12

6 0 0
                                    

Tiara sudah seperti domba di tengah serigala-serigala yang lapar. Kami kumpul lagi setelah pulang sekolah. Cewek yang jadi topik pembicaraan juga hadir. Dia nggak lagi kabur seperti kemarin-kemarin.

"Aku udah ngomong semuanya ke Arum." ucap Tiara setelah yang lain minta penjelasan padanya.

Diki dan lainnya menoleh padaku, hah, masa aku yang harus jelasin.

Merasa haus penjelasan semuanya menatapku, menuntut. Huh, oke deh.

"Tiara sakit hati sama semuanya." ucapku.

"Bener dia sakit hati sama Rani karena ngetusin dia. Tapi, ternyata nggak se-sederhana itu. Dia juga nggak nyaman sama kita. Kita banyak kubu, aku tau kita belum lama mengenal, tapi bagi Tiara ia nggak cocok sama sekali dengan kubu manapun."

"Dia juga nggak nyaman sama senior, karena ya tau lah... Aku rasa kita semua juga nggak bakal nyaman kalau seniornya seperti itu juga. Tapi, ya gimana lagi?"

Aku mengakhiri ucapanku.



Jujur aja, aku mau teriak gara-gara deg-degan. Tau kenapa?













Aku nggak pernah sekalipun ngomong di depan banyak orang. Ini gila sih, seorang Arum, bicara di hadapan anak tiga puluh sembilan. Woah, aku bahkan nggak percaya aku melakukannya.

Anjar berdehem, "Betul Tiara seperti itu?" tanya Anjar menatap Tiara.

Cewek itu mengangguk samar, "Maaf sudah buat kalian kerepotan. Tapi, aku beneran gabisa." Tiara tertunduk dalam.

Yang selanjutnya terjadi adalah kami mendekat, mendekap Tiara yang mulai terisak. "Maaf ya, rek." lirihnya.

Ah, aku gak suka tangis-tangisan ini.

Rani menelusup, mendekati Tiara. Cewek dengan alis tebal dan mata besar itu menatap Tiara tanpa ekspresi. Gadis itu mengulurkan tangan kanannya pada Tiara.

"Sepurane cak, salaman sek ehehehe.."

Tiara menyambut salaman Rani. Rani menggenggam tangan Tiara menariknya agar sampai pada pelukannya. Rani menepuk bahu Tiara.

"Jok nangis cak, guyu sek, sepurane yo, mene-mene tak mringis terus aku, hehehe..."

Tiara menarik tubuhnya, "Mbok pikir aku cacakmu?"

"Ah longor kon, Ran! Wes lah, mari-mari nangis mbe guyone. Saiki aku pe ngomong."

Diki mengambil alih semuanya. Membuat keadaan kembali kondusif. Kami berbicara banyak, beradu pendapat sana sini, tapi jelasnya kumpul hari ini nggak sia-sia. Bisa kubilang ini berhasil.

Tiara tetap singgah, berjuang bersama kami.

Satu yang kupelajari dari masalah Tiara kali ini adalah, saling terbuka, saling memahami, dan saling percaya begitu penting dalam sebuah hubungan. Ternyata, nggak cuma orang pacaran yang harus saling terbuka dan berbagi kisah. Dalam hubungan seperti organisasi di klub ini, aku jadi belajar betapa penting komunikasi antar individu.

Aku jadi mengerti kenapa senior marah-marah waktu kami bilang nggak tau tentang Tiara yang nggak ada kabar. Seniorku ternyata sedang berusaha membuat kami saling peduli satu sama lain. Yah,  walaupun caranya agak sangar dan nggak sesuai denganku, seenggaknya aku jadi mengerti 'ini' yang seniorku coba bagi sebagai ilmu pada kami, kepedulian.

👣

Senja menyapa kala aku sudah duduk di kursi kayu seperti biasanya. Bubar kumpul tadi aku dan beberapa yang lain mampir ke kantin untuk beli mie di stand nya Bu Mantul. Bukannya nggak mau beli di stand yang lain, tapi karena memang cuma stand Bu Mantul yang masih buka sampai sore sekali.

Mataku beralih ke lapangan, di sana ada dua peleton yang sedang latihan untuk lomba. Aku bisa lihat presensi Diki yang berdiri di depan peleton di depannya. Baru kutau ternyata Diki terpilih jadi danton. Nggak heran sih, beberapa kali kudengar Diki memang udah jadi danton dari smp. Aku jadi membayangkan betapa enaknya Diki yang pastinya langsung terpilih karena skill nya yang sudah ia tekuni sejak lama.

Hah, aku jadi berandai, andaikan dulu aku juga ikut klub paskib di smpku. Pastinya, nggak sesulit ini buat terpilih jadi pasukan lomba.

Aku menghela nafas, mulai deh overthinking. Sadar dong, kau tuh belum seberapa buat mengeluh. Stop ngeluh dan iri begini, harusnya kau itu latian lebih keras biar dipilih, dasar payah!

Aku bangkit dari kursi kayu pos satpam. Lalu bergerak ke area parkir sepeda ontel yang ada di samping pos. Dengan mata yang curi-curi melihat sekitar aku mencoba beberapa gerakan pbb, mulai dari yang ditempat dan yang berjalan. Kuperbaiki juga powerku, biar ada patah-patah yang keren seperti yang diajarkan senior.

👣

"Hey Arum, kau itu ngapain bolak-balik gitu kayak setrikaan rusak?"

Aku berhenti dari latihan maju jalanku di ruang tengah yang lumayan panjang.

"Aku lagi latihan ayunan tangan nih, kenapa emang yah?"

Ayahku berdecak, "Wis malam yo masih ae latian, leren Rum."

Aku tercengir, "Biar pro mesti latian yah, yawes aku tak latian jalan ditempat di kamar aja. Dah ayah...."

👣

"Mbak Ajeng... " sapaku ketika nggak sengaja bertemu di dekat kopsis.

Mbak Ajeng balas senyum, "Iya.."

Mbak Ajeng barusan senyum? Ih beda sekali kayak waktu kegiatan klub, yang dahinya selalu mengekerut.

Jawilan di lenganku membuatku menoleh,

"Kau mesti banget nyapa senior gitu ya?" tanya Nur.

Aku mengangguk, "Iya,"

"Ck ck ck, senioritas pol, ben opo Rum gitu itu?"

"Biar akrab lah," balasku ngawur.

"Emang wes akrab?" anjay, ini anak nanyanya gini amat dah.

Aku menggeleng samar.

"Wah gela seh," ujar Nur. "Seniormu gila hormat njir."

Hm?  Gila hormat?

"Ya enggaklah Nur. Orang aku cuma nyapa masak gila hormat."

"Eh gitu ya? Berarti gila sapaan?"

Karepmu Nur,  karep.

"Terus gila hormat tuh yang begimana Rum?"

"Ya mana kutau Nur." balasku gemas sendiri.

Nur manyun, "Heum," bahunya mengendik tak peduli.

.

Gila hormat?
Masak sih gila hormat tuh yang kayak waktu aku liat pas di smp dulu?
Dulu waktu di smp aku sering liat beberapa anak paskib kalo ketemu seniornya di luar jam mapel, dia bakal nyamperin sambil hormat terus bilang 'selamat pagi kak' atau 'selamat siang kak'.

Ih, untung aja pas aku gabung paskib di sma nggak disuruh begitu. Kalau sampe disuruh begitu sebisa mungkin aku bakal menghindari ketemu senior di jam sekolah.
Dan mungkin aku bakal di kelas terus selama jam istirahat?
Tapi, untungnya sih enggak hehehe. Paskib di sma kayaknya masih ada toleran lah tentang hormat-menghormat.




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NEW ZONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang