05.

13 4 0
                                        

❝As if every moment was a dream, I won't ever grow far apart from you.❞

-🌳

Satu bulan semenjak Agatha yang menunjukkan dirinya, selama itu juga Ibunya semakin khawatir dengan kondisi Nevan. Putra tunggalnya itu kerap berbicara sendiri dan tertawa sendiri. Ia bilang, Agatha selalu bersamanya, di sisinya.

Ibunya sudah tak sanggup, ia tak ingin anaknya menjadi gila lagi. Dengan hati-hati ia meminta anaknya untuk ikut bersamanya ke rumah sakit; menemui psikiater.

"Nevan, Ibu tinggal bentar, ya? Ibu mau daftar dulu. Kamu jangan kemana-mana, okay?"

Nevan mengangguk dengan lugas. "Iya, Bu. Nevan nggak akan kemana-mana, Agathanya kan di sini." Ibunya mencoba untuk tersenyum, sekuat apapun ia mencoba anaknya tetap percaya dengan pendiriannya; Agatha selalu ada di sisinya.

Dengan itu Ibunya meninggalkan Nevan sendiri. Oh, atau mungkin berdua? Dengan Agatha.

"Nevan," panggilnya.

"Ya?"

"Ikut aku, ya? Temenin aku pergi."

Kalian tahu, Nevan tidak akan pernah bisa menolak Agatha setelah kecelakaan itu. Ia selalu menuruti keinginan Agatha; menggores pergelangan tangannya dengan penggaris besi pun ia pernah lakukan karena Agatha memintanya.

Nevan mengangguk, lagi. "Mau kemana?" Tanpa mengindahkan pertanyaan dari Nevan, Agatha melesat pergi ke tangga darurat yang mau tak mau Nevan ikuti.

Panggilan dari Nevan seperti angin lalu untuknya, ia terus berjalan sampai lantai teratas-Atap rumah sakit.

"Agatha," panggilnya, lagi.

"Nevan, kamu cinta aku, 'kan?" tanyanya sebagai respon setelah sejak tadi diam.

Nevan mengangguk dengan mantap. "Kamu ragu?"

"Kenapa kamu selingkuh sama Chloe?"

Tubuh Nevan menjadi tegang; ingatan tentang pertengkaran hebat mereka kembali terlintas dalam benaknya. Ia mendekati Agatha yang berdiri beberapa langkah di depannya, membuat tubuh mereka sejajar.

"Nggak bisa jawab, ya?" tanya Agatha karena Nevan tak kunjung menjawab.

"Nggak apa, kok. Yang penting kamu masih cinta aku. Iya, 'kan?" Agatha tersenyum. Senyuman lebar yang sudah lama tak Nevan lihat. Ia menganggukkan kepalanya.

"Sampai kapanpun, aku selalu cinta kamu, Agatha."

Agatha menggenggam tangan Nevan, membawanya berjalan pada ujung pembatas. Memeluknya dengan erat seolah tak ada esok hari dan membisikkannya beberapa kata.





























❝Hidup atau mati, kita akan selalu bersama, 'kan?❞



Lalu membiarkan tubuhnya dan tubuh Nevan terjatuh begitu saja dari ketinggian.









































Gelap. Itu lah yang pertamakali terlintas dalam pikiran Nevan. Melihat tangannya yang terlihat sangat pucat dan juga, dingin. Memori dimana tubuhnya terjatuh dari ketinggian dengan Agatha dalam pelukannya membuat kedua sudut bibirnya naik. Akhirnya, ia akan selamanya bersama dengan Agatha.

Namun ia tidak menemukan sosok Agatha di sampingnya.

"Agatha!" panggilnya sembari berusaha untuk berdiri.

Gadis dengan gaun putih di bawah lutut mendekatinya. "Nevan? Sudah bangun, ya?" Gadis itu—Agatha mengangguk-anggukkan kepalanya.

Berlutut di depan Nevan guna menyamakan tingginya. "Tapi maaf, sekarang aku benci kamu," ujarnya lalu meninggalkan Nevan dengan mata yang terbelalak.

END.

With(out) You. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang