BAB 3 : MIMPI BURUK ITU DATANG LAGI

12 0 0
                                    

Gadis kecil berusia sepuluh tahun itu baru saja terbangun dari tidurnya, langit-langit kamar berwarna pink seperti biasa dilihatnya pertama kali ketika ia membuka mata. Pandangannya masih samar, kemudian ia mengucek mata beberapa kali sebelum akhirnya benar-benar terbangun. Mengenakan piyama pink bergambar kartun kucing lucu kesukaannya ia mulai menurunkan kakinya dari ranjang.

"Mama?" Panggilnya lirih, tapi tak ada balasan. Dengan langkah yang masih gontai ia menuruni anak tangga untuk mencari dimana mamanya berada.

"Mama..."

Ketika hampir sampai dilantai bawah, telinganya mendengar suara teriakan yang sangat keras. Suara pertikaian itu jelas terdengar di inderanya. Entah apa yang terjadi sepagi ini hingga suara tangisan menyusul dengan suara pecahan beling-beling yang sangat menakutkan.

Itu suara Mama dan Ayahnya.

Ia berlari segera ingin melihat apa yang terjadi. Betapa terkejutnya anak itu melihat kondisi ruang tamu yang sangat berantakan. Pecahan guci-guci keramik milik mama hancur berserakan. Lalu ia melihat disudut ruangan, Mamanya terpojok bersama Ayah dengan kedua tangan yang memegang leher Mama dengan erat. Gadis itu menjerit ketika sang ayah dengan tega mencekik Mama.

"MAMA!!!" Danita berlari mencoba untuk melepaskan tangan kekar ayah yang begitu kuat melingkar dileher Mama. "Ayah! Lepasin!" Pintanya sambil menangis.

Ayahnya tak menggubris, ia menghempaskan tubuh mungil Danita dengan sangat keras membuatnya tersungkur.

"Pergi kamu! Kamu sama nggak bergunanya dengan wanita gila ini!" Ujar Ayahnya semakin kalap. Mata yang memancarkan emosi itu turut diluapkan juga pada Danita. Urat-urat leher yang tergurat dari Ayah membuatnya memundurkan dirinya ketakutan hingga kakinya terkena beling dan berdarah.

"Ini semua ulah kamu, Mas!!! Kamu yang bikin aku seperti ini!!"

Plakkk!!!

Tamparan keras mendarat dipipi Mama. "Apa kamu bilang!? Gimana bisa kamu nyalahin aku, ha!?"

"Kamu masih nanya? Kamu tau apa yang udah kamu lakuin, Mas?! Kamu selingkuh!"

"Jangan menuduh! Kamu saja yang tidak becus jadi istri!"

"Danita... Masuk ke kamar! Mama-- nggak apa-apa!" Kata Mama dengan nafas tersengal. Danita ketakutan, ia menggeleng dan berusaha kembali menarik Ayahnya agar menjauh dari mamanya.

"Ayah! Danita takut... Hikss... Hikss.. tolong jangan seperti ini..."

"HAHHHH!! PERGI KAMU!"

Danita kembali terhuyung, kali ini sangat hebat. Kemudian Ayah menindihnya dan melakukan perbuatan yang sama dengan apa yang dilakukannya pada Mama.

"Lebih baik kamu tidak ada di Dunia ini, Danita!!" Ayahnya berujar sambil mengeratkan cekikannya pada leher gadis kecil itu.

"MAS!! KAMU SUDAH GILA! DIA ANAK KAMU!!"

"Maafin Danita, Yah. Maafin Danita... Tolong lepasin, Sakit..."

"Maafin Danita, Ayah."

"Maafin..."

"AYAH!!!"

Danita menghembuskan nafas panjang, ia menyerka keringatnya. Menyibak selimut putihnya dan terdiam beberapa saat.

Mimpi itu datang lagi.

Kejadian delapan tahun lalu selalu datang di setiap malamnya, bahkan berputar tanpa henti dan mengikuti Danita kemanapun ia pergi. Setiap detik, menit, seberapapun lamanya ia takkan pernah bisa lupa. Kenangan pahit yang membuatnya seperti ini sampai sekarang.

SCANDIUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang