Chapter 7

118 9 0
                                    

"Orang bisa memaafkan tapi belum tentu dapat melupakan sebuah kekecewaan"

~Anggara Zidane Mahardika~


Author POV

Anggara dan teman-temanya turun Dari kamar Anggara dan menuju meja makan yang disana sudah ada Rachel, Aletta, dan Nindira

"Masak Apa Bi?" Tanya Anggara.

"Widihh banyak amat makananya? Kenyang nih," celetuk Bima.

"Ishh malu sama tante Nindira," bisik Deva semberai menyentil jidat Bima.

"Hehe maaf Tan, emang Bima Yuh kayak gitu kebiasaan kurang makan tan," celetuk Deva.

"Apaan si lo?" Sahut Bima yang menyengir kuda.

"Gak papa kog, anggep rumah sendiri aja," turur Nindira.

"Iya, terutama lo Ray! Anggep rumah sendiri aja," ujar Anggara terkekeh.

Rayyan yang diam sembari makan langsung tersedak mendengar ucapan Anggara, Aletta yang duduk di sampingnya spontan mengambilkan air untuk Rayyan.

"Ehemm." Suara daheman Anggara membuat Aletta salah tingkah.

"Apaan? Kog jadi gue yang kena?" Ketus Rayyan yang masih mengatur nafasnya.

"Ya kali aja jadi," celetuk Anggara.

"Jadi apa?" Tanya Nindira.

"Jadi..." Rayyan langsung menutup mulut Anggara dan tersenyum ke arah Nindira.

"Jadi ngerjain tugas Bareng tan," lanjur Rayyan menyengir.

Nindira hanya Ber O ria sedangkan Aletta diam dengan wajah yang memerah dari tadi.

"Temen lucknut lo," Bisik Rayyan di telinga Anggara Dan tersenyum kecut.

"Sans bro," sahut Anggara terkekeh.

Mereka melanjutkan makan dengan bercanda ria, Aletta selama ini rindu dengan tawa kakaknya itu. hal yang hampir tak pernah terjadi belakangan ini.

"Aku rindu Kakak," batin Aletta.

"Eh pada makan ya?" Suara Bayu yang membuat semua orang menoleh Dan tersenyum kecuali Anggara.

"Gue udah selesai," ucap Anggara sembari beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju kamar.

Semuanya diam memandang kepergian Anggara dan menunduk terutama Nindira, Bayu yang melihat sikap Anggara menghembuskan nafas kasar.

"Om, Tante, kita pulang dulu, permisi," ucap Deva.

Mereka bertiga berjalan ke arah pintu untuk pulang karena merasa keadaan sedang tidak enak.

"Lihat kelakuan anak kamu!" Ketus Bayu yang hanya di sambut kebungkaman Nindira dan Aletta.

"Dia capek." Jawab Nindira singkat.

"Tapi apa harus seperti itu?"

"Maklum."

"Apa maksud kamu? Lihat dia jadi anak yang berani dengan orang tuanya!" Bentak Anggara.

"Itu Karena kesibukan kita dan..." Nindira terdiam tak melanjutkan ucapanya.

"Jangan bahas masalah itu lagi."

"Papa minta mama buat enggak bahas masalah ini? Gara-gara ini Kakak jadi benci dengan kita!" Teriak Aletta emosi.

Captain AxellionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang