KENAPA AKU ?

2 0 0
                                    

kami sudah sampai di sebuah toko buku di pinggiran kota, sebenarnya aku tak mau datang ke sini. Apalagi karna di ajak oleh bang Alvin, aku bahkan berkali-kali mengumpatinya dan menolak mentah-mentah tawarannya. Namun aku heran, laki-laki ini malah tertawa tak mengambil hati ucapanku.

"ayo pilih satu" Ujarnya saat sudah berada di depan rak buku berisikan penuh novel-novel romance, aku mendelik tak suka, ku tebak uang itu adalah dari Ayah ataupun Ibu yang mendapatkannya dengan keringat yang bercucuran. Memikirkannya saja aku tak tega, bersumpah dalam hati takan pernah mau menjadi seperti dirinya.

Aku tak mau bergerak seinci pun di tempatku, bersikukuh untuk pulang saja ke rumah, membuatnya harus ektra sabar menghadapiku, aku tak peduli! lagi pula jika ia marah aku juga bisa memarahi dirinya balik, tak mengenal rasa malu atau dimana sekarang aku berada. Tapi sepertinya  bang Alvin masih sangat sabar dan akhirnya memilih sendiri salah satu buku novel di sana.

"kata ibu, kemarin kamu marah-marah karna ngak diizinin lanjut kuliah. Aku tau Ta, kamu marah pasti karna abang. Jadi sebagai permintaan maaf.........." Bang Alvin terlebih dahulu memperlihatkan senyum ramah menipu itu, tapi aku masih tak bergeming.

"ini hadiah dari abang. Semoga diterima" Aku tersenyum kecut bahkan dengan berani meludah sembarangan di hadapannya menatapnya dengan tatapan remeh.

"kalau abang memang mau minta maaf.......maka satu-satu jalan adalah bantu Atha buat lanjut sekolah!!. Bukannya malah kasih buku novel. Oh, aku tau.......abang pasti kasih buku novel, sebagai teman aku di rumah selama aku menganggur. Iya!" Ucapanku membuatnya bergeming, tak sedikit orang yang menatap kami bingung sekaligus kaget, karna suaraku yang sedikit keras.

Bang alvin tak bersuara. Ia segera melangkah menuju meja kasir untuk membayar buku novel yang katanya hadiahnya untuk.

Setelah itu Ia  menarikku keluar dari sana, tanpa sepatah katapun keluar dari mulutnya.

Aku juga ikut terdiam lantaran kesal bercampur marah dengan orang ini. Entah setan apa yang membuatku sampai bertingkah terlalu jahat padanya.

"Atha naik ojek pulangnya boleh? soalnya abang mau ke kampus sekarang. Abang udah telat ini malah......atau abang perlu antar ajah?" Kami berhenti di depan motor miliknya. Motor yang setahun lalu dibelikan hingga memicu pertengkaran antara aku dan bang Alvin. Lihat saja motor gede seperti ini bahkan rela orang tuaku belikan untuknya.

Aku menggeleng tak masalah, tak peduli  jugabIa mau kemana yang terpenting aku harus pulang

Melihat wajahku yang masih tak bersahabat membuat bang Alvin menatapku gusar.

"kita udah besar loh Ta. kamu suka banget sih ngajak ribut" Kesal bang Alvin lantaran aku yang tak mau menghargainya sebagai yang tertua.

"kita udah besar atau lebih tepatnya cuman Atha yang udah besar?. Atha masih ragu abang udah besar? cari uang ajah abang ngak becus! tingkah abang  ajah masih kelewatan manja!.
Atha memberontak karna Atha udah dewasa! udah bisa bedaiin mana pahlawan dan pengecut!"

PLAK

wajahku otomatis menunduk ketika dihadiahi tamparan yang cukup keras di bagian pipi kananku, membuatku membulatkan mata tak percaya. Berani sekali Ia menamparkan di tempat umum.

" Ta....jangan gini dong, abang juga capek sama tingkah kamu...." Aku melirik bang Alvin yang kini memijit pelipisnya pening menghadapiku dan mungkin merasa bersalah melakukan hal itu.

Aku merasa dipermalukan, lekas aku berjalan tergesa-gesa meninggalkannya, menghiraukan namaku yang sudah beberapa kali ia sebut.

Pipiku masih terlihat panas dan perih membuatku terus saja memaki laki-laki itu. Tunggu saja!

aku akan membalasnya.


SIAPA AKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang