Juli 27,2021 pukul 02:00
Ridho terbangun dimeja kerjanya, ia melihat jam di laptopnya dan menyadari ia hanya tidur selama tiga jam, mungkin efek bahagia yang ditimbulkan hatinya membuatnya tidur di ruang kerja. Ridho turun menuju dapur dan segera membuat kopi, ia tidak ingin tidur lagi bahkan rasa kantuknya sudah perlahan hilang. Ia membuka whattsapp membaca pesan pesan yang telah masuk, lalu menggesernya di bar status, Anggra mengeposh sesuatu, langsung Ridho buka, ia melihat foto Anggra seorang diri dan menampilkan senyumnya. Ridho berharap senyum itu akan ia lihat besok ketika bertemu di rapat.
Sesudahnya membuat kopi, ia segera kembali ke ruang kerjanya. Ya ia memilih kopi hari itu untuk menemaninya mengerjakan pekerjaannya bukan alkohol yang seharusnya ia pilih seperti biasanya jika ia diharuskan lembur atau terjaga. Ridho tidak mau memiliki kesan pertama berbau alkohol dan pengar di depan Anggra.
Ketika matahari sudah mulai mengintip dari balik gorden jendela ruang kerja, Ridho membuka gorden itu lebar lebar, membuka jendela ruang kerja agar udara segar pagi hari dapat dihirupnya. Ia dapat melihat dari ruangan tersebut warung bubur ayam Pak Yudi mempersiapkan untuk buka, warung kelontong yang terletak tiga rumah dari warung Pak Yudi masih tertutup rapat, dan terdapat beberapa anak kecil yang bermain sepeda.
Ridho segera mandi pagi, lalu pergi memebeli bubur ayam Pak Yudi, ia baru menyadsri kalau di dekat rumahnya terdapat bubur ayam enak dan itu membuatnya senang karena tidak perlu lagi pergi ke warung bubur ayam yang berada tiga blok dari rumahnya. Ia memilih untuk makan ditempat daripada di bawa pulang untuk dimakan ditempat, ia memilih makan ditempat karena diwarung tersebut sudah lumayan ramai pembeli, memang sarapan bubur ayam adalah salah satu pilihan yang bagus, tidak terlalu berat. Ditengah menghabiskan bubur ayam ia berbincang bincang dengan beberapa tetangga yang mulai ia kenal, mas Adi yang ternyata pemilik bengkel mobil besar ke dua di kota Yogya dan dia memberikan voucer diskon cuci mobil kepada Ridho. Ridho menyadari bahwa benar kata ibunya waktu ia beranjak dewasa dan memutuskan untuk tinggal sendiri di rumah, bahwa mengenal tetangga adalah pilihan yang bagus karna tetanggamu juga yang akan menolongmu, mengingat pesan itu Ridho tersenyum.
Sekembalinya dari warung bubur ayam pak Yani, Ridho kembali ke rumah dan bersantai di depan tv, ia teringat akan film yang tidak sempat ia tonton di bioskop akan ditayangkan di tv hari itu. Saat menunggu filmnya dimulai, Ridho mengecek gawainya, langsung membuka instagram dan menemukan akun Anggra mengupdate bahwa dia sudah berada di hotel yang telah disewakan oleh Dio untuk menginap tim EO dan rapat all vendor. Ia teringat akan sesuatu dan langsung mengecek jadwalnya, benar nanti sore adalah rapat tersebut. Ridho bergegas ke dapur dan tidak jadi menonton film, ia segera mengeluarkan bahan makanan yang telah dibelinya dan memasak suatu masakan untuk Anggra.
Jeda memasak saat terdengar adzan dhuhur, Ridho mengangkat telepon dari gawainya yang sudah lima menit lamu berdering tanpa henti, ‘Dio biawak’ tertera di layar gawainya
“Halo yo, ada apa?”
“Lima menit baru diangkat astagaa dasar orang kasmaran, pasti lagu ngeliatin postingan Anggra”
“Enggak, aku lagi masak, ada apa kamu menghubungiku?”
“Widihhh enak nih dimasakin, eh nanti kamu berangkat bareng aku aja ya dho nanti selesai ketemu orang orang vendor temani beli cat”
“Bukan buat kamu masakanku, oke kalo sudah perjalanan kabarin yo”
“Iya aku tau itu buat Anggra kan? Aku jemput jam setengah 3 sore ya dho”
“Oke”
Selesai menutup telepon dari Dio, ia memasukan adonan masakan dalam oven dan memasang waktunya. Ia sesuaikan dengan perkiraan selesai melakukan sholat. Setelah memangsang waktu oven, ia memasang alarm di gawainya untuk mempersiapkan diri berangkat ketika ia terlalu asik memasak. Hari ini aku terjadwal sekali, pikirnya, aku mengandalkanmu gawaiku sayang, lalu dia mengisi daya gawainya,ia tidak mau ada yang terlupa dan kurang untuk hari ini.
Pukul 14:00
Ridho masih bergumul di dapur ketika alarmnya berbunyi, tepat saat semua masakan sudah selesai. Ia segera bergegas mandi dan menyiapkan segalanya, setelah semua siap dan dirinya pun siap dijemput Dio, ia menunggu di taman depan dan duduk santai di bean bag. Tepat pukul 14:30 Dio sudah berada di depan pagar rumahnya, mereka siap meluncur le tempat pertemuan.
Pukul 15:00
Dio dan Ridho sudah sampai di hotel tempat pertemuan mereka, di lobby ia melihat salah satu anggota EO dan segera menyambut mereka. Dio berbincang kepada anggota EO tersebut yang bernama Dafit
“Mas Dafit kok sendiri disini?” tanya Dio
“Iya mas tadi saya disiapin untuk disini sama Leader, yang lain masih diparkiran menata barang”
“Jadi langsung balik mas habis rapat?”
“Iya mas, sebenernya masih mau jalan jalan juga, tapi masih ada yang harus disiapkan”
“Ooo begitu, oke mas hati hati ya nanti kalau pulang, saya tunggu di ruangan ya mas, mulai jam 4 kan mas?”
“Iya mas terimakasih, iya mas jam 4”
Dio dan Ridho pun menunggu di ruang rapat, ada beberapa pelayan restoran hotel yang menyiapkan snack dan makanan untuk rapat. Ridho keluar sejenak dari ruang tersebut untuk ke kamar mandi, selesainya dari kamar mandi ia melihat Anggra sedang duduk sendiri di sofa lobby, Anggra terlihat capek ia minum dengan tenang seranya mengatur nafas, Ridho menuju menghampirinya. Namun langkahnya terhenti saat Leader EO masuk ke lobby dan duduk di samping Anggra dan memberikan roti yang telah ia bagi dua, mereka berdua terlihat akrab.
“Mau gra? Nih bagi yak”
“Hmmm”
“Seret mas, astaga kamu enggak bawa minum lagi dari mobil?”
“Enggak gra, bagi lah itu minum mu ya hehehehe”
“Haisss iya dah, nih, masih banyak padahal tadi di mobil”
“Aku hanya terpikir perutku kosong gra hehehe”
“Dasar mas nih*
Ridho melihat dari kaca resepsionis mengamati mereka berdua, lalu ia melihat Anggra menyodorkan minum yang ia pegang tadi kepada Leadernya.
“yok gra udah mau mulai, tadi kata Dafit udah hampir ngumpul semua”
“Oke aku panggil mas Dodik sama Dilla, tadi kata mas Dodik mau rokok dulu, Dilla lanjut tidur di mobil”
“Oke gra aku tunggu di ruang, kau nanti yang presentasi”
“Siap bos”
Saat Ridho menguping pembicaraan tersebut dan menyadari Leader menuju ruang rapat yang berada di belakangnya, ia segera masuk ruang rapat teraebut dan duduk di samping Dio.
Pukul 15:45
‘Selamat sore semuanya, terimakasih sudah bersedia menghadiri meeting persiapan mas Dio yang kurang lebih tinggal menghitung beberapa hari, saya disini selaku Tim Leader EO akan mempersilahkan Anggra selaku Agenda untuk menyampaikan, lalu diteruskan oleh pihak vendor, dan selanjutnya. Anggra..’
Rapat dimulai selama kurang lebih satu jam, lalu jeda istirahat sholat ashar dan magrib, dilanjutkan rapat dan memastikan semuanya, lalu setelah rapat ditutup mereka semuanya dipersilahkan makan malam. Saat semuanya makan dan ada beberapa yang berbincang dan ada yang melanjutkan diskusi. Anggra terlihat sedang berbincang dengan Dio sambil makan, mereka duduk berdua di tepi ruangan
“Hahahaa iya mas Dio, semoga lancar sampai akhir mas”
“Iya dek, terimakasih lo ya kamu selalu siap sedia tiba tiba aku telepon kauak kemarin”
“Iya mas yo enggak apa apa sudah biasa”
“Eh dek, kamu lagi skripsian kan? Kemarin waktu aku telepon kayak kamu awal kesel terus tiba-tiba ramah”
“Hehehe maaf mas yo, sebelum mas Dio telepon kemarin ada telepon dari dospem minta cepet dikerjain padahal revisiannya belum di kasih, tetep ngotot beliaunya”
“Hahahahahahaaa, astaga dek aku kira kamu marah waktu ngerjain skripsi diganggu”
“Enggak mas”
“Waktu produktif kuliah kamu ikut ukm?”
“Iya mas ukm univ, enggak ikut yang fakultas”
“Oo ikut apa kamu ?”
“Yout Leadership”
“Loh beneran kamu ikut itu? Wahh kita satu rumah berarti”
“Mas Dio alumni? Wahh enggak yangka ketemu alumni dari kampus beda”
“Iya aku alumni, aku kok enggak pernah liat kamu di conferens?”
“Emang enggak pernah berangkat mas, eh sebentar jadi yang pernah aku kontak buat ngisi acara YL di kampusku itu mas Dio kamu mas?”
“Iyaa berarti dek, yang dua tahun kemarin kan? Yang alasannya lagi ngerjain projek juga kan? Hahahahhahaa”
“Iyaaa mas”
“Iya itu aku, lagi ada projek kuliah kedokteran forensik hahahhaha maaf ya “
“Astagaa ketemu pembicara yang sekarang jadi klient ku hahahaa”
“Makannya tata caramu bicara kok hampir sama kayak populasi anak YL, ketebak sudah ternyata”
“Hehheehehe”
Ridho melihat mereka berdua yang tertawa terlihat begitu akrab seperti sudah kenal lama, ia duduk di pojok ruangan bersama Dilla yang menjelaskan tentang acara kejutan untuk sahabatnya itu. Dio menoleh pada Ridho, mungkin Dio merasa telah dilihat oleh Ridho, sedikit tatapan tajam terarah ke Dio, Dio membalas dengan senyum
“Eh dek, kamu punya temen cowok?” tanya Dio
“Punya mas banyak, anak YL sih yang banyak”
“Kamu pacaran sama anak YL? Jangan dek jangan hahahhaaha bahaya satu circle pacaran”
“Enggak mas, mas Dio kelihatan pengalaman hahahahhaa”
“Iyalah itu calon istriku anak YL juga hahahahhahaaa”
“Astaga hahahhahahaaaha”
“Eh dek aku, ada yang suka sama kamu” todong Dio tiba tiba
“Ha? Gimana mas maksutnya?”
“Iya, temanku yang dipojok itu, suka sama kamu, but you must stay cool okey? Just keep secret” Dio memberi tahu Anggra yang terlihat kaget dan secara reflek menggunakan bahasa campuran, karena Dio terbiasa ketika bertemu dengan anak YL akan secara reflek begitu
“Mas Ridho maksutnya? Kok bisa? But why?” jawab Anggra yang juga spontan
“Udah tenang saja kamu, tetap kalem ya”
“Oh oke mas yo”
Setelah acara meeting selesai mereka langsung menutupnya dan semua membubarkan diri masing-masing. Tim Leader sedang berbincang dengan Dio, Ridho segera kembali menuju mobil untuk mengambil masakan yang ia siapkan untuk Anggra makan di perjalanan. Saat kembali ke hotel ia hanya menemukan Tim Leader dan Dio yang masih berbincang, mas Davit dan mas Dodik yang merokok di luar Lobby, dan Dilla yang sedang merapikan kembali catatannya. Ia tidak menemukan Anggra disana, setelah bertanya pada mas Davit ia mengerti Anggra dimana.
Ridho menunggu diluar satu meter dari toilet, ia menunggu Anggra. Setelah melihat Anggra keluar dan mengecek gawainya, ia memanggilnya
“Anggra..!”
Anggra menoleh mencari siapa yang telah memanggilnya, dia melihat Ridho mendekat.
“Yuk kutemani jalan ke depan” ajak Ridho
Anggra mengangguk, mereka diam satu sama lain
“Kalian langsung balik?” tanya Ridh
“Iya mas”
“Oh ya, ini makanan buat kalian, bekal buat dijalan” Ridho memberikan tas bekal warna biru tua yang telah ia siapkan.
Anggra terdiam, melihat wajah Ridho lalu ke tas bekal yang lumayan besar.
“Ini buat kalian, bawa saja, nanti kalau kembali ke sini baru dikembalikan, enggak apa-apa” jawab Ridho lalu menyerahlan tas tersebut ke tangan Anggra, ia tahu wajah heran dan bertanya tanya Anggra
“Oh oke mas, terimakasih ya mas dho” Jawab Anggra setelah menerima tas tersebut lalu tersenyum
Ridho tertegun dan melihat Anggra jalan mendahuluinya, ia melihat punggung Anggra dan melihat cara jalan Anggra yang tegas. Ia tersadar setelah Anggra menoleh kepadanya lalu ia berjalan menyusul Anggra menuju lobby. Sesampainya di lobby Ridho melihat Dio dan Tim Leader berjabat tangan, mungkin oembicaraan mereka selesai, setelah melihat ia dan Anggra mendekat mereka menoleh.
“Sudah selesai gra toiletnya?” tanya Leadernya
“Sudah mas, mas Dio belum pulang?”
“Belum gra tadi masih ngobrol” jawab Dio, lalu menoleh ke Ridho dan melihatnya tersenyum
“Itu apa gra?” tanya Leader saat melihat tas bekal di tangan kanan Anggra
“Oh ini, dari mas Ridho, katanya buat tim EO, nih mas” jawab Anggra seranya menyerahkan tas bekal tersebut kepada tim Leader
“Loh mas Ridho, kok repot-repot, makasih ya mas” seru tim Leader kepada Ridho, Ridho tersenyum
“Yuk, Dil ke mobil, sini aku bantu” Anggra melihat Dilla yang sudah merapikan berkas dan map yang berisi kertas kertas layout dari vendor yang datang
“Mari mas Dio, mas Ridho aku sama Dilla duluan ya, terimakasih mas Ridho untuk bekalnya buat tim” lanjut Anggra berpamitan dan mengucapkan terimakasih
Dio menyikut Ridho yang berada di sampinygnya yang terlihat tersenyum lebar dan cerah
“Oh iya gra, hati-hati ya balik nya” jawab Ridho mengabaikan Dilla yang berada disamping Anggra
“Mari mas Dio mas Ridho kami berangkat dulu ya” pamit Tim Leader
“Iya mas, hati-hati ya, selamat sampai tujuan” jawab Dio
Setelah tim EO keluar dari lobby dan menuju parkiran, Ridho masih menatap punggung Anggra yang berjalan menuju parkiran mobil dan berbincang bersama Dilla dan tim Leadernya. Dio melihat wajahnya lalu membuyarkan tatapan Ridho
“Mau nunggu sampai mereka masuk mobil atau nunggu mereka keluar area hotel atau mau sekalian di anterin ke gerbang selamat tinggal Yogya?” canda Dio
“Boleh yuk yo” jawab Ridho tanpa melepas fokus matanya
“Ha? Gimana maksutnya dho?” jawab Dio kaget, candaannya di anggap serius oleh Ridho, dan melihat Ridho tidak melepas fokusnya Dio memukul kepala Ridho sedikit keras dengan harapan temannya tersadar dari fokusnya.
“Sakit bego!” teriak Ridho yang menyebabkan pegawai lobby hotel melihat mereka berdua
“Yaa kamu enggak fokus jawabnya dho, percuma kamu ngeliatin dia, enggak bakal nengok kalo enggak dipanggil, anaknya cuek dan tegas dho” seloroh Dio
“Ha? Kok kamu tau yo?” jawab Ridho heran, mengapa temanya bisa tau tentang Anggra lebih dari ia.
“Yaaa ternyata dia adik organisasiku, kita satu rumah organisasi ternyata, tadi cerita juga ternyata dia juga yang pernah menghubungiku untuk jadi pembicara” jelas Dio
“Astagaa Dioo aku terjebak dengan orang macam kamu dan keluaran organisasi spesiesmu, jelas saja dia sedikit mirip dengan kamu dan spesiesmu saat berbicara di depan umum” Ridho menepuk jidatnya
Dio tertawa melihat respon Ridho dan merekapun tertawa bersama, bercanda sambil berjalan menuju parkiran mobil tentang organisasi yang Dio ikuti selama kuliah dan menyebakan Dio semakin baik dan belajar banyak, yang berakhir Ridho menyebut organisasi Dio sebagai orang-orang spesies.
Setelah acara tersebut mereka memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing dengan segera, tidak berkunjung dulu di caffe. Ridho ingin segera menyelesaikan projeknya sebelum acara Dio, sesampainya di rumah ia memakan makanan yang telah ia buat saat tadi membuat bekal untuk Anggra, mengambil dari kulkas dan memasukannya ke microwave agar hangat.
Selesai makan dan mandi, ia menuju ruang kerjanya, mengerjakan projeknya dengan tenang dan mengontrol semua emosinya. Ketika melihat kembali jam telah menunjukan pukul 22:30, ia terlalu fokus dan mengeraskan volume musiknya hingga tidak sadar telah empat jam berada di ruang kerja dan kopi sebagai amunisinya telah habis. Ridho keluar ruang kerja menuju dapur segera membuat kopi lagi, lalu mebawanya kembali ke ruang kerja. Ia ingin istirahat sejenak di balkon ruang kerjanya menghirup udara segar alami bukan dari air codisenernya, sambil beristirahat ia membuka gawainya, melihat ada beberapa pesan dan ada pesan yang menarik dimatanya. Pesan dari Anggra yang sudah sejak beberapa jam lalu.
‘Terimakasih mas, semua suka roti abonnya’ disertai dengan foto semua orang tersenyum memegang roti
Ridho melihat pesan tersebut lalu tersenyum,
‘Iya dek sama-sama, sudah sampai mana sekarang?’ balas Ridho
Tidak di balas.
Ridho kembali masuk dan duduk di meja kerjanya, mungkin dia tidur pikirnya, melanjutkan pekerjaan agar selesai tepat waktu dan segera menghubungi klientnya untuk proses terakhir, menelepon anggota timnya untuk pengecekan. Jam telah menunjukan pukul 23:00, Ridho menuju kamarnya membersihkan diri lalu bersiap tidur. Ia hari ini terasa begitu ringan dan tanpa beban sedikitpun.
Keesokan harinya Ridho terbangun terasa begitu segar dan tenang, ia mengecek gawainya terlihat pesan balasan dari Anggra.
‘Sudah sampai rumah mas’ balas Anggra
‘Selamat istirahat ya gra, kamu keren kemarin presentasinya’ balas Ridho
‘Iya mas terimakasih’
Ridho mulai terbiasa dengan balasan-balasan singkat dari Anggra, ia tidak ingin berpikir terlalu aneh-aneh lagi. Ia teringat pesan ibunya ‘semua pasti ada jawabannya diwaktu yang sesuai’.
Setelah membereskan diri, ia mengecek email dari timnya dan ternyata semua telah selesai tadi malam. Ia segera menelepon timnya dan mengucapkan terimakasih dan memberikan janji pertemuan ketika semua telah clear dengan client. Setelah mendapat email tersebut, Ridho menghubungi kliennya setelah sarapan. Ternyata klientnya setuju untuk bertemu nanti sore di kantor tim Ridho.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our projek. Part Of Ridho
Non-FictionRidho anak pertama dari tiga bersaudara, seorang Arsitek yang bertemu dengan seorang wanita yang tidak pernah dia kira. Dipertemukan oleh sebuah projek dan akan menjadi projek Ridho untuk mendekatinya.