buku pelajaran dihadapannya, tapi percuma. Pikirannya sedari tadi terisi kemungkinan-kemungkinan buruk yang menimpa kakak laki-lakinya itu.
Biasanya paling lambat Gafran pulang pukul setengah sepuluh, tapi sekarang?
Lihat, ini hampir tengah malam dan Gafran belum muncul juga.
"Abang nggak papa kan?"
"Kemana juga si Abang? Ish! Udah malem banget ini!"
"Tapi, semoga Abang nggak papa. Semoga..."
Ara menggigit bibir dalamnya antara khawatir, panik dan bingung. Ingin mencari kakak lelakinya itu, tapi ia sendiri seorang perempuan. Tak baik jika ia keluar malam, sendirian lagi.
Kakinya mengetuk lantai tak tenang, semoga Abangnya itu tak kenapa-napa. Ia hanya memiliki Abangnya sekarang, tak ada yang lain. Kalau Abangnya itu-
-Ara menggeleng posthink. Mengenyahkan pikiran-pikiran buruknya, ia yakin Abangnya baik baik saja.
Tok tok tok
"Assalamu'alaikum"
Mata Ara berbinar bahagia seketika, itu pasti Abangnya. Pasti!
"Wa'alaikumsallam!"
Cklek
"Abang kemana aja?! Udah malem tahu! Ara khawatir tadi!", Ara langsung berhambur ke pelukan Gafran.
Mengelus surai hitam Ara, Gafran diam menahan sesuatu. "Bang? Kenapa diem aja?"
Ara mendongak memastikan kenapa Abangnya itu diam saja, apakah karena kedinginan? Atau kelelahan?
KAMU SEDANG MEMBACA
RAJA [ON GOING]
Teen Fiction"WOI! CEWEK BAJU ITEM! INGET ORANG TUA LO! SEKOLAH LO! JANGAN BUNUH DIRI GITU! SIA-SIA!" "KALAU MAU BUNUH DIRI JANGAN SIANG BOLONG GINI! MALEM AJA! EH-" "HABIS PUTUS YA, MBAK?! SAMA SAYA AJA SINI, LUMAYAN KOK KALAU DIBAWA KONDANGAN!" "INGET TUHAN MB...