4th Star

1.7K 256 38
                                    

Baam bingung kenapa Aguero mendadak menangis. Meminta maaf dengan wajah bersalah. Berkata ia telah melakukan hal buruk. Bahwa dirinya bukan orang baik. Apa maksudnya?

Bocah berambut coklat panjang ponytail ingin Aguero menjelaskan masalah apa yang menyebabkannya terpuruk. Berbagi cerita agar Baam bisa membantunya, menghiburnya. Namun dia sendiri belum lancar berbicara. Menyusahkan, dia harus belajar lebih giat lagi.

Selang menit kemudian, remaja bersurai biru muda sebahu melepas pelukan mereka. Manik cobalt Aguero memandang Baam teduh. Berbeda dari sorotan mata yang tegas saat keduanya pertama kali bertemu. Kini terkesan lebih lembut.

"Maaf ya, Baam. Kau pasti kaget aku tiba-tiba menangis," lirih Khun tersenyum sendu. Mengusap air mata dari pelupuknya.

Baam menggeleng pelan. Raut khawatir tercetak di muka tannya. "Khun, baik?"

"Hmm, aku baik. Tadi butuh mengeluarkan beban di hati sebentar," terang Aguero.

Baam menatap selidik. Penasaran apa yang membuat temannya sedih. "ce-rita?"

'Aku berharap bisa menceritakannya, Baam. Tapi kau pasti terluka nanti. Mungkin ketika hubungan kita lebih dekat, aku akan jujur padamu. Dan semoga kau dapat memaafkanku. Sekarang biarkan aku menjadi teman baikmu,' batin Aguero.

"Lain waktu, ya," ucapnya.

Memicu Baam cemberut. Bibirnya memanyun lucu.

Ekspresinya sangat imut. Aguero tak tahan untuk mengacak rambutnya gemas. "Aku janji cerita padamu, Baam. Tapi tidak sekarang, ya," tutur Aguero meyakinkan.

Bam mendengus mengalah.

Cahaya dari lubang makin terang. Menyinari sebagian area gua. Baam mendongak, melihat benda bulat berpedar menggantung di atap gelap. Dikelilingi benda kelap-kelip. Dia berbalik pada Khun, menunjuk atas sana.

Aguero mengerjap, mengikuti arah jarinya. "Oh, itu namanya bulan."

"buyan?"

Laki-laki blunette terkekeh. "Bulan, Baam. Kau lihat yang mirip atap besar itu? Itu disebut langit. Saat langit gelap seperti sekarang, kau bisa melihat bulan. Sebenarnya itu imitasi yang dibuat dari shinsoo. Legenda mengatakan ada langit asli terbentang diluar menara, juga memiliki bintang."

Baam meneleng, tidak mengerti arti bagian terakhir.

"Bintang itu benda kelap-kelip yang muncul bersama bulan," Aguero mengambil ranting. Ia menggambar bentuk yang menyerupai enam sudut bersinggungang. "Katanya tampak seperti ini. Bertebaran di langit, bersinar waktu malam, seperti bubuk cahaya. Namun itu hanya legenda. Tidak ada yang berpikir mereka nyata. Pada setiap lantai menara, kau bisa melihatnya berkat penciptaan shinsoo. Hanya memberikan kesan bintang itu ada, padahal mereka palsu."

Baam kembali memandang langit. Palsu atau tidak, mereka tampak indah.

"Khun, menara?"

"Oh. Kau tidak tahu ya. Kita berada di bagian luar menara. Banyak orang dan sebagian monster hidup disini. Lalu ada menara bagian dalam. Tiap lantainya dikuasai administrator. Reguler mengikuti tiap tes lantai untuk mendaki sampai ke puncak menara. Disana segala permintaanmu akan terkabulkan," terang Aguero. "Aku juga akan pergi kesana. Menggapai tujuanku dan keluar dari menara. Penasaran seperti apa dunia diluar sana," lanjutnya tersenyum tipis.

Laki-laki brunette berujar. "Boleh ik-ut?"

Aguero mengganguk. "Tentu saja. Aku memang berniat mengajakmu setelah keluar dari sini." 'Bukan sebagai pion yang kumanfaatkan. Melainkan sebagai teman berpetualang,' sambungnya dalam batin.

CITRINE (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang