Chapter 7

1K 197 37
                                    

Ayo votes dan comments biar aku semangat!^^

.

.

.

"Kau akan pergi setelah ini?"

Namjoon meneguk minuman bersodanya. Hari ini ia mengunjungi Hoseok setelah mengantarkan Jimin kembali kerumahnya, pemuda malang itu butuh sedikit istirahat.

Di pinggir sungai Han, seharusnya Namjoon bisa bersepeda seorang diri sembari menikmati senja. Ah, akan lebih menakjubkan lagi jika seseorang yang ia cintai dapat menemaninya.

Permasalahannya adalah, Namjoon tidak memiliki seseorang yang ia cintai.

"Ya, aku harus kembali"

Hoseok mengangguk paham, pria itu masih mengenakan setelah kemejanya, lengkap dengan sepatu pantofel yang terpasang rapi pada kakinya. Rupanya, Hoseok baru saja tiba di kantor saat Namjoon tiba menjemputnya di gedung perusahaan.

Dan tampaknya, Hoseok sangat bahagia.

"Apa ada sesuatu yang penting? Kau terlihat cemas"

Memang, Namjoon cemas. Bagaimana tidak? Kini misinya hanya terpusat pada Kim Seokjin, tidak yang lain. Setelah Namjoon memastikan pria itu aman, Namjoon akan kembali kesini. Tidak ada yang perlu Namjoon lakukan lagi selain menyelamatkan pria itu.

"Ada," Namjoon mendesah keras, "Kurasa ini bukan sesuatu yang harus dibicarakan, Hoseok. Sepertinya aku harus menyimpan hal ini sendirian. Aku bahkan tidak bercerita tentang ini kepada Jimin"

"Tidak apa-apa," Hoseok tersenyum simpul, "Aku hanya ingin kau menjaga diri disana. Mungkin memang kau memiliki tujuan yang harus dipenuhi disana"

Ya, Namjoon setuju dengan Hoseok. Walaupun Namjoon masih belum mengetahui pasti tentang apa yang menunggunya diluar sana, tentang rahasia apa yang belum terungkap, Namjoon akan mencoba bertahan dan menjalani semuanya dengan ikhlas.

"Hoseok"

Hoseok  meletakkan kalengnya sembari mengerutkan dahinya, "Hm?"

"Bagaimana bisa kau diangkat menjadi wakil CEO?"

"Jimin tidak bercerita padamu?"

Namjoon menggeleng cepat, "Tidak. Jimin menderita vertigo dan aku harus segera membawanya pulang. Aku cukup merasa bersalah karena ia harus tetap menjagaku selama aku pergi"

"Vertigo? Dia menderita vertigo?"

Namjoon mengangguk.

"Kenapa aku tidak tahu?"

Namjoon berdecak keras, "Karena kau terlalu sibuk, Hoseok. Bisakah kau melonggarkan jadwalmu sedikit dan menjenguk Jimin? Kau sekarang memang membantunya mengatur jalannya perusahaan, tapi Jimin juga perlu perhatian, kau tahu?"

Nada bicara Namjoon tiba-tiba saja naik satu oktaf, membuat wajah Hoseok berubah menjadi masam, "Oke, oke. Tidak perlu memarahiku. Maafkan aku"

Hoseok menghirup udara disekitarnya, sembari menatap pemandangan sungai Han yang terpampang indah di hadapannya, "Lagipula Jimin memiliki housekeeper, supir, dan beberapa satpam dirumahnya. Dia akan baik-baik saja"

"Demi Tuhan," Namjoon mengusap wajahnya dengan kasar, "Kau tidak mengerti poin pembicaraanku, ya?"

Hoseok mengedikkan bahunya dan meneguk sprite-nya kembali seraya menatap Namjoon acuh tak acuh.

Oke, ini sedikit aneh.

"Jimin butuh teman, Hoseok. Kau tahu sendiri bocah itu tidak pandai bercengkrama dan bersosialisasi dengan orang-orang disekitarnya"

UtopiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang