Strawberry Cake

49 0 0
                                    

Hoeem...

Kau ingat apa salahmu Tuan?

Kau sudah dua hari tak memberiku tugas baru untuk misi ini.

Kau sudah gagal dengan janjimu dalam menyelesaikannya selama tiga puluh hari. Kau tau?

Abaikan soal dirimu. Mari kita olah tema yang sepertinya kamu sendiri yang request ini.

*********

Sang penjaga kematian itu teramat misterius.

Di depan semua yang ia kenal, dia begitu dingin, menakutkan, aura gelap memenuhi dirinya.

Dan tak berperasaan, tentu saja. Selayaknya kami para penjaga terlahir tak berperasaan.

Namun pengecualian bagi Si Saksi Bisu, dia masih memiliki perasaan karena pada dasarnya dia bukan penjaga murni.

Ah abaikan soal Si Saksi Bisu seperti biasa. Tokoh utama kali ini adalah Sang Penjaga Kematian.

Hari ini Si Saksi Bisu melihat sosok itu tengah memesan cake stroberi di dunia manusia.

Cake stroberi? Untuk sosok segelap makhluk itu? Sungguh bukan kombinasi yang cocok bukannya begitu?

Namun dia memakannya. Malah tampak seolah menikmatinya. Dia tampak tersenyum di balik kacamata samarannya.

Senyum...bahagia...

Itu bukanlah hal mudah untuk para penjaga seperti mereka. Senyum adalah hal yang susah. Perasaan adalah hal tabu.

Senyum dengan menampilkan emosi adalah sebuah kesalahan besar.

Kenapa dia bisa melakukan hal terlarang itu? Memiliki emosi bukannya hanya akan berakhir kematian bagi mereka jika ketahuan?

Saksi Bisu sama sekali tak bisa mengerti. Dirinya sendiri bahkan sengaja mematikan emosinya agar bisa selamat dari pekerjaan yang terpaksa dilekatkan padanya.

Tapi dia melakukannya.

Dia yang Sang Kematian.

Yang bahkan telah menghapus banyak mereka yang melanggar hal tabu itu.

Sang Kematian lalu membawa kotak cake yang lain pergi dari tokonya. Berjalan melewati orang-orang dengan tak peduli. Terus berjalan menghindari keramaian. Jauh dari perkotaan.

Hingga akhirnya berakhir di tepi tebing yang tenang dimana angin berembus lembut. Ia duduk di tepi tebing itu. Memindahkan cake yang ia beli sebelumnya di sebuah piring lalu meletakkannya kesebelahnya.

Tak ada suara. Sang Kematian hanya menatap lurus ke depan tanpa suara. Tanpa tindakan. Ekspresinya kembali seperti yang biasa dikenal.

Datar, dingin, tanpa perasaan.

Namun di balik punggungnya dan dengan cake yang diacuhkan itu entah kenapa terasa...

Menyedihkan?

Saksi bisu mencoba mendekatinya tanpa suara. Penasaran. Tentu saja berusaha memasang muka datar juga takut ketahuan kalau dirinya punya emosi. Namun apa yang ia lihat hari ini membuat matanya membulat.

Sang Kematian meneteskan air mata dengan tatapan kosong masih menatap ke depan.

"...Tuan"

Tanpa sadar Saksi Bisu membuka suara. Padahal awalnya ia tak ingin terlibat dalam cerita ini.

Namun sebuah kata itu sukses membuat Sang Kematian menunjukkan ekspresi yang takkan pernah ia perlihatkan selama ini.

Terkejut dengan panik.

Suasana kembali hening. Keheningan yang tidak menyenangkan.

"Kau...melakukan hal tabu?" Si Saksi Bisu masih menatapnya dengan tak percaya.

"...haha"

"AHAHAHA..."

Reaksi di luar dugaan. Sang Kematian tertawa. Seolah menjawab pertanyaan Saksi Bisu membenarkan. Tawanya terdengar menyembunyikan kesakitan yang sulit dijelaskan.

Seulas senyum pun terukir dari wajah pucatnya.

"Kau mau melaporkanku pada petinggi? Bagus. Beritahu saja. Dengan itu akhirnya Sang Kematian benar-benar bisa mati dengan tenang" katanya mengangkat bahunya teramat begitu santai.

"...Kenapa?" Tanya Saksi Bisu tanpa sadar melepas topengnya.

"...Aku sudah lelah dengan peranku ini"

"Peran yang telah menghapus dia dari dunia ini."

"Dia yang kau gantikan sekarang"

Dia.

Saksi bisu tahu betul siapa dia yang dimaksud. Dia yang menjalani peran yang ia sandang sekarang. Dia yang terhapus tanpa sisa bahkan ingatan dari semua orang. Dia yang merupakan kesalahan terbesarnya.

Kalau saja Dia tak melindunginya.

"Kau...mengingatnya?" Tanyanya tak percaya

Tak ada yang bisa mengingatnya. Tapi kenapa Sang Kematian masih mengingatnya?

"Kematian selalu bersama tragedi. Tentu saja aku ingat semua yang kuhilangkan" katanya senyum miring.

Sepertinya tak hanya dirinya saja yang menyesal dengan kesalahan besar ini.

Selain keduanya juga sama-sama telah melakukan kesalahan besar yang bisa dibayar dengan kematian.

Tidak

Hilang selamanya.

********
Keduanya jadi teman baik, lalu happy end deh~

Ah...sudah waktunya aku pergi memenuhi janjiku.

Menikmati cake stroberi bersama-sama.

Untuk mengingatnya. Hanya itu satu-satunya yang tak hilang dari eksistensi dia yang telah hilang.

Sampai babay~

*******

Note:

Tema hari ini...

Kesalahan terbesar

Halo, aem bek.
Sori libur dua hari ahahaha//run

Btw gambar ini kurang lebih bisa jadi tambahan dari cerita hari ini.


DWC2020 : 30 Days View Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang