MEMAAFKAN

0 0 0
                                    

Siang ini terik matahari begitu cerah menyilaukan mataku, yang tentunya tidak menunjukan tanda-tanda akan turunnya hujan. Itu membuatku semakin semangat untuk  menyirami bunga yang berjejeran di samping rumah lengkap dengan potnya, Nampak cantik memang.

Aku membulatkan mata menatap sesosok laki-laki yang tak sengaja lewat di depan rumahku dengan wajah ketus. Kali ini aku sungguh ingin tertawa menyaksikan dirinya dengan muka yang memerah menahan malu.

Bagaimana tidak malu? siang-siang bolong begini Ia malah keliling komplek menggunakan payung, sontak membuatku menahan untuk tidak  tertawa. Hal itu langsung mengundang tawa para tetangga melihat Ardy menunduk malu, meski sebenarnya mereka sudah paham kenapa Ardy sampai seperti itu.

Dua bulan lalu keluarga Ardy pindah di komplek perumahan sekitaran ini, Awalnya kami yang tidak tau menahu tentang latar belakang keluarganya  menjadi terkaget-kaget melihat interaksi antara ibu dan anak itu. ibunya ardy  sangat begitu mengkhawatirkan anak laki-lakinya, bahkan saat pergi sekolahpun. Ardy harus di antar paksa oleh sang ibu meski sudah berkali-kali menolak.

Terlihat lucu memang, pasalnya Ardy sudah kelas XII SMA, sangat memalukan bila diperlakukan seperti itu oleh orang tua. Namun setelah ditanya oleh warga sekitar sini yang tak bisa  berlama-lama menahan rasa penasaran, akhirnya berbicara blak-blakan di depan Ardy. Ternyata eh ternyata, ibunya Ardy memiliki gangguan psikologis dimana Ia merasakan kekhwatiran yang tidak biasa atau merasa takut kehilangan yang berlebihan. Semuanya berawal saat sang Suami yang menjabat sebagai polisi merengut nyawa saat sedang bertugas. Ibunya Ardy yang belum bisa mengikhlaskan sang suami mengalami stress berat hingga akhirnya mengidap phobya seperti itu.

Miris memang, tapi itulah kenyataannya. Hingga sampai sekarangpun Ibunya selalu merasa takut jika Ardy pergi kemana-mana. Jadi tak heran lagi bila Ardy diperlakukan layaknya ratu.

Kami memang  berusaha memakluminya meski sebagian orang nyatanya masih tak mengerti pasti dan masih terasa aneh bila melihat langsung.

Aku juga seperti itu saat pertama kali melihat. Ardy yang memiliki wajah tampan dan tubuh yang aduhai terlihat layaknya banci jika para gadis melihat memakai payung di siang bolong.

Tapi satu hal yang membuatku kagum pada Ardy, dia yang begitu menyayangi ibunya, rela melakukan apapun untuk sang ibu. Tidak peduli akan tanggapan orang tentangnya, bahkan Ardy rela tak bisa merasakan kebebasan seperti remaja seumuran dirinya yang pastinya sering menghabiskan waktunya di luar rumah.

Tersadar dari lamuanku, aku melirik ibu yang baru saja keluar dari rumah membawa tas belanjaan berniat untuk pergi ke pasar membelanjakan bahan-bahan dapur, kami masih enggan untuk bicara seusai pertengkaran kemarin, tapi sudalah....

Aku sudah ikhlas, lagi pula hidupku masih panjang, aku tak mau menyia-nyiakan waktu membenci orang tua sendiri.

Meski masih terasa sakit hati, tapi aku yakin Tuhan pasti punya rencana indah untuk hidupku.

Seharusnya aku menjadikan Ardy sebagai panutanku, bahwa orang tua pasti punya alasan di balik semuanya, kita sebagai anak tidak perlu terburu-buru kecewa dan merasa marah, sebaiknya bicarakan dulu baik-baik siapa tau akhirnya kita dapat menerima.

SIAPA AKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang