Ch. 11 Semi Eita

13.4K 1.3K 310
                                    

🎵"When somebody loved me
Everything was beautiful
Every hour spent together
Lives within my heart"🎵

[When She Loved Me - Sarah McLachlan]

Suaranya lembut memenuhi telinga. Bersenandung diiringi petikan gitar. Ditemani rumput, angin dan diriku. Tubuhku diam memperhatikan pundak lebarnya serta helaian rambut abu-abu yang berantakan diterpa angin lembut. Membiarkan nada lirih yang keluar dari mulutnya menghipnotisku. Seperti saat ia bersenandung dibawah bintang bersamaku. Seperti saat ia menyelipkan jemari hangatnya pada jemariku. Seperti saat ia menciumku. Seperti yang selalu Semi Eita lakukan padaku.

~~~

Taman belakang sekolah adalah tempat pertamaku bertemu dengannya. Saat itu sama seperti saat ini, dengan gitar dan nada-nada lembut. Ia bernyanyi dan tenggelam dalam fantasinya sendiri, sesekali memutar tuner dan kembali pada chordnya. Tanpa ia ketahui bahwa gejolak cinta dalam diriku mulai tumbuh pada saat itu.

Sejak hari itu, jam makan siangku akan kuhabiskan di taman belakang sekolah. Memperhatikannya dari balik tembok dalam diam. Tidak ada sedikitpun keinginan dalam diriku untuk menyapanya, belum. Mendengar suara lembutnya saja sudah cukup bagiku. Aku mulai tahu bahwa ia bukannya anggota klub musik, melainkan klub voli yang cukup terkenal. Aku tidak tahu karena tidak punya ketertarikan pada olahraga. Hanya orang biasa yang menghabiskan tahun pertama dan kedua dengan normal, atau bahkan membosankan.

Di tahun ketiga, seketika pandanganku berubah semenjak mengenal laki-laki dari kelas 3-1 yang berhasil mencuri cinta pertamaku. Ia sangat cocok dan keren baik dalam musik ataupun voli. Dan akhirnya pada pertengahan tahun aku menyatakan perasaanku. Entah kenapa aku merasa siap kalau saja ia menolakku. Namun tidak. Ia justru menampilkan senyum yang begitu hangat sambil berkata, "aku juga menyukaimu."

Yang kuingat setelahnya adalah tubuhku yang jatuh ke pelukannya, menyambut kehidupan baruku bersama Semi Eita.

~~~

"Eita!" Aku menghampirinya bersama buku catatan di tanganku. Beberapa saat yang menyihir itu memang membuatku beku sesaat hingga lupa tujuanku untuk meminjamkannya buku catatan.

Eita memutar kepalanya menolehku. Ia tersenyum menidurkan gitar coklatnya di atas rumput hijau. "Makasih banyak sudah mau meminjamkanku. Aku benar-benar payah di mapel itu," ujarnya menerima buku yang kusodorkan.

"Memang pelajaran kelas 3 itu sangat berat. Apalagi tesnya," aku menghela napas, bersimpuh dihadapannya.

Ia hanya manggut-manggut setuju sambil membuka lembar per lembar dari bukuku. "Catatanmu rapi ya. Enak dibaca."

"Yahh itu supaya aku juga enak mempelajarinya. Lagipula aku sangat suka dengan warna. Semua catatanku kuberi warna yang soft sehingga terlihat cantik," jelasku.

Ia bergumam dengan senyuman yang masih menempel di wajahnya. Beberapa detik, Eita lalu beralih padaku. "Kau sudah makan?" Tanyanya.

Aku mengangguk, "udah kok. Aku makan roti melon sebelum kesini. Kamu?"

"Belum. Aku gak lapar." Kini ia meletakkan buku catatanku di atas rumput dan meraih gitarnya.

Sebelum jarinya sempat memetik satu senar, aku mendahului, "Eita, bisa ajarkan aku bermain gitar?"

Ia mengangkat wajahnya, menatapku sebentar, "kau tertarik?" Tanyanya seolah tak percaya yang kusahut dengan anggukan malu-malu. Eita tertawa kecil, "kukira kau gak tertarik pada musik."

Haikyuu Boyfriends!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang