BAB 2 : MEET WITH YOU

15 0 0
                                        

"Akhh!!"

Malik sontak menjauhkan wajahnya saat gadis didalam brankar itu berteriak kala tersadar. Pria itu mengusap dadanya karena rasa kaget bukan main.

Saat pandangan mereka beradu, Malik memberikan senyuman merekahnya "Apa ada yang sakit?" Tanyanya.

"Sa... Saya dimana? O-om siapa?!" Mata Danita menelisik ke seluruh ruangan, nuansa putih dan bau obat membuat Danita ingin cepat pergi sekarang juga.

Malik tertawa, "saya dokter Malik, kamu sedang berada dirumah sakit. Oiya, kamu belum menjawab pertanyaan saya."

Danita memegang wajahnya kebingungan lalu kembali terpekik, "Awhh!!!"

"Pelan-pelan, Luka kamu belum kering. Saya rasa kamu tidak bisa mencuci muka beberapa hari ini," katanya lagi sambil terkekeh.

Ya Tuhan, mengapa pria ini tak henti-hentinya menampakkan senyumannya. Pria lembut berstelan jas putih itu membuat Danita tidak bisa berbuat apa-apa. Harus diakui Malik memiliki paras yang menawan. Sungguh Danita terus dihujani dengan senyuman yang begitu menenangkan, mengingat ia tak pernah mendapatkan itu dari orang lain selain mbok Karsih.

Setiap orang yang melihat Danita selalu memandangnya rendah. Termasuk Ayah.

"Kenapa saya bisa ada dirumah sakit?!"

"Kamu pingsan saat menyebrang. Dan... Bagaimana kamu mendapat luka diwajahmu? Kamu berkelahi?"

Danita menggeleng polos.

"Atau... Kamu sedang diganggu orang jahat?"

"Saya mau pulang," Danita menjawab takut.

"Tidak bisa, kamu harus menghubungi orang tua kamu."

Danita kembali menggeleng, "saya janji akan bayar, tapi biarkan saya pulang. Om boleh mengambil ponsel saya sebagai jaminannya."

"Bukan masalah itu, kamu adalah pasien saya. Saya tidak bisa membiarkanmu begitu saja. Atau saya yang menghubungi orang tuamu?" Kata Malik menyodorkan ponselnya disetai anggukan untuk meyakinkan gadis itu.

"Tidak! Sa.. saya tidak punya orang tua. Saya sendirian."

Alis Malik menyatu, dahinya membentuk beberapa guratan. "Yang benar? Lalu kamu tinggal dengan siapa?"

Danita terdiam. Gadis itu mencengkram selimut tebal berwarna putih itu. Mengabaikan pertanyaan dari Malik. Keringat dingin mulai bercucuran begitu pula dengan debaran jantunya yang menggila. Sial! Keluarkan Danita dari tempat ini sekarang juga!

Hal itu membuat Malik merasa tidak enak, ia merasa telah bertanya terlalu jauh. "Maaf, bukannya saya memaksa. Tapi luka kamu tidak bisa disepelekan, wajah dan lehermu bisa infeksi Danita."

Dari mana Malik mengetahui namanya?

Danita melongak ke arah Malik seakan meminta penjelasan bagaimana pria itu mengetahui namanya.

"Kamu Danita, kan? Tadi perawat saya menemukan nama tag kamu terjatuh."

Danita ber-oh ria. Ia bingung antara pulang atau tetap disini, sebenarnya disini tenang. Ketimbang harus dirumah dan bertemu dengan Ayah seperti orang asing dalam satu rumah.

"Bagaimana? Kamu harus disini, apa tidak ada yang ingin kamu kabari?"

Ada, Ayah.

Jika saja Arman tidak membencinya, Danita ingin mengadukan orang-orang yang sudah menyakitinya. Danita ingin memberi tahu rasa sakitnya. Danita ingin Arman tahu keadaannya yang sangat memperihatinkan.

Danita menurunkan kaki mungilnya dari ranjang, mencopot paksa selang infus yang tertancap di punggung tangannya. Hal itu membuat Malik membulatkan mata.

SCANDIUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang