peeve [5]

23K 324 2
                                    

Vote dulu ya, pembaca yang budiman.





***

"Lah, lo ngapain?" tanya gue kaget. Pasalnya Ragel bin kadal, ada di depan gue lagi memainkan hapenya. Saat gue membuka suara, dia menengok dan keliatan sama terkejutnya

"Elo ngapain?" tanya Ragel balik. Dia menaikkan sebelah alisnya bingung.

"Ya gue mau balik lah, kan ada orang sinting yang ngempesin ban motor gue," ujar gue bermaksud menyindir. Ragel mendelik gak suka.

"Terus elo kenapa naik angkot? Motor lo kemana?" tanya gue lagi. Lagian nih orang aneh banget. Punya motor tapi gak dipake ya buat apa.

"Ban-nya bocor."

Gue mengulum bibir menahan tawa. Mengalihkan tatapan biar gak ngakak di tempat ini. Masalahnya ada dua ibu-ibu dan anak SMP di dalam angkot sekarang. Nanti gue dikata aneh. Tapi nyatanya mendengar pernyataan Ragel tadi gak bisa menutupi kebahagiaan gue. Kok gue bisa seneng gini Ragel sengsara?

"Aw!" Ragel menyentil dahi gue kencang. Kayanya nih cowok demen banget nyentil bagian muka gue deh. Kan sakit.

"Tawa lo jelek bego. Gak usah nyengir." ujarnya dengan nada sarkas. Gue mengerucutkan bibir kesal.

"Ini mah udah ketauan banget."

"Katauan apaan?" Ragel mengernyitkan dahi bingung.

"Karma gak salah tujuan hahaha."

Gue tertawa renyah. Sampe ibu-ibu natap gue dengan tatapan horor. Gue langsung mengulum bibir.

"Makanya jangan berisik," ucap Ragel memperingati.

***

Setelah memberi uang lima ribuan ke supir angkot, gue berjalan menuju taman jajan di depan komplek. Sekalian aja jajan ya kan, biar ada semangat jalan ke rumahnya. Masalahnya blok rumah gue lumayan jauh dari depan komplek. Kan butuh tenaga.

Gue termundur ke belakang saat Ragel menarik rambut ikat kuda gue.

"Apaan si Gel," ujar gue dengan nada risih.

"Bareng."

"Gue mau jajan dulu, lo langsung pulang aja gih."

"Ya udah ikut, gue laper."

"Ck. Ikut-ikutan aja lo."

Fyi, gaes. Gue sama Ragel satu komplek. Cuma beda blok aja. Mungkin karena itu juga gue jadi gak bisa kebebas dari nih manusia.

"Natya!"

Gue menengok ke asal suara. Gak jauh di sana ada cowok berseragam sama kaya gue melambai-lambai tangannya. Gue tersenyum lalu mendekat.

"Eh, Bima. Lo ngapain di sini?"

"Jajan lah. Sini gabung."

Gue duduk di bangku hadapannya sesuai perintah.

"Maksud gue kenapa jauh-jauh banget gitu loh."

"Oh... komplek gue gak ada taman jajannya."

Ragel duduk di samping gue dengan gak tau malu. "Ngapain duduk di sini. Tuh bangku kosong," usir gue dengan gak ada halus-halusnya.

"Serah gue dong. Bro, boleh kan duduk di sini?"

Gue melihat Bima yang meringis gak enakan. Lalu orangnya mengangguk. Kenapa dibolehin si.

"Lo belom mesen Bim? Mau gue pesenin?"

Bima ikut membangunkan dirinya. "Gue aja, lo pesen apa?"

LoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang