Setelah selesai mengerjakan tugas kelompok, mereka mulai beranjak pulang ke rumah masing-masing. Tentunya dengan sedikit diwarnai cekcok Carista yang memaksa untuk mengantar Devana pulang dan Rangga yang tak ingin membayar pesanan alias minta gratisan, padahal tadinya mereka sepakat untuk membayar sendiri-sendiri pesanan mereka, dengan sedikit kesal akhirnya Devana mengalah dan menanggung bill pesanan teman sekelasnya itu.
Dan kini Devana tengah berjalan ke arah halte bus dengan perasaan sedikit jengkel karena, benar-benar orang yang berjalan mengekor dibelakangnya membuatnya sebal.
"Lo ngapain sih ngikutin gue?" tanyanya setelah membalik badan dengan nada kesal yang ketara sontak membuat orang yang kini didepan nya celingukan melihat sekitar lalu menunjukkan dirinya sendiri.
"Gue?" jawab Andra balik bertanya
"Retorik" dengus Deva sambil merolling bola matanya malas "emang yang dari tadi jalan ngikutin dibelakang gue siapa? Satpam sekolah?"
"Santai dong.. Gue mau ke halte bukan ngikutin lo lagian emang tuh halte kan tempat umum, bukan punya lo..jadi kenapa lo sensi?" balas Andra tak kalah sinis
"Terserah lo deh..tapi berenti jalan ngekor dibelakang gue" ucap Deva melanjutkan jalannya meninggalkan Andra dengan raut wajah sulit diartikan.
'oh gini sikap aslinya? jutek?'
"Kenapa gue jadi deg-degan gini ya?" gumam Andra bingung merasakan debaran Anomali yang tak seperti biasanya.
.
.
.
Keesokan paginya rumah mewah Devana kedatangan beberapa orang tak dikenal yang mengaku sebagai suruhan ayahnya. Kemudian menjelaskan maksud kedatangan mereka serta pesan-pesan dari atasannya yang harus disampaikan pada putri sulung majikan mereka.
Devana terkejut dan sedikit tak percaya dengan penjelasan mereka yang mengatakan bahwa sang ayah akan mengalihkan kantor cabang yang berada di Indonesia atas namanya dan sebagai gantinya ia tak akan mendapat uang bulanan seperti yang ayahnya kirimkan sebagai penunjang hidupnya. Terdiam beberapa saat dan ingin menyangkal bahwa yang mereka katakan hanya lelucon semata pun tak sanggup saat kedua matanya melihat tanda tangan dan cap sidik jari atas nama sang Ayah pada selembar kertas pengalihan nama perusahaan. Apa-apaan ini jadi Ayahnya bermaksud menjadikannya CEO muda bahkan saat ia masih duduk dibangku Sekolah Menengah Atas, bukankah ini artinya ia benar-benar diusir dari silsilah keluarganya, pikirnya.
Bahkan masih terdiam membisu dengan pandangan sulit diartikan saat beberapa orang itu berlalu pergi meninggalkan rumahnya, setelah mengatakan bahwa pengacara sang Ayah akan datang lusa guna mengurus pengalihan nama tersebut.
Dengan hati yang memburu Devana berjalan cepat menaiki anak tangga untuk mencapai kamarnya dan membanting daun pintu kuat-kuat. Persetan dengan perusahaan dan antek-anteknya, persetan dengan sekolahnya hari ini, batinnya. Saat ini ia hanya butuh sendiri untuk menenangkan hatinya yang meraung keras. Sebelumnya ia tak pernah merasa seemosional ini pada keluarganya, se menyebalkan apapun orang tuanya ia tak pernah berpikir untuk membenci keduanya karna bagaimana pun mereka tetap orang tuanya.
"AARRRGGGHH" teriaknya menyayat hati bagi siapapun yang mendengar. Rasanya sekarang ia ingin menemui orang tuanya yang kini tinggal di Jepang sana dan meraung keras bahwa ia tak ingin ditinggalkan sendiri, ia ingin dipeluk dan dimanja bukan di asing kan selama belasan tahun. Dimana hati mereka berdua saat mencampakkan darah daging mereka sendiri.
Hingga tangisnya mereda lalu kemudian terlelap menuju alam mimpi, mengabaikan dering ponselnya yang tak berhenti sejak sepuluh menit terakhir.
(10) Missed call from Carista.putri
(8) Message from Carista.putri
Carista.putri
| Deva lo dimana?
| Bentar lagi masuk.
| Angkat dong telpon gue
| Lo dimana sih?
| Plis deh jangan buat gue khawatir
| Devana..angkat bego!
| Entar gue kerumah lo deh.
| Tapi serius lo kemana sih setan?!
..
.
Sedangkan disisi lain Carista yang sibuk menghubungi Devana terhenti saat guru masuk dan buru-buru memasukkan ponselnya kedalam tas, mengikuti pelajaran dengan tenang walau hal tersebut tak berlaku untuk hati dan pikiran yang berkecambuk memikirkan ada apa gerangan dengan sang sahabat yang tiba-tiba menghilangkan tanpa kabar hingga pelajaran usai. Tanpa mengetahui ada sepasang mata yang memandang lekat kearah bangku kosong disampingnya.
TBC
Ada yang nunggu book ini dilanjutkan? Agak cringe ya di chapter ini?
Jangan lupa vote and comment💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonchild
Teen Fiction"...Banyak kejadian di hidup seorang Devana Angelista yang susah dimengerti dan Andiandra Sadewa jadi salah satunya" Copyright ©2020 JeonikaKim_