TUJU

11 4 0
                                    

Angin berhembus kencang membuat rambut rayna, saat ini ia tengah bediri di balkon kamar nya dengan terus memandang ke arah sebuah kamar berada tepat di hadapan nya.

Kamar itu menyimpan begitu banyak kenangan indah bagi nya, kenangan yang selalu menamani hari-hari nya. Saat ini yang tersisa di hidup nya adalah sebuah kenangan.

Askar meninggal begitu banyak kekangan yang mampu membuat nya tersenyum sekaligus sakit bila mengingat nya.

Rayna membulatkan mata nya ketika pandangan nya menangkap sosok tengah berada di kamar itu. Ia tidak dapat menahan keterkejutan nya ketika pandangan nya saat ini tengah menatap sosok Askara, dengan senyuman yang selalu menghiasi wajah cowok itu.

Selama beberapa menit mereka hanya saling tatap menyalurkan rasa rindu yang mereka berdua rasakan, Rayna tidak dapat lagi membendung air mata nya.

Namun diri nya terus berusaha tersenyum, senyuman Askar tidam pernah berubah begitupun dengan Rayna yang tidak pernah berhenti untuk menyukai senyuman itu.

Askara mengisyaratkan untuk turun dan tanpa pikir panjang ia segerah berlari untuk menemui nya.

Saat ini diri nya tengah berdiri di depan rumah nya, kaki nya begitu lemas untuk benar-benar mendekati cowok itu yang berdiri tidak jauh dari nya.

Perlahan-lahan air mata Rayna kembali jatuh ketika Askar berjalan dan kini berdiri tepat di hadapan nya, dengan gemetar ia menyentuh wajah cowok itu untuk memastikan bahwa yang di lihat nya saat ini adalah nyata.

"Long time no see" ucap Askara lembut dengan menghapus air mata Rayna.

Tanpa menunggu lagi Rayna segerah memeluk sosok yang sangat di rindukan nya saat ini.

"Maaf ray, aku tidak bisa lama"

Rayna menggeleng pelan mendengar hal itu, ia tidak akan membiarkan Askar pergi lagi.

"Jangan"

Hanya kata itu yang mampu Rayna ucapkan saat ini, tangis nya pecah melihat Askar melepaskan tangan nya dari genggaman nya.

"ASKAR" teriak Rayna.

Rayna terbangun dari tidur nya dengan keringat di dahi nya, ia memandang sekeliling dan menghembuskan nafas berat ketika diri nya harus menerima bahwa semua itu hanya mimpi.

Ia melang menuju balkon dan baru menyadari ternyata hari sudah gelap, itu artinya dirinya tertidur cukup lama.

Langit malam yang gelap di penuhi oleh bintan-bintang yang terlihat begitu indah, kesepian benar-benar telah menjadi bagian dari hidup nya saat ini.

Rayna terkejut mendengar suara kaleng yang mendarat di balkor kamar nya, ia bingung ketika mengambil kaleng itu minuman itu dan membuang kaleng itu di tempat sampah saat ini di fikiran nya adalah orang iseng yang melalukan itu.

Ia memutuskan untuk kembali masuk namun langka nya terhenti oleh suara kembang api dan benar saja saat ini mata nya melihat kembang yang begitu indah.

Rayna tersenyum melihat semua itu, siapapun orang yang menyalakan itu ia berterimah kasih walapun dirinya tau semua itu bukan untuk nya.

Dirinya kembali di kejutkan oleh suara kaleng yang mendarat lagi di balkon kamar nya, namun beda nya kaleng itu berisikan gulungan kertas.

"Kembang api itu akan selalu menemami kamu"

Rayna merasa mengenali tulisan itu dan dirinya tidak menyangka kembang api itu benar-benar tunjukkan untuk nya.

Dengan cepat ia maju untuk melihat siapa yang lempar kaleng itu, ternyata dugaan nya benar saat ini sosok bara tengah berdiri di depan pagar rumah nya dengan memegang kembang api di tangan nya.

Ia melihat Bara kembali melutuskan kembang itu di langit dan entah mengapa rasa sepi dalam diri nya tiba-tiba hilang.

Seulas senyum terbentuk di bibir nya melihat cowok itu melakukan aksinya, setelah Bara selesai dengan permainan kembang apinya mereka hanya saling tatap.

*****

Hari ini Rayna merasa tidak enak badan mengingat beberapa hari ini diri nya selalu terjaga di malam hari dan baru dapat tertidur pukul empat pagi.

Sebelum turun dari mobil nya ia memutuskan duduk beberapa menit untuk mengembalikan stamina nya, setelah lebih baik ia memutuskan untuk segerah turun.

Rayna berjalan melewati lapangan namun, sebuah bola menggelinding ke arah nya  menghentikan langka nya.

Dirinya mendengar seseorang yang di kenal nya adalah murid kelas XII IPA 1 menyuruh nya untuk mengambil bola yang ada di hadapan nya itu, namun tanpa menoleh sedikitpun ia kembali berjalan dan langka nya kembali kembali terhenti ketika dirinya mendengar kata-kata cowok itu.

"Dasar cewek tidak guna"

Dengan pasti Rayna mendekati cowok itu dengan tatapan membunuh nya, tepat ketika diri nya telah berada tepat di hadapan cowok itu ia segerah mendarat sebuah tamparan di pipi cowok yang bernama bagas itu.

Aksinya barusan berhasil membuat para murid yang melihat itu menatap nya tidak percaya, dan bagas saat ini terlihat begitu marah.

Tanpa terkontrol Bagas mengepalkan tangan nya dan mengangkat tangan nya untuk mendaratkan ke wajah Rayna yang terlihat tidak takut sama sekali.

Tangan Bagas hanya dapat melayang di udara ketika sebuah tangan menahan tangan cowok itu, dan Rayna mengenali pemelik tangan itu.

Tepat di samping Rayna tengah berdiri sosok Bara yang terlihat begitu marah dari sorot matanya cowok itu memandang Bagas, dan benar saja detik berikutnya kedua cowok itu sudah terlibat dalam perkelahian sampai akhirnya suara  pluit menghentikan mereka.

"Kalian semua bubar, kecuali Bagas, dan kamu Bara" ucap pak sakti

"Saya juga salah pak" sela Rayna

"Yasudah kamu juga ikut"

Setelah mendengar penejelasan dari mereka bertiga Pak sakti memutuskan menyuruh mereka lari mengelili lapangan sebanyak enam kali.

Empat putaran sudah mereka lewati, namun di putaran kelima Rayna merasakan pusing yang begitu menyakitkan terlebih lagi saat ini dirinya silit untuk mengontrol pernafasan nya hingga akhir nya ia memutuskan untuk berhenti sebentar.

"Lo kenapa" tanya Bara

Rayna hanya mengeleng pelen dan fokus untuk mengontrol pernafasan nya, mendengar suara pluit pak sakti membuat Bara segerah berjongkok di hadapan Rayna dan manarik tangan cewek itu untuk naik di punggung nya.

"Kita selesaikan ini sama-sama" ucap Bara

Begitu banyak pasang mata yang kini melihat mereka, sedangkan Bara dia terus berlari dengan menggendong Rayna di punggung nya.

Rayna merasakan kepala nya semakin sakit dan saat ini pandangan nya sudah mengabur, beberapa menit kemudian semua nya terasa gelap.

SincerityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang