Aku memarkir sepeda merahku di parkiran sebelah pos satpam. Kemudian berlari ke arah lapangan yang sudah ramai.
Aku terlambat di hari pertama klub dimulai. Ragu-ragu aku mendekat pada gerombolan anak yang sama denganku, berseragam baju olahraga dengan baju dimasukkan dalam trining yang dipakai.
Seorang yang kuyakini kakak kelas dengan seragam batik dimasukkan dalam rok mendekatiku. Lalu melempar senyum nya padaku.
"Ambil topimu ya dek. Ayo, kuantar ke basecamp buat taruh tas." ucapnya kelewat ramah.
Aku, dengan senyum kikuk dan canggung membuka ranselku dan mengambil topi didalam sambil mengikuti kakak kelas tadi.
Sampai di ruang basecamp yang tak begitu besar dan luas, aku menaruh tasku bersama tas-tas lain.
"Bisa ke depan sekarang dek." ujarnya sambil berjalan lebih dulu.
Aku mengikutinya sambil memasang topiku. Lalu menarik napas dalam-dalam untuk meredakan ke teganganku tadi.
Dan disinilah aku. Duduk sesuai kelompok yang ditentukan senior. Ini waktu perkenalan. Baik paska, senior, dan junior berkenalan sesuai urutan.
Paska adalah anggota klub Paskibra yang sudah kelas dua belas. Menurutku sih begitu, mungkin karena mereka yang paling tua di klub ini.
Lalu senior. Eum, menurutku senior ini yang kelas sebelas, yang akan mendampingi kami sebagai anggota baru.
Dan junior, tentu saja, junior itu kami-kami ini anak kelas sepuluh yang baru bergabung.
Aku baru sadar, kalau yang mendaftar begitu banyak. Terbukti dengan perkenalan yang begitu lama dan, ugh bolehkah aku mengatakan ini, membuatku agak bosan.
Tapi, sembari menunggu selesai sesi perkenalan ini berlalu, aku jadi mengingat-ingat nama paska-paska juga dengan jabatan yang mereka miliki. Lalu nama-nama seniorku juga. Siapa tau, aku bisa saling sapa dengan mereka di jam sekolah.
Terdengar baru sekali bagiku, karena selama smp aku tidak pernah bertegur sapa dengan kakak kelas, satu pun.Tapi minusnya, aku tidak bisa langsung hafal dengan paska dan senior ku ini. Jumlah mereka banyak. Paska ada dua puluh lima anggota. Dan senior ada dua puluh anggota. Belum lagi angkatanku. Astaga yang benar saja.
"Oke. Jadi, di hari pertama ini kita seru-seruan aja dulu." ucap seorang senior cowok yang kuingat sebagai anggota osis kemarin.
Kalau tidak salah namanya... Mas Jaka.
Dan kalau aku masih ingat dia ini paling banyak dicari sama anak perempuan kelas 10. Aku tidak mau munafik. Mas Jaka ini wajahnya emang tampan. Sayangnya, bukan tipe ku. Gatau lagi besok.
Sabtu itu, hari pertama kegiatan klub, aku dan angakatanku bersama senior main games dan mendapat teori dasar paskibra.
Seru! Apalagi, momen mbak Maya saat menjelaskan tentang apa itu banjar, apa itu baris, bedanya perintah 'grak' dan 'jalan', aturan berbaris yang benar. Dan masih banyak lagi.
👣
14.00 WIB.
"Pas—kibra, jaya!"
Kami bubar dengan aturan pbb. Siang ini klub selesai. Aku dengan yang lainnya kembali ke basecamp untuk mengambil tas.
"Arum, kau pulang naik apa?"
Itu Nia. Kenalan pertamaku di klub ini. Anaknya ramah dan baik.
"Naik sepeda," balasku.
"Rumah mu daerah sini?" tanyanya lagi.
"Iya,"
"Mau kantin bentar nggak?" tawarnya tapi langsung kusetujui.
"Ayo!" ajaknya.
Kami pun ke kantin. Nia sudah ngantri beli sosis, sedangkan aku sudah duduk-duduk manis di kursi kantin sambil minum air yang kubeli.
Tak lama aku bisa lihat enam orang laki-laki yang masuk ke area kantin. Mereka satu angkatan paskib denganku. Mereka juga yang tadi baris didekatku karena tinggiku top three untuk anak perempuan. Jadinya, aku juga berdiri di dekat mereka.
Aku sadar, kalau dari sebanyak anak yang mendaftar klub ini, rasio perbandingan anak perempuan dan laki-laki benar-benar jomplang tak seimbang.
Bayangkan saja, hanya ada enam laki-laki dan puluhan perempuan. Padahal, jika kita fikirkan dengan baik, klub ini kan harusnya mayoritas untuk laki-laki.
"Rum, kau ngelamun?" Nia ada didepanku sambil makan sosis nya.
"Enggak, cuma mikir."
"Mikir apa?"
"Bukan apa-apa."
"Yaudah, yuk balik."
Aku mengangguk. Kemudian kami keluar dari kantin, menuju parkiran.
Nia bawa motor dan aku bawa sepeda. Jadi, tidak ada aksi tunggu menunggu. Kami pulang masing-masing.
👣
"Seru nggak, Rum?"
Pertanyaan Nur—teman sebangku ku— terulang kembali.
"Seru lah, aku nggak sabar dapat materi pbb." balasku.
"Yo, seru. Kan ada Mas Jaka. Hahahahaha. " ujarnya.
Aku menggeleng, "Nggak, kalau aku bukan karena itu. Tapi, murni karna pengen," sanggahku memberi pendapat.
"Kamu sih murni, tau deh yang lain,"
"Gaboleh suudzon, Nur." ucapku.
"Gimana ga suudzon, anggota angkatanmu aja banyak ceweknya timbang cowoknya."
"Mungkin cowok-cowok jaman sekarang lebih seneng jadi suporter buat kebanggaan." celetukku.
Nur menggeplak pundakku, "Ih! Iyo! Kayak mas Beniii, adudu..."
Mulai deh. Nur ini pernah cerita padaku tentang mas Beni, kakak kelas 12 yang ia taksir jaman MOS. Katanya mas-mas satu itu tipenya, badboy dan kece abis. Dan mas Beni ini salah satu anggota klub suporter sekolah.
"Eh tapi Rum. Serius ini, katanya ada rumor kalo klub paskib rame gara-gara ada mas Jaka disitu. Makanya, ciwi-ciwi pada join."
Aku memilin ujung jilbabku. Sebetulnya, aku juga heran kenapa bisa sebanyak itu yang mau gabung klub paskibra. Apalagi yang perempuan. Aku tau, aku juga perempuan, tapi niatku join itu benar-benar murni pengen dapat pengalaman baru. Bukan sekedar tebar pesona sama mas Jaka atau pada siapapun itu.
Tetttt... Tettt...
"Ayo Rum balik kelas." ajak Nur yang bangkit dari duduknya.
Aku mengikuti Nur kembali ke kelas. Habis ini pelajaran Matematika, duh ngantuk.
👣
KAMU SEDANG MEMBACA
NEW ZONE
Teen FictionArum tidak ingin masa SMA nya berlalu begitu saja. Sejak di terima di SMA yang ia pilih dipilihan kedua ia sudah bertekad akan membuat cerita yang berbeda dari masa SMP nya. Cukup punya teman sedikit di smp. Tapi, tidak untuk putih abu-abunya. Ia i...