4. Fine?

19 5 0
                                    

Deva terbangun saat sore hari mendengar ketukan pada pintu kamar, dengan erangan malas ia bangun untuk membuka pintu.

"Maaf Nona..Nona Carista datang dan menunggu dibawah"ucap seorang pelayan sambil menunduk

"Katakan padanya aku akan turun nanti" balas Deva menutup pintu meninggal kan sang pelayan didepan pintu lalu berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci wajahnya yang masih ketara sembab dan mata yang merah.

"Hah" hela nafas kasar lalu melihat bayangan dirinya dengan wajah yang masih basah pada cermin, menunduk sebentar dan menatap cermin lagi " Lo harus baik-baik aja Dev! Semangat!" ucapnya pada pantulan wajahnya dicermin lalu tersenyum-

-miris.

.




.





.

Deva berjalan menuruni tangga lalu menghampiri Carista yang duduk disofa dengan setoples cookies dipangkuan nya dan televisi menyala menampilkan film kartun kesukaan nya- Upin&Ipin.

Kadang Deva tak habis pikir dengan sahabat itu sudah 17 tahun masih saja suka menonton dua bocah kembar dan botak dari kampung durian runtuh yang tak pernah naik kelas sejak awal wajahnya muncul di layar kaca- halah seperti dirinya tidak saja, setiap akhir pekan selalu saja menonton robot kucing berwarna biru dari masa depan dan sahabat bodohnya yang selalu mendapatkan nilai nol setiap pelajaran.


Jadi intinya keduanya sama saja.


Merasa ada gerakan tak berarti disampingnya Carista menoleh dan mendapati Devana dengan wajah sembab serta seragam kusut melekat ditubuhnya, lalu mengerjabkan mata beberapa kali dan berucap "Lo kan tadi gak sekolah terus kenapa pake seragam? Terus mata lo kenapa bengkak? Lo habis nangis? Ada masalah apa?" Tanya Carista beruntun.

"G-gue gak papa" jeda "tadi telat bangun, pas udah pake seragam baru sadar udah terlambat banget jadi ya udah bolos aja deh..hehee" jawab Devana disertai cengiran.

"Terus kenapa mata lo bengkak?"tanya Carista sambil memicingkan mata curiga.

"Pas gue sadar udah telat ya udah gue ambil laptop nonton film sedih banget kan gue baper jadi nangis, terus ketiduran.. Barusan bangun pas lo dateng" bohong Deva namun Carista masih memicing kan mata seolah tak percaya dengan alasan Devana.

"Serius lo? Bukan karna ada masalah sama orang tua lo?" tanya Carista masih tak percaya. Memang yang mengetahui problem antara ia dan orang tuanya hanya beberapa orang saja seperti Bibi Nana si kepala pelayan juga ibu bagi Deva dan Suami Bi Nana yang bekerja sebagai supir pribadi Devana, dan yang terakhir Carista dan keluarga nya. Awal mengetahui masalah orang tua dan anak itu orang tua Carista sedikit tak percaya, yang benar saja orang tua mana yang tega menelantarkan anak mereka begini. Dengan begitu pun mereka dengan sukarela menawarkan kehangatan keluarga mereka pada Devana. Hal itu membuat Deva selalu iri dengan Carista yang selalu mendapatkan kasih sayang dan perhatian lebih sebagai putri tunggal juga terkadang minder bukan soal materi atau apapun karna jika disandingkan mereka sama, sama-sama anak hedon namun Perbedaan perilaku dari orang tua yang membuat nya merasa bukan siapa-siapa jika disandingkan dengan seorang Carista Putri Wijaya yang diperlakukan bagai seorang putri raja dan dirinya yang bahkan tak diinginkan kehadirannya.

Deva terdiam cukup lama dan hal itu membuat Carista yakin bahwa tebakan nya tak meleset, lalu menyenggol lengan Deva pelan guna menyadarkan nya yang melamun.

"Ditanya kok malah melamun lo?"

"Eh ini udah sore banget lo juga masih pake seragam sekolah, pasti belom sempet pulang kan lo? Gak dicariin nyokap lo?" ucap Deva berusaha mengalihkan topik mereka, membuat Carista semakin memicing saja.

"Jadi lo ngusir gue?" balas Carista kesal


"Eh ya enggak lah, nethink mulu lo...gue kan cuma kasihan sama nyokap lo pasti khawatir anak gadisnya belum balik udah jam segini"

"Lo beda sama gue Ris..gue gak pulang pun gak ada yang khawatirin" sambung Deva dengan nada sendu namun kontras sekali dengan wajahnya yang menampilkan cengiran membuat Carista yang sudah siap mendebat Devana kembali diam mengatupkan bibirnya sambil menatap lekat sang sahabat, lalu menghela nafas kasar untuk membuang rasa emosinya.

"Ya udah kalo lo belum mau cerita ke gue.. Gue tunggu kok sampe lo siap bagi masalah lo ke gue" jeda "kalo gitu gue pulang dulu ya" tepuk bahu Deva pelan lalu mengambil tasnya yang tergeletak di single sofa dan mulai beranjak pergi meninggalkan rumah mewah sang sahabat.

'Carista..maaf'














TBC

Gimana masih betah? Ada yang nungguin book ini di up gak?

Sorry for typo ya^^




Tolong tinggalkan jejak Vote and Comment💙

MoonchildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang