"Aku gak ngerti alasan kamu," tuntut Dinda, "kita udah jalanin ini lebih dari lima tahun, kamu gak keberatan."
"Sekarang aku keberatan."
"Kenapa?"
Randi diam seribu bahasa.
"Karena teman kamu itu bisa nemenin kamu ke mana pun kamu pergi, sedangkan aku enggak?"
Randi menatap datar, tidak berniat mengulangi alasannya.
Dinda menggeleng tidak habis pikir, merasa jika hal lain yang selama ini dicurigainya memang terjadi. Dinda mengepalkan jemarinya di bawah meja, menguatkan hatinya, "sejak kapan?"
Randi mengernyit.
"Sejak kapan kamu selingkuh dengan teman kamu itu?"
Randi tersentak, menatap Dinda geram, "Aku dan Fitri tidak berselingkuh."
Dinda menggeleng lagi, dia punya bukti untuk perselingkuhan Randi dengan Fitri, asistennya. Apa Randi senaif itu sampai berpikir orang-orang di sekitarnya akan diam saja, saat dia berduaan atau bermesraan dengan asistennya di belakang Dinda? Randi pikir seluas apa kota tempat mereka tinggal sampai di setiap tempat tidak akan ada yang memergoki mereka dan memberitahu Dinda, dan bahkan lovestagram yang mereka lakukan dengan caption-caption romantis yang berkaitan di waktu yang bersamaan?
Orang mana yang tidak akan mengetahui bukti itu semua. Apa Randi pikir Dinda bodoh, mudah dikelabui?
Dinda menatap Randi dan mengangguk. Oke.
"Aku mau kamu temui orang tuaku, katakan niatmu dengan benar."
"Udahlah, Din," protes Randi, "gak perlu bawa-bawa orang tua segala."
Dinda menatap Randi tidak percaya, "gak perlu bawa-bawa orang tua? Kamu ngelamar aku di depan orang tua kita. Walaupun kamu gak mau ngakuin perselingkuhan kamu, setidaknya kamu akhiri hubungan keluarga kita dengan baik."
Randi mendengus jengkel dan berpaling. Diam-diam Dinda menekan dadanya yang terasa sakit. Hubungannya selama lima tahun ternyata tidak berarti apa-apa untuk Randi. Setelah semua kerinduannya setiap mereka harus berpisah karena dinas luar kota, perasaan bahagia setiap mereka duduk bersama, apakah ternyata hanya Dinda yang merasakan itu semua?
"Fine," kata Randi akhirnya, "minggu depan aku akan datang ke rumah kamu dengan orang tuaku. Sekarang aku harus pergi, banyak pekerjaan nunggu aku."
Randi langsung pergi setelah mengatakan itu. Dinda memerhatikannya dari jendela cafe. Dinda tipe orang yang selalu datang lebih awal saat pertemuan, dengan siapapun. Selalu memerhatikan kedatangan dan kepergian orang lain.
Alika, Bara, Samudera dan Azka, adalah tipe orang yang bisa langsung mengetahui keberadaannya saat mereka datang, berjalan lurus tanpa melihat ke sana kemari lagi, tapi Randi... Dinda tidak ingin mengait-ngaitkan kebiasaan Randi dengan perasaan kecewanya sekarang. Tapi fakta memang membawanya ke sana. Randi selalu kesulitan menemukannya saat harus bertemu di ruang publik, bahkan setelah melihatnya pun, Randi akan menyebarkan pandangannya saat berjalan menuju meja Dinda. Tersenyum pada setiap orang, dulu, Dinda pikir itu karena Randi orang yang ramah, tapi ternyata tidak. Randi hanya sedang tebar pesona.
Randi itu bajingan.
Dinda teringat perkataan salah satu teman kerja Randi saat Dinda ikut datang ke acara salah satu teman kerjanya.
You deserves better.
Dinda tidak menggubris gunjingan-gunjingan waktu itu, bukan karena terlalu cinta pada Randi, tapi setiap hubungan selalu diterpa cobaan, kan? Dinda hanya menganggap semua itu hanya sebagai bumbu pedas dalam hubungannya.
Dinda bukan orang suci sampai menganggap dirinya pantas mendapat yang lebih baik. Dirinya bahkan baru mengenakan rok dua tahun terakhir. Jeans dan t-shirt yang selalu dipakainya, yang membuatnya dicap tomboy, Dinda kurangi karena saran orang tuanya agar Dinda terlihat lebih anggun seiring usianya bertambah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mapan 3
RandomJodoh siapa yang tahu? Bisa aja orang resek yang duduk di samping kamu.