Arvin menyantap makanan yang dimasak oleh wanita berusia tiga puluhan. Keluarga mereka memang sangat akrab. Bahkan sebelum Naura dan Arvin lahir, mereka sudah bersahabat sejak jaman sekolah. Tak heran, orangtua Naura memperlakukan Arvin seperti keluarga sendiri begitu pun sebaliknya.
Arvin sedang mengambil beberapa centong nasi untuk wanita berusia tiga puluhan itu, "Vin, enggak usah sering-sering ngambil nasi buat mama ah."
"Kalau mama ngelarang aku? berarti aku juga larang mama masak makanan buat aku ya?" Arvin menaruh piring itu tepat dihadapan wanita itu.
"Ish kamu suka begitu... ya udah ayo makan..." Mama Naura mengelus lembut rambut milik Arvin dan disaat bersamaan Arvin tersenyum sangat manis.
Baru memasukkan sesendok makanan kedalam mulutnya, tiba-tiba ia teringat Naura yang tidak ada di ruang makan.
"Nauuu, ayo makan bareng!" arvin hendak bangun dari posisinya tiba-tiba dari arah belakang Naura menepuk keras pundak Arvin.
"WOI GUE DISINI!" Naura tertawa puas karena berhasil membuat Arvin terkejut dengan ekspresi yang sangat menggemaskan.
Naura duduk tepat disamping Arvin, ia masih tertawa lalu mengambil sebuah piring.
"Lo itu ya? anak bayi atau gimana? lo kaget aja gemesin bangetttt." ucap naura dengan gemasnya.
"Stellaa udah ah jangan godain arvin mulu, kasian tuh dia mau makan gak jadi gara-gara inget kamu belum ada disini." ucap mamanya.
"tau nih dasar pengharum ruangan." balas Arvin.
Kenapa naura disebut pengharum ruangan? Karena setiap ada naura, pasti ruangan akan harum buah-buahan. Naura sangat menyukai parfum beraroma buah-buahan atau sesuatu yang fresh.
Tak tanggung-tanggung, ia akan memakaikan seluruh tubuhnya agar wangi parfum itu. Jika menurutnya belum wangi, maka akan dia tambah beberapa semprotan lagi.
"mama lebih belain arvin daripada anaknya sendiri." cibir naura.
"ya enggak dong, kan dua-duanya anak mama!" kata mama sambil mengelus rambut naura dan arvin memakai kedua telapak tangannya.
"mamaaa, tangan mama kotor pasti ya? jangan megang rambut stella kalau tangannya kotorrr." naura berdecit kesal.
"kalau aku gak apa-apa dong, kan bisa di keramas nanti." arvin tersenyum manis sambil melihat kearah mama.
"uuuu anak bujang mama ganteng bangettt." mama semakin gemas dengan arvin.
"idih siapa lo? kim taehyung? park seo joon?" cibir naura.
"gantengan juga gue." ucap arvin.
"muntah gue."
"aduh ini bocah pada ngapain sih debat bae yak, eh stella kamu tau kan lee min ho?" tiba-tiba mama menyela perdebatan antara arvin dan naura dengan logat khasnya.
"kenapa ma?"
"dulu itu mantan mama tau stell, mama putusin soalnya dia nggak mau ldr gituu." ucap mama.
sontak arvin dan naura saling menatap pasrah melihat kelakuan mama, "ternyata yang ngehalu bukan cuma anaknya." ucap naura sembari membuang nafasnya.
"mamanya juga ikut-ikutan." sambung arvin.
"gak percaya? nih ada chattannya." mama membuka ponsel lalu menunjukkan room chat di ponselnya.
Dengan nama kontak, 'Oppa Lee Min Ho🐻' disitu pula mereka menggunakan typing bahasa betawi."AHAHAHA ITU FAKE CHAT!" teriak naura dengan kencang.
"nau, sejak kapan lee min ho bisa bahasa betawi?" tanya arvin dengan sangat polosnya.
"biasa... pasti mama yang jadi guru privat bahasa betawinya lee min ho." naura menyuap se sendok nasi kedalam mulutnya.
"udah, makan sana keburu adem makanannya." perintah mama.
"kedepannya kalau mau boongin anaknya mikir-mikir dulu ya ma." ucap naura dengan santainya, "pikir dulu pokoknya, yang mulus kalau mau ngedit foto sama bias, yang mulus kalau mau boong, jangan sampe ketauan."
Mama mengerucutkan bibirnya karena tampak kesal dengan ucapan naura. Arvin yang menyadari sontak langsung memberi isyarat kepada naura.
Arvin mengedipkan matanya berkali-kali namun jawaban dari naura adalah, "mata lo picek sebelah?"
"awas kamu stel, tiga bulan lagi mama mau liburan ke korea. Siapa tau pas jalan-jalan ketemu bias." kata mama.
"MAMAAA IKUTTT. MAU KETEMU TAEHYUNG!!!!" teriak naura.
"bohong ma, tinggal aja ni anak." ucap arvin.
"dasar kompor meleduk."
"ma, dulu pas hamil ngidam apa sih? Nau kok bisa sih mulutnya ceplas-ceplos begini?"
"dulu pas hamil, mama ngidam ngompor-ngomporin tetangga yang lagi pada berantem." jawab mama.
"astagfirullah beneran ma?" arvin tak percaya dengan ucapan mama.
"coba tanya mama papa kamu deh, dulu mama sampe ga bisa berenti ngoceh kalau mama papa kamu nggak dateng terus ngajak jalan-jalan naik mobil."
"pantes pas lahir jadi kayak gini."
"cih, jinjja." naura hanya bisa berdecit kesal.
"lo ngomong apa?"
"dasar pea."
Akhirnya mereka melanjutkan makan, keluarga yang tidak lengkap memanglah menyakitkan. Tapi naura menjalani semua itu hanya dengan mama, arvin dan kedua orangtua arvin.
Tak ada harapan, mereka hanya kenal keluarga arvin disana. Tidak ada saudara atau semacamnya. Mereka harus menjalani hidup yang tidak lengkap, namun terasa lengkap setelah keluarga mereka saling mengenal.
Terkadang, tuhan memang mengurangi salah satu kebutuhan kita untuk mendapatkan kebutuhan lainnya yang lebih dari kebutuhan yang hilang itu.
Lebih tepatnya jika ada kekurangan maka akan ada kelebihan yang melengkapi.
Naura kadang merasa iri kepada remaja yang keluarga nya masih utuh, masih bisa tertawa bersama. Naura juga terkadang mengeluh, kenapa dia tidak pernah dipertemukan dengan sosok ayah.
Dulu, naura sering diejek karena tidak pernah bertemu sosok ayah sejak lahir. Tapi arvin selalu menenangkan naura.
Hidup memang sejahat itu, kita dipaksa untuk sempurna. Tapi ketika kita sudah merasa sempurna masih ada orang yang mencari-cari kesalahan kita meskipun itu sekecil semut.
Hidup memang setidak adil itu, mereka yang dipandang baik oleh sekitar tidak akan mendapat perlakuan buruk oleh sekitanya, masalah sepele akan dianggap angin lewat saja.
Tetapi berbalik arah dengan mereka yang dipandang buruk, masalah sepele pun akan dibesar-besarkan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Amicus Zone
Teen Fiction[follow dulu sebelum baca] Apa yang kamu lakukan jika mempunyai seseorang yang selalu mengerti perasaanmu itu tiba-tiba menghilang? Latar cover by pinterest @Mirasusanti916 Editor by me ©2019, update agak lama karena revisi penulisan yang masih sala...