• KaiHun •
"Bagaimana keadaanmu, Sayang?"
"Cukup baik." Sehun tersenyum kecil untuk menunjukkan pada Jongin bahwa ia memang baik-baik saja. "Berapa lama aku tertidur?"
"Sekitar empat jam." Jongin meraih tangan Sehun yang terbebas dari jarum infus lalu mengecup punggung tangannya dengan lembut. Beberapa jam yang lalu Sehun baru saja menjalani operasi. "Apa jahitannya terasa sakit?" Raut wajah Jongin terlihat khawatir saat menatap wajah pucat Sehun.
Sehun mengangguk lemah. "Sedikit, tapi itu wajar mengingat aku baru saja selesai di operasi." Jawab Sehun diiringi senyuman kecil.
Jongin mengecup keningnya. "Setelah pulang ke rumah kau harus banyak istirahat dan jangan banyak pikiran, apa kau bisa menuruti keinginanku? Sungguh, aku akan mati jika terjadi sesuatu yang buruk lagi kepadamu... Kim Sehun."
Sehun sekali lagi mengangguk dengan lemah. "Ya, aku akan menuruti keinginanmu. Tolong jangan bicara seperti itu, Jongin. Aku akan sangat sedih." Sehun meneteskan air matanya, Jongin segera menghapus air matanya.
"Dokter tidak mengangkat... rahimku 'kan, Jongin?" Sehun menatap Jongin dalam, untuk sejenak pria itu terdiam sebelum menjawab.
"Tidak. Dokter tidak mengangkat rahimmu, syukurlah hanya tumornya saja yang di angkat. Rahimmu masih bisa di selamatkan walau kemungkinan kecil kau bisa mengandung." Jawab Jongin yang seketika membuat Sehun bernafas lega, walau itu tak membuat Sehun bisa tenang.
"Syukurlah, aku sangat takut dokter mengangkat rahimku tanpa persetujuan dariku."
"Tidak akan, aku sudah berjanji padamu bahwa aku tidak akan membiarkan dokter sampai mengangkat rahimmu."
Sehun tahu bahwa Jongin akan selalu menepati janjinya, namun kali ini Sehun tidak bisa begitu saja mempercayai janji Jongin terhadapnya. Masalah yang menimpa mereka kali ini cukup berat dan menguras emosi keduanya, bahkan lebih berat daripada Sehun yang harus menghadapi Luhan yang secara terang-terangan ingin merebut Jongin darinya.
Di usia pernikahan mereka yang baru menginjak 2 tahun, Sehun hanya menerima kenyataan bahwa di rahimnya tumbuh penyakit berupa tumor alih-alih tumbuh janin bayi di rahimnya. Sehun dan Jongin sudah sangat mendambakan kehadiran seorang anak di dalam pernikahan mereka, namun Tuhan berkehendak lain dan sepertinya ingin menguji cinta keduanya dengan ujian yang lebih berat dari hanya sekedar orang ketiga yang mencoba menghancurkan pernikahan mereka.
Pantas saja Sehun tak kunjung mengandung buah cintanya bersama Jongin, karena ternyata ada sebuah tumor yang tumbuh di dinding rahimnya sehingga menghambat proses pembuahan. Sehun tak mengetahuinya karena ia tak merasakan gejalanya, hingga akhirnya ia dan Jongin menemui seorang dokter kandungan untuk memeriksakan kondisi kesehatan mereka.
Sehun sangat terpukul setelah mengetahui hasil pemeriksaannya, tentu saja. Wanita mana yang tak akan terpukul mengetahui bahwa dirinya lah yang bermasalah selama ini, sedangkan Jongin sehat-sehat saja bahkan Jongin bisa di katakan sangat prima dengan kualitas sperma yang luar biasa.
Tumor yang telah tumbuh di rahimnya itu telah menyebabkan kerusakan hingga Sehun akan sulit untuk hamil dan punya anak.
Jongin tidak marah saat mengetahui bahwa Sehun akan sulit untuk memberinya keturunan, pria itu justru lebih mementingkan kesehatan istrinya alih-alih sibuk berpikir bagaimana caranya untuk segera memiliki anak. Lain halnya dengan kedua orang tua Jongin yang justru sibuk mencarikan wanita lain untuk putra mereka tanpa mempedulikan Sehun yang sedang sakit dan membutuhkan dukungan dari banyak orang, hanya Jongin dan kakek Kim yang peduli pada Sehun. Walau seperti itu Sehun tetap bersyukur karena masih ada orang yang peduli padanya terlebih Jongin sebagai suaminya.