Crazy [1]

115K 602 4
                                    

Hal sederhana yang buat gue bahagia itu cuma satu. Makan.

Itu beneran sederhana kok. Walau porsi makan sehari itu tiga kali, tetap aja cemilan gak bisa terlewatkan. Kalo gak percaya liat aja perut lemak gue yang kian mengembang ini.

Sore ini gue udah siap buat pergi nyari jajanan. Sweater oversize, celana traning, dan gak lupa sneakers putih. Percaya deh, nyaman banget.





Gue mengelilingi kota Jakarta dengan motor metik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gue mengelilingi kota Jakarta dengan motor metik. Sekalian cari udara seger juga sih.

Tapi tetep aja. Setelah hampir satu jam jalan-jalan gak ada tujuan, gue baru berakhir di taman jajanan depan komplek. Buat beli seblak.

"Bang seblak dong, satu porsi."

"Yoi Neng, makan sini?"

Gue mengangguk mengiyakan. Lalu langsung mendaratkan pantat gue di bangku kayu. Kalo dipikir-pikir taman jajanan komplek gue selalu rame pengunjung. Mau hari sekolah ataupun libur tetap aja gak bakalan sepi. Mungkin emang karena banyak varian jajanan yang dijual sih. Terus seru juga kan tuh pulang sekolah ngumpul di sini sama temen. Gue sih tipe yang pulang ke rumah buat ganti baju dulu, baru deh nyari jajanan.

Gak lama seblak pesenan gue dateng. Begonya gue lupa juga mesen minumnya. Alhasil gue nyamperin abangnya lagi ke meja dagang yang lumayan jauh dari tempat gue duduk.

Tapi saat balik ke meja. Gue melihat seonggok daging gak berperikemanusiaan sedang melahap seblak panas yang belum gue sentuh sama sekali.

"Eh anjing! SEBLAK GUE!!"

Cowok di depan ini hanya nyengir dan mendorong kotak styrofoam berisi seblak tadi. Emang bangsat, ditinggal bentar doang seblak gue udah tinggal setengah.

"Dasar jomblo." Sebelum gue membuka mulut, Ragel berteriak ke arah tukang batagor.

"BANG, BATAGOR SATU!!"

Gue menunduk malu karena banyak mata yang menengok kepo. Emang sialan nih orang, bikin malu aja.

"Goblok! ngapain teriak si?"

Sumpah demi apapun. Di deket dia bisa-bisa gue darah tinggi. Udah beralih profesi jadi tukang ngumpat.

"Suka-suka gue lah."

"Pergi sana lo! Seblak gue dimakan, sekarang malu-maluin aja teriak di tempat umum. Sini mulut lo gue jait."

Ragel menyentil kencang bibir manyun gue. Membuat mata melotot. Kalian tau kan sentilan cowok itu gimana? Sakit banget sialan. Gue balas menonjok bahunya gak kalah kencang. Gak cuma sekali, berkali-kali.

LoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang