Pagi hari, waktu dimana ketika ayam jantan tak lagi membutuhkan cahaya untuk mengetahui kapan fajar tiba. Saat itu Gadis ini masih menelungkup kan wajahnya dibawah selimut tebal bermotif panda. Begitu nyaman dan hangat, hingga ia lupa bahwa ia harus pergi pagi ini juga.
"Yaaa...Ayakaa!! cepat bangun!!! nanti kamu ketinggalan kereta loo!!" Teriakan itu terdengar dari luar pintu kamar Nayaka, disertai dengan suara ketukan pintu yang cukup keras.
"Astaga..kesiangan" Nayaka bergegas bangun dari tempat tidurnya dan pergi ke kamar mandi.
Ia berlarian kesana-kemari. mandi, merias, merapikan rambut kedepan cermin, dan mengecek semua barang yang sudah ia packing semalam. Setelah selesai Nayaka turun ke lantai bawah untuk sarapan.
"Sudah siap berangkat kamu?" Tanya laki-laki di depan Nayaka yang biasa ia sebut sebagai ayah.
"siap 100%" Jawab Nayaka dengan penuh keyakinan
"mbak, mbak ojo suwi-suwi yo, nde Jakarta, mengko, aku karo dek Lala kesepian." Ucap sang adik sambil merengek memegangi lengan Nayaka
"ya, pokok e sampek mbak lulus SMA lah dek"
"Alah..paling nanti juga kalau mbak di rumah kamu ajak bertengkar dek..dek.." Ledek Ibu
"Hehehe.."
Nayaka ikut tertawa mendengarnya. hingga tak sadar jam sudah menunjukkan pukul 7.00. terlambat!
"Yah...udah telat nih..."
"ya sudah, buk..ayah nganter Aya dulu ya"
"iya ayah..., Aya hati-hati kamu di sana. ingat jaga diri. begitu sampai di sana telpon ibuk. ya, terus kalau ada apa-apa kabari ibuk ya.."
"iya buk" jawab Nayaka seraya mencium tangan wanita paruh baya itu, bertujuan meminta do'a serta restu dari nya.
mobil sudah mulai meninggalkan halaman rumah.
Akhirnya sampailah di stasiun kereta tepat waktu. setelah menyalami ayahnya, Nayaka ditinggalnya untuk pergi bekerja. seraya menunggu kereta datang, Nayaka duduk di kursi tunggu sambil mendengarkan musik dari headshed miliknya. tak lupa ia mengecek medsosnya dan akhirnya tenggelam ke dalamnya.
Awww...
Tiba-tiba seseorang menginjak kaki Nayaka. ini tidak menyakitkan, hanya bentuk refleksi dari tubuh.
"maaf, gue ngga sengaja, lo ngga papaka?". ucapnya.
laki-laki bertubuh tinggi itu, mengenakan topi, baju putih polos yang kebesaran dan di lapisis swetter hitam. dengan bawahan celana jeans yang sedikit robek pada bagian lututnya.
"iya, ndak papa kok" jawab Nayaka sambil menatap wajahnya yang sedikit terhalang oleh topinya.
ia sedikit membungkukkan badannya dan berjalan melalui Nayaka, kemudian duduk jarak 2 kursi di sampingnya. diam-diam Nayaka menatapnya namun tetap saja wajahnya terhalang oleh topi milik laki laki itu.
ketika cowok itu mengangkat wajahnya sedikit, dan terlihatlah matanya dari samping, ia balik menatap ke arah Nayaka, secepatnya Nayaka mengubah arah pandangnya ke layar ponsel yang berwarna hitam. dengan cepat ia mengetik-ngetikkan secara acak, bertujuan agar ia tak terlihat sedang memandangi cowok itu.
sepertinya, aku tidak asing dengannya, tapi siapa dia.
Akhirnya kereta pun tiba. Nayaka bergegas untuk masuk kedalamnya. namun, inilah bagian yang tidak Nayaka sukai dari Indonesia. Orangnya tidak mau mengalah dan mengantri dengan tertib. selalu saja berdesak-desakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ineffable
Teen Fiction"gue baik bukan berarti gue suka sama lo, jadi tolong jangan lampaui batasan lo, PAHAM!" Kisah seorang gadis SMA yang sering di panggil dengan sebutan gadis sketch book. Kekagumannya pada seorang senior nya telah membuatnya jatuh hati. Namun siapa s...