Kamu sebagai hewan dengan PoV 2?
Hmm...
Kalian tahu, sesungguhnya sedari awal seharusnya cerita random kita ini pakai PoV dua. Benar, hidupku tak jauh-jauh dari PoV ini sebagai Saksi Bisu.
Menceritakan semua kisah imajinasi Tuanku dari sudut pandangku sendiri.
Sebagai hewan hmm...
Hnggg....
Tuan tak punya cerita hewan. Gimana ya hmmm....
Ya sudahlah. Aku akan jalan-jalan dulu barang sebentar untuk mencari target.
Oh...ada kambing jejadian.
Ini masuk hewan kan? Anggap saja iya. Toh dia sedang berwujud sebagai anak kambing yang imut sekarang ehehehe
Baiklah nanti takkan ada gadis rambut ungu. Aku akan mencoba menceritakannya kali ini benar-benar dari apa yang kulihat.
*********
Kambing kecil yang imut.
Itulah dirimu sekarang. Dengan sepasang tanduk lurus keatas yang mungil karena wujudmu sekarang adalah seekor kambing gunung, dan sekuntum bunga emas menjalar diatas kepalamu sebagai hiasan.
Sebenarnya kamu bisa menjadi apa saja. Tapi kamu lebih suka jadi anak kambing. Dan sepertinya kamu sendiri tak paham dengan alasanmu kenapa lebih suka memakai wujud itu dibandingkan binatang lainnya.
Ya karena kamu kekurangan satu hal dalam hidupmu.
Kamu diciptakan tak punya hati. Tak perperasaan seperti makhluk buatan pada umumnya.
Hari ini kamu tersesat di tengah hutan yang begitu gelap. Padahal sebelumnya kamu ditugaskan untuk membawa buku-buku sesuai perintah tuanmu.
Hutan itu teramat seram. Gelap, dingin, dan memiliki aura gelap yang bisa kau lihat. Tak lupa suara-suara tak berwujud memenuhi pendengaranmu.
Namun anehnya kamu justru semakin ingin masuk kedalam. Kamu mungkin tak berperasaan, namun dirimu entah kenapa seolah selalu tertarik dengan sebuah misteri.
Kamu lalu melihat seberkas cahaya. Kamu pun mengikutinya. Semakin lama cahaya itu terlihat semakin besar di depan matamu.
Lalu kamupun mendapati seseorang tengah terbaring dengan penuh luka. Dia mengenakan topeng dari tengkorak rusa. Di sekitarnya tampak banyak cahaya berputar-putar yang kalau diperhatikan lagi, adalah kumpulan roh.
Ia kembali melihat sekitarnya. Sepasang mata hijau bundarnya mendapati sesuatu hitam besar tengah memegang sebutir apel emas. Tertawa terbahak-bahak.
Matanya tertuju pada apel emas yang seolah tampak kehilangan cahayanya. Lalu entah apa yang kamu pikirkan, kamu melompat kearah bayangan hitam itu. Membawa kabur apel emas yang hampir saja remuk itu.
Kamu terus berlari hingga keluar dari hutan gelap itu. Masih tetap membawa apel emas itu.
********
"Ah...ini kumpulan jiwa yang dipadatkan. Kau mendapatkannya darimana, Deus?" Tanya tuanmu meneliti apel emas yang kamu bawa pulang.
Kamu pun menceritakan apa yang kamu alami. Tentunya tidak seperti manusia bercerita, ataupun kambing bercerita. Kamu menceritakan semuanya dengan gerakan dan isyarat. Beruntungnya, tuanmu sangat paham maksudmu.
"Kau harus mengembalikannya pulang. Kepada pria bertopeng tengkorak itu besok. Paham? Sepertinya ia membutuhkannya"
Kamu pun hanya mengangguk menurut.
Tuanmu lalu memerintahkanmu kembali ke ruanganmu. Sembari menimang apel emas, kamupun kembali ke kamar.
Untung belum kamu makan apelnya. Sepertinya begitu pikirmu sekarang.
Lalu tiba-tiba kamu mendapati semak di dekat jendelamu bergoyang. Dengan penasaran kamu pun membuka jendela.
Tiba-tiba saja sebuah tangan menarikmu. Merebut kembali apel yang rencananya hendak kamu kembalikan besok.
Kamu berniat mengejarnya, namun sepertinya tindakanmu sudah tak diperlukan lagi.
Apel emasnya sudah kembali ke pemiliknya.
*******
Sekian tak terima gaji
Begitu saja katamu? Yep. Sebenarnya kisah apel emas ini panjang. Kau tahu, si kambing lucu kita ini nanti akan bertemu lagi dengan pemilik apel emas itu.
Tapi yaah... Sepertinya aku tak bisa menceritakan next project itu sekarang.
Maaf ya
Sampai babay besok~
******
Note:Tema hari ini...
PoV 2 kamu sebagai hewan
Ya gitu saja. Karena lagi-lagi moodku terbang//run
KAMU SEDANG MEMBACA
DWC2020 : 30 Days View
RandomAh... Halo Tuanku. Anda memberiku tugas? Untuk menemanimu menyelesaikan kertas baru? Tiga puluh kisah harus diselesaikan huh? Baiklah...aku akan menemanimu. Kuharap kali ini kau benar-benar menyelesaikan tugasmu itu. Aku tak terima mengarungi kertas...