[12]

4K 147 14
                                    

halo!

hai!

aku kembali lagi, jangan lupa vote ya!

[WARNING++]

cerita di bawah ini mengandung adegan prot prot.

ok.

***

Gue langkahkan kaki dengan tempo cepat. Bahu gue sedikit naik turun karena napas yang gak teratur. Gue mau marah, gue kesel banget sama Ragel.

Saat di kantin tadi, kak Reno mengajak gue bergabung dengan kumpulan timnya. Awalnya gue segan, ya karena gak ada satu orangpun yang gue kenal di sana. Di sana juga ada beberapa perempuan a.k.a kakak kelas yang berbaur bersama mereka di satu meja.

Karena kak Reno agak mendesak gue untuk bergabung, alhasil gue ikut duduk di bangku panjang bersama yang lainnya.

Gue yang jarang berbaur ini, jadi hanya mematung mendengarkan penuturan mereka. Tanpa ada yang mengajak gue bicara, ataupun basa-basi sekedar tanya.

Rasanya gue mau pergi. Kemana aja asal keluar dari lingkaran canggung ini. Gue juga sedikit kesal sama diri sendiri karena rasa sulit untuk mengajak ngobrol oranglain duluan.

Karena kepalang bosan. Lagipula gue gak punya uang untuk jajan, akhirnya gue berinisiatif buat izin ke toilet.

Kak Reno sempat ingin antar, tapi gue tolak karena alasan gue ya memang mau kabur dari mereka.

Kaki gue berkelit ke arah kelas.

Andai aja Ragel gak bawa kabur dompet gue! Gue bisa mengalihkan perhatian dengan jajan makanan. Gak bakal juga gue jadi se-ceming ini.

Iya!

Semua ini memang salah Ragel.

Gue memasuki kelas dengan raut masam. Menghampiri Ragel lalu menarik kerah kemejanya dengan kasar.

"Kampret lo!" teriak gue. Napas gue makin memburu karena kesal.

Ragel melebarkan mata. Menatap gue keheranan.

"Kaget gue. Kenapa si lo?"

Karena makin kesal dengan jawabannya barusan, gue menonjok mulutnya dengan kepalan tangan. Membuatnya makin melebarkan kedua matanya. Bahkan tubuhnya terpental sedikit ke belakang.

Dengan segera, tangannya menutup bibir yang jadi mengeluarkan darah. Setelahnya gue agak menjauhkan diri. Masih menatapnya dengan tajam.

"Dompet gue mana?!" amuk gue.

Ragel berdiam cukup lama. Mungkin masih mencerna semua yang terjadi barusan. Lalu dia menunjuk meja dengan gerakan kepala. Membuat gue menengok ke meja yang diarahkannya tadi.

Gue tertegun. Meneguk ludah kasar. Melihat dompet mungil yang mungkin sudah tergeletak di meja gue sedari tadi.

Mendengus gusar, gue berjalan ke arah tempat duduk dengan muka merah padam. Menelungkupkan wajah di dalam kedua tangan. Mata gue memanas. Masih merasakan kesal beriringan dengan malu yang menguar bersamaan.

Gue sempat melihat teman kelas yang menatap gue sambil geleng-geleng kepala. Mungkin sudah gak kaget sama hubungan dan kelakuan gue dan Ragel. Gue berusaha menahan bahu agar gak ikut bergetar. Sambil menggigit bibir menahan isakan.

"Nat, kok nangis?"

Pertanyaan tersebut keluar dari mulut Ragel. Dorongan meja disertai langkahan kaki terdengar mendekati gue.

Ragel menduduki bangku Tera yang daritadi kosong. Entah kemana pemiliknya tersebut.

"Kan yang ditonjok gue, kok lo yang nangis?" tanyanya lagi. Tangannya mengelus bahu gue agak kaku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 15, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang