6 hari menuju pernikahan Dio
Akhir-akhir ini Ridho tidak melihat maupun menerima pesan dari Anggra, di grup chat pun dia tidak muncul, hanya Tim Leadernya saja yang sering muncul dan kepala divisi lain. Ia juga tidak melihat Anggra mengupdate sesuatu di sosial medianya. Ia juga lebih sering dihubungi oleh Dilla selaku anggota Anggra. Pernah suatu waktu ia menanyakan tentang Anggra kepada Dilla, namun Dilla malah menggodanya
‘eh mbak Dilla, aku boleh nanya keluar dari topik?’
‘iya mas mau nanya apa? Mau nanyain Anggra ya mas?’
‘Hahaha iya mbak’
‘Kita kemarin waktu buka tas bekal dari mas Ridho baca notenya mas buat Anggra’
‘Yang buka bukan Anggra mbak?’
‘Bukan mas, yang buka TL, kata Anggra kemarin suruh ngebuka terus dimakan bareng waktu di rest area, notenya di simpen sama TL mas,katanya kalo Anggra tau bisa unmood tiba-tiba, jadi kita semua diem-diem aja’
‘Oo begitu ya mbak, memang Anggra gimana mbak orangnya?’
‘waduh mas maaf kalo itu saya kurang tau, yang saya tau dia itu anaknya tegas dan diem cuman tiba-tiba ngerjain aja, kalo disuruh ini itu di iyain aja semuanya dan semua beres, saya enggak tau dia makan aap bisa se bisu se tegas dan bisa diandelin gitu’
Ridho makin tertarik mengorek tentang Anggra lewat teman kerjanya
‘Bisa di andelin gimana mbak maksutnya?’
‘Ya bisa di endelin gitu mas, pernah ada acara yang dadak benget persiapannya terus ada masalah waktu kirab, TL kita angkat tangan karena udah bingung dan semua diserahun ke Anggra, hitungan satu jam dia udah ngabarin TL kita kalau semuanya sudah beres’ cerita Dilla
‘Tapi ya gitu mas, kalo sudah setres dia cuman diem, dengerin musik, ngumpat sendiri tiba-tiba, horror deh mas pokoknya, tapi yang penting kerjaan dia beres’ lanjut Dilla
‘Oo gitu ya mbak’
‘Duh mas kok jadi saya cerita panjang gini, mas tadi mau bertanya apa ya?’
‘Hahaha enggak apa apa mbak, mau nanya kabarnya dia gimana? Oh sekalian nanya dia deket sama cowok enggak mbak?’
‘Anggra baik mas, lagi setres skripsi mungkin, kemarin waktu rapat di caffe dia di hubungi sama dosennya. Kalau masalah cowok Anggra enggak pernah cerita mas, tiap ditanyain pacaran atau enggak, dia selalu jawab enggak terus pergi, dan kalau moodnya bagus dia jawabnya suruh cariin’
‘Oke mbak, terimakasih ya mbak, titip salam buat Anggra aja mbak’
‘Oke mas, kalo ngedeketin Anggra yang kuat ya mas, dia dingin banget’
‘Oke mbak Dilla, terimakasih atas dukungannya’
Ridho menghela nafas, ia mulai sedikit tau tentang Anggra yang ternyata menyimpan beberapa lubang-lubang tersembunyi seperti dirinya.
Malam harinya Ridho membuka grup chat vendor, ia menemukan pengumuman dari Tim Leader EO
Tim Leader EO: Selamat malam semuanya, kami tim EO akan mulai stay di Yogya mulai H-5 pernikahan mas Dio atas permintaan mempelai yang ingin menyiapkan pernikahan tidak terlupakan jadi untuk semuanya mulai H-5 jika ingin bertemu untuk mebicarakan hal hal yang berkaitan dengan pernikahan mas Dio bisa langsung bertemu tatap muka dengan tim kami. Terimakasih
Ridho bahagia bukan main setelah membaca grup tersebut, ia berencana untuk bertemu Anggra lebih lama sebelum pernikahan Dio. Namun harapannya pupus ketika ia melihat status Anggra yang menunjukkan chat dia dengan dosennya yang menginnginkan bertemu segera. Ridho membalas status tersebut
‘Anggra enggak ikut berangkat besok?’
‘Enggak mas, harus ketemu dospem, dospem yang minta’
‘Terus gimana kurang 5 hari lagi’
‘Semua sudah aman mas alhamdulillah, file file yang dibutuhkan sudah ku kasihkan ke TL ku kok, kalo ada apa-apa langsung hubungi Dilla ya mas’
‘Jadi kamu enggak berangkat kesini sampai hari H?’
‘H-3 insyaallah sudah perjalanan ke Yogya setelah bimbingan selesai mas’
‘Semangat ya gra, semoga cepat selesai’
‘Kalau ada yang lain butuh ditanyakan langsung ke Dilla ya mas, maaf sebelumnya’
‘Iya gra, selamat bertemu di Yogja’
Anggra berusaha cepat menyelesaikan percakapannya dengan Ridho, ia tau mungkin Anggra benar-benar sedang setres. Ia berusaha memanage semuanya agar tetap berjalan.
H-3
Ridho sengaja melihat instagram pagi itu, ia mendapati akun Anggra mengupdate sesuatu. Ia langsung membukanya dan terlihat foto skripsi yang bertuliskan tinta merah ‘Acc sempro’ terdapat tulisan lain ‘Akhirnya kurang setengah perjalanan’ dan berbagai stiker.
Ridho tersenyum melihat itu, ia melihat kalender dan menyadari sudah H-3 yang berarti Anggra perjalanan ke Yogja. Ia ingin sekali mengetahui kabar Anggra namun ia tidak berani menanyakan langsung, ia langsung mengirimi Dilla pesan untuk menanyakan kabar Anggra.
‘Mbak Dilla maaf mengganggu waktunya’ Ridho membuka percakapan
‘Iya mas Ridho, ada yang mau ditanyakan?’
‘Iya mbak, Anggra perjalan ke Yogja hari ini ya mbak?’
‘Iya mas, tadi pagi dia berangkat diakomodasikan pakai kereta eksekutif sebagai hadiah dia Acc seminar proposal mas, jadi transitnya Cuma satu jam’
‘Ooo begitu mbak, kira-kira nyampai Yogja jam berapa ya mbak?’
‘Jam 1 pagi mas’
‘Terimakasih mbak Dilla atas infonya’
Setelah mendapat info tersebut Ridho merasa sedikit lebih lega karena telah mengetahui keadaan Anggra, ‘begini ya rasanya menjaga dari jauh’ batin Ridho.
Pukul 22:30
Entah apa yang terbersit di pikiran Ridho, ia ingin sekali menghubungi Anggra. Ridho segera mengambil gawainya yang sedang ia isi daya dan melepaskannya dari stopcontac. Tiga kali Ridho menghubungitidak ada yang menjawab, Ke empat kalinya baru ada yang mengangkat, namun itu bukan suara Anggra
‘Halo, saya bisa bicara dengan Anggra?’
‘Oh Anggra, sorry sir I hang up Anggra phone cus she was sick beside me, we in train to Yogja, are you her brother? I hope you can pick up her quickly when we arrive in tran station’ jawab orang yang menjawab panggilan Ridho
Ridho bingung, siapa orang tersebut dan bagaimana bisa Anggra mengenal orang yang terdengar dari Negara lain
‘Yes, I am her brother, but sorry to ask you something, who are you? And how Anggra meet you?’
‘I am Ruth, Anggra can call me grandma and you Anggra’s brother can call me like that to, we meet when Anggra help me for pick up my back, and we rilize we sitting next to each other’
‘Oh okey grandma, thanks for take care my sister’
‘No problem dear, she look so tired’
‘Thank you so much grandma I will call again whe she wake up’
Perasaan Ridho benar kali ini, rasa penasarannya terjawab, ia merasa khawatir tentang keadaan Anggra, ia segera menghubungi pihak EO dan menanyakan siaap yang akan menjemput Anggra, ia tidak memperdulikan jam lagi, ia hanya terfokus pada bagaimana keadaan Anggra
‘Halo mas, selamat malam, maaf mengganggu’
‘Halo mas Ridho, ada apa kok malam-malam begini telepon?’ jawab TL EO
‘Maaf mas menggangu waktu istirahat, nanti yang jemput Anggra di stasiun siaap ya mas? Apa sudah ada yang berangkat? Tadi saya barusaja telepon tapi yang mengangkat bule yang duduk dis amping Anggra, dan memberitahu kalau dia sekarang sakit di kereta’ tanua Ridhi dan menjelaskan secepat mungkin
‘Bener mas, Anggra tadi bilang kalau agak pusing, nanti pihak tim yang jemput Anggra’
‘Boleh tidak mas saya saja yang jemput dia? Saya berangkat sekarang’
‘Mas Ridho mau jemput Anggra? Wah ngerepotin mas, biar kami saja’
‘Enggak mas, sudah saya saja, boleh ya mas’
‘Enggak usah mas, tim kami juga akan berangkat sekarang’
‘Sudah mas saya saja, kalian istirhat saja, saya janji akan mengantar Anggra dengan selamat di depan kalian’
TL EO pun terkejut dengan nada Ridho yang sedikit keras, Ridho pun tidak menyadari hal tersebut
‘Baik mas, mas Ridho boleh menjemput Anggra’
‘Terimakasih mas, saya telah dipercaya malam ini’ jawab Ridho
Ridho tidak memperdulikan jam yang telah berdentang sebelas kali, ia segera mengambil kunci mobil dan melajukan mobilnya ke stasiun. Sesampainya di stasiun ia mencoba untuk menghubungi kembali gawai Anggra, tidak ada jawaban. Ia segera mengirimi pesan.
‘Anggra, aku yang jemput kamu, aku sudah ijin ke bos mu, kalau sudah sampai aku berada tepat di sebelah kiri pintu kedatangan’
Beberapa saat kemudian pesan tersebut di balas
‘Terimakasih mas, maaf jadi ngerepotin mas Ridho, maaf tadi enggak bisa angkat teleponnya masih agak pusing’
‘Iya gra, gimana sekarang sudah enakan? Sudah makan? Kamu bawa obat kan?’
‘sudah lumayan mas, ini lagi makan sama grandma, bawa mas tadi sudah di minum’
‘Yaudah gra, istirahat lagi ya’
Pesan tersebut hanya di baca, Ridho melihat jam yang berada di gawainya, kurang 1,5 jam lagi Anggra datang, ia segera keluar mobil dan bersiap di pintu kedatangan. Selama menunggu ia merasa begitu khawatir dengan keadaan Anggra. ‘Kamu kecapean pasti ya gra, tapi semua enggak keliatan di wajahmu, yang ada hanya senyum dan wajah kerasmu’ batin Ridho seraya berdoa agar Anggra sehat.
00:55
Suara pengumuman kereta datang memenuhi stasiun yang sudah mulai sepi, Ridho segera bangun dari duduknya dan berdiri tepat di sebelah kiri pintu kedatangan. Setelah menunggu beberapa menit, ia melihat Anggra sedang di gandeng oleh grandma, mereka terlihat saling memapah, barang bawaan Anggra hanya ransel yang dia gendong di punggungnya. Setelah melihat mereka lumayan dekat, Ridho langsung menghampiri mereka berdua dan mengambil tas ransel dari punggung Anggra dan langsung memapahnya. Ridho tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada grandma yang ternyata sudah dijemput oleh menantunya yang sejak tadi duduk sebelah Ridho di ruang tunggu.
Pagi itu Anggra terlihat lemas dan tidak ber energi seperti yang biasa Ridho lihat. Mereka berdua diam dan hanya ucapan terimakasih yang Anggra ucapkan memecah keheningan. Sesampainya di depan mobil, Ridho membukakan Anggra pintu penumpang di sebelah kursi kemudi. Ridhi segera naik ke kursi kemudi memasang sabuk pengaman, ia melihat Anggra dan membantu mengunci sabuk pengaman. Setelah keluar dari parkiran stasiun, Anggra bersuara
‘Mas, boleh tidak enggak usah pakai ac? Jendelanya dibuka aja’
‘Gimana gra? Dibuka aja jendelanya? Dibuka sedikit atau full?’
‘Full aja mas’
‘Kamu kecapek an ya gra? Mau muntah? Kedinginan?’
‘Mungkin mas, kemarin dua hari enggak tidur ngejar deadline yang dikasih dosbing, kemarin di deadline sore sudah acc, alhamdulillah’
‘Kalau butuh bantuan bilang ya gra, jangan di kerjain semua sendiri, nih jaketku pakai aja kamu keliatan kedinginan’
Tidak ada jawaban, Ridho melirik, terlihat Anggra tertidur lagi, ia mengusap kepala dan membelai rambut Anggra sambil berbicara lirih
‘Kalau butuh aku, kabarin aja gra, kamu jangan sakit gini’
Badan Anggra sedikit hangat, sesampainya di parkiran mobil hotel, Anggra terbangun dan hendak mengambil tas ranselnya di kursi belakang. Namun dicegah Ridho,
‘Biar aku yang bantu bawakan gra’
Sekali lagi ia melihat wajah Anggra yang pasrah dan mengngangguk kepadanya
Di lobby hotel sudah ada TL EO yang sudah menunggu mereka
‘Hai mas’ sapa Anggra serasa tersenyum
‘Enggak usah senyum senyum dulu, kamu panas gra’
‘Hehehehe sudah mendingan mas ini, besok bisa ikut dilapangan’
‘Enggak usah, istirahat aja’
Ridho melihat dua orang sedang bertengkar kecil
‘Ini mas, tasnya Anggra, maaf kalau tadi nadanya di telepon enggak enak’
‘Oh iya mas Ridho terimakasih, iya mas enggak apa apa, wajar kok kalau khawatir’ senyum TL EO
Anggra dan TL EO menuju lift untuk ke kamar yang disediakan untuk Tim mereka, menunggu lift beberapa saat, terdengar suara TL EO sedikit berteriak, Ridho menoleh dan segera berlari menghampiri mereka, Anggra pingsan.
TL EO langsung menggendong Anggra untuk masuk lift dan di istirahatkan ke kamar tim, Ridho membawakan tas ranselnya. Setibanya di depan kamar tim, TL mengetuk pintu dan langsung terbuka untuknya, semua heboh melihat Anggra pingsan dan langsung memberikan tempat Anggra untuk berbaring, saat Ridho hendak ikut masuk, Dilla yang berada dibelakang pintu memberi tau bahwa ruang itu hanya untuk Tim EO yang boleh masuk dan di setujui dengan anggukan oleh beberapa anggota yang berada didekat pintu dan meminta maaf kepada Ridho tidak diperkaenankan masuk. Ridho menerima itu, setidaknya ia telah melihat Anggra telah aman dan dirawat oleh timnya.
Pukul 09:00, Ridho mengirimi pesan kepada Anggra untuk menanyakan kabarnya. Tidak di balas. Ridho hanya bisa berdoa untuk Anggra semoga cepat membaik. Ia menjalankan aktifitasnya seperti biasa namun pikirannya tetap tertuju pada Anggra, ia tidak ingin mengganggu istirahatnya karena semalam telah melihat wajah pucat wanita itu seperti mayat hidup saat berjalan ke parkiran stasiun.
Hingga malam pun tidak ada kabar dari Anggra, ia khawatir karena besok sudah h-1 acara Dio dan banyak memerlukannya di hall. Ridho juga memiliki acara besok bersama timnya, ia tidak bisa melihatnya secara langsung. Ia akan berusaha akan melihatnya ketika ada kesempatan, karena tempat hall dan tempat timnya hanya berjarak dua blok saja. Ridho ingin membuat makanan untuk Anggra yang memiliki anemia, ia mengetahui hal tersebut ketika ia membawakan tas ransel Anggra dan tidak sengaja menjatuhkan obat tambah darah, sebelum Anggra menyadarinya Ridho segera memasukkan obat tersebut ke dalam ranselnya.
Keesokan harinya Ridho menyadari bahwa tidak memiliki waktu banyak untuk membuatkan makanan untuk Anggra, ia lalu memutuskan untuk membelikan beberapa buah dan menyiapkan dalam kotak makan untuk ia berikan kepadanya. Berangkat dengan tergesa gesa, namun Ridho tidak lupa untuk membawa wadah agar menjaga buah tetap segar saat ia berikan.
Setelah sampai tempat bertemu timnya dan berbincang-bincang, ia mendapatkan pesan dari Dio yang berisi sebuah foto disertai keterangan
‘Tenang dho, dia sudah semangat lagi, sudah mulai aktif dia hilir mudik setelah aku bicara dengan dia tadi’
Memang hari ini H-1 acara pernikahan Dio yang akan berlangsung besok, Dio selaku pengantin dan pemilik acara mengecek semua persiapan ditemani oleh keluarganya yang sebenarnya Ridho diajak untuk ikut namun ia memiliki jadwal lain dengan timnya.
Ketika jam makan siang, Ridho berpamitan pada rekan timnya untuk pergi sebentar. Ridho mengambil tempat makan yang ia simpan di kulkas kantornya yang telah ia beli label besar-besar pada tutup tasnya ‘JANGAN DIMAKAN’, setelah mengecek semua masih sama, Ridho segera berangkat ke hall karena waktu jam makan siang hanya diberi waktu 15 menit, sebenarnya hari itu Ridho dan timnya sedang mengerjakan projek besar maka dari itu ia dan timnya memutuskan untuk bertemu di kantor dan disiplin.
Sesampainya di parkiran mobil depan lobby hotel, Ridho bertemu dengan mas Dafit salah satu tim Anggra, lalu ia menitipkan tas tempat makan siang itu ke mas Dafit untuk diberikan kepada Anggra
‘Loh mas Ridho baru kesini’ sapa mas Dafit ketika meluhat Ridho barusaja keluar dari mobil
‘Eh mas Dafit, iya mas, mas mau masuk ya?’.
‘Iya mas, ayo masuk bareng’
‘Maaf mas, saya masih ada acara lain mau ngasih ini aja sih tadi ke Anggra, tapi nitip ke mas Dafit byat dikasihkan ke Anggra boleh tifak mas?
‘Wahh apa ini mas, boleh kok mas, nanti saya sampaikan ke Anggra’
‘Makasih ya mas, maaf saya enggak bisa ikut rehalnya, maaf juga ngerepotin mas Dafit, saya pamit dulu ya mas sudah di telepon’
‘Iya mas enggak apa apa, hati -hati ya mas’
Ridho segera kembali ke timnya, selesai makan siang bersama, mereka kembali masuk ke dalam untuk kembali menyusun rancangan projek. Hingga matahari berada di barat mereka belum juga menyelasaikan penyusunan tersebut. Gawai Ridho berdering menandakan panggilan masuk, namun tidak ia angkat ia segera mematikan gawainya dengan menekan tombol power tanpa melihat siapa yang meneleponnya.
Ketika jam yang terpasang di dinding kantor telah menunjukan pukul 21:00 penyusunan projek baru selesai dan semua bernafas lega. Ridho teringat akan telepon yang tadi ia matikan, ia mengeceknya, ternyata Anggra. Dengan segera Ridho keluar menuju taman kantor untuk menghirup udara segar dan menghubungi kembali Anggra. Dua tiga nada dering tidak dijawab, saat Ridho akan mematikan telepon tersebut dan akan mencoba lagi, telepon itu terjawab
‘Halo’
‘Halo, Anggra, masih di hall gra?’
‘Iya mas’
‘Tadi maaf ya gra enggak bisa angkat masih ada kerjaan, ada apa gra?’
‘Iya mas, enggak apa apa, cuman mau bilang makasih di anterin buah, dan di anterin dengan selamat ke hotel kemarin’
‘Oo iya gra, santai aja, gimana sudah sembuh kan?’
‘Sudah mas, o iya mas, jaketnya mas Ridho masih aku bawa, maaf mas belum kering, tapi semoga besok sudah kering, sama kotak bekalnya mas Ridho sudah bersih semua’
‘Enggak apa-apa gra, yang penting kamu sudah sehat aku lega, kemarin kamu kayak mayat hidup, pucet banget, tapi masih bisa gerak-gerak enggak jelas di depan lift terus pingsan hahahahahaha’
‘Waduh mas Ridho tau? Aku kira sudah keluar lobby, maaf mas earphone masih nyangkut lagunya’
‘Tau gra, enggak usah malu, kok bisa gitu orang sudah sakit pucet masih gerak gerak nari’
‘Hahahaha maaf mas ngerepotin’
‘Enggak apa-apa gra, kalau capek istirahat ya, jangan batu’
Tidak terdengar jawaban apapun dari seberang, hanya suara latar yang ramai orang-orang mengatur segala hal
‘Gra?’ panggil Ridho
‘Eh iya mas, sorry, maaf sudah dulu ya dipanggil kedalam lagi’ jawab Anggra
‘Oke gra, semangat ya’
Telepon langsung ditutup, Ridho merasa nada bicara Anggra berubah setelah hening beberapa saat. Mungkin lagi ada sedikit masalah di hall, pikir Ridho. Ridho segera pamit pulang dan berencana menyusul Dio yang sedang berada di hall, dan bertemu Anggra.
Sesampainya di hall, Ridho bertemu Dio
“Hai yo”
“Hai dho, akhirnya dateng juga, tuh sudah sehat dia” Dio menunjuk Anggra yang sedang berbicata dengan TLnya dan Dilla
“Iya tau, tadi sudah telponan”
“Widihh cepat banget, sana gih dekati”
Tanpa membalas Ridho langsung menuju ke tempat Anggra berdiri yang sedang berbicara dengan TLnya dan Dilla. Sebelum sampai, Ridho sudah dihampiri oleh Dilla yang membawa beberapa kertas dan diserahkan kepada Ridho lalu menjelaskan. Ridho lalu melihat Anggra yang berjalan pergi dengan TLnya dengan membawa kertas dan botol minum dan dia terlihat sedang bergurau dengan TLnya sambil berjalan keluar hall. Setelah mendengar penjelas Dilla, ia mencari keberadaan Anggra dengan melihat keliling hall, dia belum kembali, Ridho keluar hall dan juga tidak menemukan Anggra di lobby, lalu ia keluar hall lalu ia menemukannya sedang duduk di pinggir tempat tanaman, Ridho segera mendekati Anggra
“Hai” sapa Ridho
Anggra terlihat kaget lalu melepas earphone dari telinganya
“Hai mas, kok diluar? Sudah di breffing sama Dilla?”
“Cari udara segar, di dalam rame orang mempersiapkan dekor, sudah kok tadi barusan selesai”
“Ooo”
“Kamu sendiri kenapa diluar?” tanya Ridho
“Cari udara segar juga, sambil nenangin diri bentar”
“Sibuk banget ya jadi Agenda?”
“Enggak sih mas, lagian sudah biasa juga sih, cuman ini kedua kalinya di tunjuk jadi ketua agenda, agak kaget juga meskipun sudah ada pengalaman”
“Oo ini kamu kedua kalinya ditunjuk jadi ketua agenda? Yang pertama acara apa gra?”
“Iya mas, memoriable banget sih yang pertama itu, acara nikahan juga”
“Keren ya kamu bisa di kasih kepercayaan sama TLmu, sudah berapa lama gabung tim?”
“Enggak mas, malah takut sebenernya bisa dikasih kepercayaan secepet itu, aku baru setahun gabung tim”
“Takut kenapa gra, kans eharusnya kamu bangga bisa dikasih kepercayaan secepet itu?”
“Ya takut mas, takut kalo enggak sesuai sama ekspektasi tim terutama TL”
“Lakuin sesuai kemampuanmu gra, tetap jaga kesehatan juga, jangan terlaku dipikir namanya juga proses belajar kan?”
“Iya mas, bay the way makasih ya mas buat asupan sehatnya, dan kok malah aku curhat tiba tiba jadinya hahahahha”
“Iya gra, sama sama, sekalian buat juga lagi program diet sehat biar ada yang nemenin makan sehat, enggak apa apa kok gra kamu curhat, kalo mau cerita cerita aja ya” jawab Ridho dengan senyum, ia senang dan lega melihat tawa dari wajah Anggra yang tadi terlihat agak memiliki beban. Sekarang wajah tersebut sudah berubah sedikit ceria dan bersemangat.
Suara gawai Anggra berdering,
‘Lagi diluar sama mas Ridho’
‘Ada, iya, oke, akua dua teh botol satu, oke’
‘Sudah, iya siap, iya’
Ridho tidak memperhatikan saat Anggra menjawab teleponnya,
“Maaf mas, aku tinggal dulu ya, mau ke minimart depan”
“Iya, yuk aku temani, sekalian mau beli minum juga”
“Oo oke mas, yok”
Minimart berada diseberang hotel, jalanan ramai sekali malam itu, bertepatan dengan malam minggu. Saat Anggra akan menyeberang sendirian, Ridho segera menggandeng tangan Anggra dan membantunya menyeberang, sesampainya di depan minimart, tanpa sadar ia masih menggenggam tangan Anggra dan yang memiliki tangan hanya mematung masih terdiam dengan kejadian yang barusaja ia alami.
“Mas Ridho, tangan saya”
“Ha? Apa gra” Ridho langsung melihat tangannya yang masih menggegam tangan Anggra dan langsung melepasnya, wajah Anggra terlihat kurang nyaman, dia segera memasuki minimart. Selesainya berbelanja dan Ridho kembali menggandeng tangan Anggra, semua terasa refleks bagi Ridho, karena dalam hatinya ia ingin menjaga Anggra. Sesampainya di halaman hotel Ridho memberikan es krim kepada Anggra
“Ini gra, sorry kalau tadi kamu enggak nyaman, aku refleks”
“Oke mas, makasih” jawab Anggra seranya menerima es krim yang diberikan Ridho
Di lobby hotel terlihat Dilla yang sejak tadi memerhatikan mereka berdua yangs edang berjalan menuju lobby hotel.
“Ooo jadi lama karena sama mas Ridho gra?” ejek Dilla sambil tersenyum jail
“Apaan sih, yuk masuk dutunggu yang lain”
“Iya, iya... Yok ke hall”
“Mas kami ke hall duluan ya”
“Iya gra”
Beberapa setelah Anggra dan Dilla memasuki hall, Ridho menyusul dan melihat tum mereka sedang berkumpul dan beristirahat di pojok ruangan, terlihat Anggra yang sedang berbicara dengan timnya dan memakan es krim yang ia berikan tadi. Mereka terlihat sebagai tim dan saudara secara bersama, ia senang melihat Anggra tertawa. Tanpa ia sadari, dibelakangnya sudah ada Dio yang telah memperhatikannya
“Seneng ya dho”
“Eh Dio, iya yo, sudah selesai yo?”
“Sudah selesai dari tadi sebenernya, tapi aku ingin merihat wajah bahagia sahabatku ini yang sedang berusaha mendekati adik se spesiesku”
“Jadi dari tadi ngeliatinnya?”
“Iyalah, duduk didepan berdua, terus gandengan pas nyebrang jalan, cepet juga gerakmu dho hahahhahaahhaa”
“Hush jangan keras keras, yok pulang”
“Ayok, kita pamitan dulu sama mereka”
Ridho dan Dio berjalan mendekati tim EO yang sedang bergurau bersama
“Mas mbak permisi”
“Mas Dio mas Ridho, iya mas kenapa mas?” Jawab TL EO
“Kami mau pamitan pulang duluan ya mas mbak” jawab Dio
“Oo iya mas, hati hati ya, semoga besok lancar sampai acara berakhir, selamat istirahat mas” Jawab TL EO
“Iya mas, kalian juga istirahat ya, terimakasih hari ini”
Setelah Dio bersalaman dengan semua, bergantuna dengan Ridho bersalaman dengan tim. Saat bersalaman dengan Anggra, ia senang senyum Anggra kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our projek. Part Of Ridho
Non-FictionRidho anak pertama dari tiga bersaudara, seorang Arsitek yang bertemu dengan seorang wanita yang tidak pernah dia kira. Dipertemukan oleh sebuah projek dan akan menjadi projek Ridho untuk mendekatinya.