Ketidakdugaan disaat magang

130 7 6
                                    

Cahaya menyilaukan menerpa wajah tuanya. Garp, melihat cahaya fajar sudah meninggi. Beberapa hari ini dia tak memperdulikan apapun selain kesehatan acelia. Gadis yang berbaring didepannya. Eh?

Kosong?

Clek...

Suara pintu terbuka, dan menampakkan sosok gadis cilik yang dicari-cari garp.

"selamat pagi kek, ini sarapan!"
.
.
.

.
.
.

.
.
.
Diruang admiral marine.

"hm, jadi kau gadis yang telah menghancurkan kapal dari anak buah kurohige tersebut?" ujar sakazuki.

"ya"

"lalu, apa yang kau ingin lakukan sekarang. Aku mendengar kau ingin bergabung bersama pasukan revolusioner, benar begitu?" lanjutnya.

"ya, tapi aku berubah pikiran. Sekarang, garp-san. Bukan, garp-jisan telah menyelamatkanku. Dan aku berhutang budi dengannya" ujar acelia menatap sakazuki dingin.

"hm, aku juga mendengar kalau si tua garp juga mengangkatmu menjadi cucunya. Benar begitu?" selidik sakazuki.

"seperti yang kau tahu sakazuki-dono. Hutang budiku padanya lebih besar daripada menerima tawaran darinya menjadi cucu. Lagipula, sengoku dan tsuru-san tidak keberatan jika aku menetap di sini. Dan tentu saja, sebagai imbalan aku bersedia untuk membantu marine jika diperlukan. Berkontribusi menegakkan keadilan? Kedengarannya cukup menarik bukan?! Daripada mondar-mandir diatas lautan yang luas ini dengan tidak jelas" jelas acelia panjang lebar.

"baguslah kalau begitu. Sekilas aku berpikir kau akan memberontak dan melawan marine serta pemerintah dunia. Layaknya cucu si tua itu"

"cih, jangan samakan aku dengan mereka. Omong kosong tentang siapa yang bisa menjelajahi lautan dengan dalih kebebasan hanyalah bualan. Jika tidak mempunyai kekuatan, kau pun akan mati dengan bualan kebebasanmu itu" kata acelia menatap jendela tak jauh dari sana.

Dia merasakan kebebasan sesudah dia meninggalakan kuja dan melanggar permintaan rayleigh. Memang benar orang-orang disana menyayangi acelia. Tapi, acelia juga melihat mata ketakutan dari mereka tentang kekuatannya.

Sekarang dia hanya ingin menjadi kuat. Mengejar kekuatan sang ayah dan menghajarnya secara langsung karena dia memanglah laki-laki idiot dan bodoh.

"selanjutnya apa yang akan kau lakukan?" tanya sakazuki.

"entahlah, mungkin aku akan magang sekali lagi disini. Janji adalah janji, tsuru-san menyuruhku untuk membantu marine yang butuh panggilan darurat mengingat diriku tidak memerlukan pijakan" kata acelia disambut anggukan sakazuki.

"apa kau tidak ingin menjadi marine?" tanyanya.

"hehe, menjadi marine? Sudah berapa kali kata itu terucap dipagi ini sampai aku bosan. Maaf saja sakazuki-dono, sekilas aku memang tertarik. Terutama prinsipmu tentang keadilan yang absolut itu. Tapi, kau juga harus ingat keadilan absolutmu juga terbatas. Mengingat marine bekerja dibawah pemerintah dunia. Kau mengerti maksudku kan?" sinis acelia.

Sakazuki paham apa yang dikatakan gadis cilik ini. Masih sebelia ini otaknya sudah encer masalah begini. Dia memang aset yang menarik dan dia mengingatkan akan dirinya dimasa lalu.

"ya, kau benar sekali. Tapi apapun itu keadilan tetaplah keadilan. Selama pemerintah dunia tidak ikut campur itu tidaklah masalah" balas sakazuki.

"terserah kau saja. Hanya saja, aku tidak suka jika keadilanku diganggu seseorang maupun siapapun" kata acelia.

"jawaban yang menarik. Kalau begitu kau boleh pergi!"

.
.
.

Diluar, fiuh~ berhadapan dengan seorang gensui secara langsung membuat acelia jantungan. Jawaban kerennya itu hanya supaya dia terlihat seperti kakeknya yang keren. Sebenarnya dia juga jantungan berhadapan dengan sakazuki. Tapi, apa boleh buat interogasi ini harus berjalan lancar dan yaps lumayan sukses dengan jawaban acelia yang cukup membuat sang admiral tertarik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 21, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ONE PIECE / Fate of birchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang