7th Star

2.5K 274 52
                                    

Ujian pertama lantai kedua.

Mengurangi jumlah peserta yang semula 400 orang menjadi 200. Bebas menggunakan cara apapun.

Termasuk membunuh.

“Orang-orang bodoh,” desau Aguero menghela nafas pendek.

Ia sudah menduga para peserta akan saling bantai agar dapat lulus tes. Ia mendesah lagi saat jalannya dihalangi oleh mahkluk berkulit merah yang ukuran tubuhnya dua kali lebih tinggi darinya. Empat tangan sosok itu memegang pedang. Diayunkan menebas Aguero.

Dengan mudah laki-laki bluenette menghentikan serangannya menggunakan tas manbarondenna sebagai perisai.

“Hei, pria merah. Kenapa kau mencoba membunuhku? Padahal aku tidak melakukan apapun yang melukaimu,” ujar Aguero menatap lawannya santai.

Mahkluk merah tertawa remeh. “Apa kau belum mengerti?! Mereka yang berhasil bertahan hidup setelah menghabisi yang lain adalah pemenangnya! Itulah aturan ujian ini!”

“Hmm, berarti kau termasuk orang yang gampang dikendalikan,” Khun menahan tekanan pedang seraya mengambil dagger dari dalam tas. “Aku berpikir menjadikan 200 orang itu rekanku. Aku tak akan dikendalikan. Aku membuat aturanku sendiri. Itulah pola pikir seorang penguasa.”

Selesai dengan urusannya, Aguero berbalik pergi. Meninggalkan seonggok mayat hasil karya dagger-nya.

Seusai merekrut beberapa rekan, ia berjalan melintasi ladang ilalang. Manik cobalt menilik pocket yang menampilkan angka 289. Tiap menit berlalu semakin menyusut.

Dari kejauhan, terdengar bunyi-bunyi keras. Tak ayal para reguler sedang bertarung. Diikuti jeritan tersiksa memekakkan telinga. Tanda mereka mati ditangan lawan. Membuat udara bersih disini jadi kotor akibat tercampur bau anyir darah.

Dua hari sudah Aguero tiba di lantai ini setelah melewati tes dari Headon. Karena harus menunggu berkumpulnya peserta, ia baru bisa mengikuti tes lantai sekarang.

“Sebaiknya aku mencari tempat aman dan menunggu sampai waktu habis,” gumamnya mencari area yang dapat digunakan untuk bersembunyi.

Tampak sesosok mahkluk besar bermata banyak berdiri diam di tengah padang ilalang. Anggota klan Da-an.

Khun mendekatinya. “Boleh aku duduk disini?”

Da-an meliriknya sebentar. Bergeming.

“...Kuanggap itu ya,” Aguero langsung lenggah di balik badan Da-an. Sementara ia aman disini.

Langit biru shinsoo bersinar cerah. Remaja bluenette memainkan kalung permata yang melingkar di lehernya. Termenung menikmati semilir angin yang menyibakkan rambut biru mudanya.

Baam, sedang apa kau sekarang?’

.

.

.

Sebuah sabetan pedang dilancarkan untuk mengenai target. Laki-laki bersurai coklat gelap melompat hindar. Netra emas memincing ke pelaku di hadapannya.

“Berhenti disana, pendek! Biarkan aku menghabisimu!” geram sosok jangkung berbadan kekar yang membawa pedang panjang. Mukanya garang, matanya menyorot nyalang.

Baam tidak mau bertarung melawannya. Bukan karena dia tak bisa mengalahkannya, tapi penting menggunakan waktu yang sempit ini untuk mencari Aguero. Dia harus menemukannya sebelum tes berakhir. Atau mereka akan terpisah lebih jauh.

Baam memusatkan deteksi aura pada sahabatnya. Tempatnya cukup dekat dari sini. Dia menoleh ke kejauhan, dimana ada mahkluk tambun yang berdiri diam. Mata berjumlah banyak itu— Klan Da-an. Ras monster yang dikenal jinak, tak mudah menyerang siapapun meski situasinya genting. Mungkinkah Khun berlindung disana?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CITRINE (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang