"Hiks hiks hiks,sakit Yah udah"Rintih seorang gadis yang kini tegah disiksa oleh sang Ayah.
Berkali kali ia memohon untuk menyudahi aksi Ayahnya itu,tetapi tak di gubris oleh sang pendengar.Ia hanya bisa menangis dan merintis kesakitan,lantaran luka luka di tubuhnya.
"Tutup mulutmu gadis pembawa sial,kau tak pantas menjadi anakku.Jangan pernah kau memanggilku Ayah.Saya tak pernah memiliki anak sepertimu,yang hanya membawakan mala peta!" Seru Ayah gadis itu dengan penuh amarah sembari terus mencambuk tubuh anaknya sendiri walaupun sang empunya merintis kesakitan.
"Bukan Lentera Yah yang pecahi kaca mobil Ayahnya,itu bukan salah lentera".telah berapa kali ia meyakinkan ayahnya bahwa bukan dirinya yang memecahkan kaca mobi Ayahnya.Tetapi sang Ayah tak mempercayai anaknya sendiri.
"Sekarang kamu keluar,jangan tidur di kamarmu,Kamu tidur di gudang"Ucap Ayah Lentera sembari menyeret Anaknya yang sudah berlinang air mata,menuju gudang rumahnya.
Brukk
Tubuh lentera terhampas dan menghantam tumpukan kardus yang berada di dalam gudang.
"Ini akibatnya jika kamu membuat kesalahan"Ucap Mugroto Ayah Lentera seraya menutup keras pintu gudang.
Setelah kepergian Ayahnya,Lentera memeluk erat tubuhnya sendiri dengan penuh isakan.
Sudah berkali kali bahkan hampir setiap hari ia di perlakukan seperti itu kepada Ayahnya sendiri.Dibentak,dipukul,dicambuk.Itu tak lagi halumrah baginya.
Kehidupan Lentera tak sama seperti gadis lain.Disayang terhadap orang tua,disuport,itu bukan dirinya.Ia hanya selalu mendapatkan pukulan dan cambukan oleh Ayahnya sendiri.
Dulu Ayahnya tak seperti itu,semenjak kepergian Ibu dan kakaknya.Ia jadi berubah,pemarah dan sering memperlakukan Lentera semaunya sendiri.
Ingatan Lentera pada 2 tahun yang lalu kembali berputar di otaknya.
Flashback on
"Ayah cepatan donk,Lentera telat nanti.Inikan hari pertama Lentera masuk sekolah SMA".Pekik Lentera yang kini duduk di meja makan sembari memanggil Ayahnya yang tengah menurungi Anak tangga.
"Sabar donk sayang,Ayah kamu udah ada tuh.Jangan teriak teriak gitu"ujar Cahyani ibu Lentera,konsentrasinya lebih terpokus pada kopi hangat yang sendang ia aduk.
"Kaya di hutan aja di ni rumah pake teriak teriak segala"cerca Riyan kakak Lentera,yang baru saja sampai di meja makan bersama sang Ayah Mugroto.
"Biarin wekk".Lentera menjulurkan lindahnya tak terima dengan ucapan Riyan kakaknya.
"Gue guting lidah lo baru tau rasa"ketus Riyan mengambil roti dan selai.
"Ihh,kak Riyan jeles"ucap Lentera melemparkan kakaknya sepotong roti yang berada di tangannya.
"Udah,udah sekarang kalian makan.setelah itu kita berangkat,udah setegah tujuh"lerai Mugroto,jika tak ada yang menghiraukan mereka maka perdebatan kakak beradik ini akan berlangsung entah sampai kapan akhirnya.
Memang seperti itu setiap hari,Lentera dan Riyan selalu saja memperdebatkan hal hal kecil seperti tadi.Walaupun mereka selalu berdebat,tetapi mereka menyanyagi satu sama lain.
"Ibu ikut juga yah,antar Lentera ke sekolah".rengek Lentera memohon kepada Ibunya agar sang ibu juga ikut mengantarnya.
"Manja banget,emang lo mau ke mana?,ke luar negeri?pake mau di antar segala"celetuk Riyan mengoleskan selai di rotinya.
"Lentera engk gomong ama kak Riyan,jadi kak Riyan diam aja"
KAMU SEDANG MEMBACA
LENTERA
Teen FictionLentera cahyani mugroto,gadis ini tak sama seperti gadis lain.Ramah,Ceria itu bukan dirinya.Ia adalah gadis yang sangat menyukai kesunyian dan kegelapan. Tak ada sosok kedua orang tua bersamanya bahkan ia tak di besarkan oleh keduanya,hanya Lenteral...