[8]

14.5K 310 18
                                    

vote komennya bunda bunda!

***

"Lo satu kelompok sama gue?!"

Gue menyemberutkan bibir. Balik menatapnya sinis karena nada bicaranya yang merendahkan. Dikira gue mau kali ya sekelompok sama dia?

"Iya!"

Ragel berdecak pelan. Dia bersedekap dada sambil menyenderkan badannya di dinding kelas.

"Gak mau ah. Emangnya lo gak protes ke Bu Resa?"

Menghembuskan napas dengan kasar, gue berusaha bersabar menghadapinya.

"Lo kira gue mau satu kelompok sama lo?" ujar gue penuh penekanan. Mata gue sedikit melotot marah.

"Mending gue sama yang lain daripada sama lo," ucapnya diakhiri kekehan mengejek. Matanya menatap gue dengan sinis.

"Oke. Jangan harap nama lo ada di sampul tugas kita. Gak papa gue kerjain sendiri, gue masih mampu kok. Sekalian aja lo gak dapet nilai keterampilan di rapot," ujar gue dengan menggebu-gebu. Biarin, mampus-mampus lo!

"E-emang tugas ini masuk nilai rapot?"

Ragel menormalkan nada suaranya. Bahkan tangannya pun udah diturunkan. Gue berdecih pelan. Menampilkan muka tersongong yang pernah gue tampilin.

"Iya. Kenapa? Nyesel bilang gak mau ngerjain tugasnya?"

Dirinya berbalik badan. "Ayo langsung kerjain. Gue gak punya banyak waktu."

Dalam hati gue bersorak riang. Bukan karena Ragel sekelompok sama gue loh ya. Tapi karena akhirnya gue gak ngerjain sendirian. Sejujurnya gue gak mampu si ngerjain itu sendirian. Cuma mau mancing Ragelnya aja si.

Ya dipikir-pikir aja. Tugas buat dua orang dibebankan ke gue.

Bisa si ...

Bisa mampus.

***

Matahari sedang terik-teriknya saat gue dan Ragel sampai di rumah. Rumah gue tentunya. Kami membawa motor masing-masing masuk ke gerbang, ya karena Ragel juga bawa motor ke sekolah.

"Masuk aja masuk, anggap aja rumah sendiri," ujar Ragel dengan muka songongnya. Gue menendang tulang keringnya lumayan kencang. Lalu berjalan masuk ke dalam rumah.

Lampunya mati, mungkin mamah sama nenek lagi pergi ke luar.

"Duduk apa gue betot?!" ancam gue karena ngeliat Ragel yang sedang asik memotret foto masa kecil gue. Manahan foto kecil gue tuh gembrot banget, pipinya kaya mau lumer ke bawah.

"HAHA ini elo Nat? Kok bisa beda gini si?" Ragel terbahak sambil memegangi perutnya.

"Bisa diem ga? Hapus fotonya!" ujar gue murka. Gue menangkap hape yang digenggamnya. Tapi dengan secepat kilat dia mengelak dan menjauhkan hapenya dari keberadaan gue.

"Pantes aja namanya Nanat, orang mukanya kaya donat HAHA ..."

Ragel gak henti-hentinya menertawakan gue. Dalam hati gue menyesali naruh foto tersebut di ruang tamu.

"Oke, nama lo gak gue cantumin di tugas."

Gue berbalik dan berjalan cepat menaiki tangga. Bisa didengar langkahan kaki di belakang gue.

"Eh iya Nat, Nanat, iya-iya gak gue sebarin kok."

Tangan Ragel menangkap tangan kanan gue. Gue memandangnya dengan sinis. Giliran diancam nilai aja nih anak ciut.

"Gue mau lo hapus fotonya!"

"Engga."

"Hapus gak?"

LoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang