17. Yang Tidak Terucap

1.6K 196 51
                                    

Hari-hari berjalan dengan lajunya yang konstan. Tidak terasa Azizi telah berada di penghujung semester, selanjutnya dia akan menjadi kakak kelas. Namun berita sedihnya, Fiony sudah harus meninggalkan sekolah. Tidak ada lagi pesaing Lala dalam perebutan tahta hati Azizi.

Gosip dan rumor menyebar cepat di seluruh penjuru sekolah. Fiony punya nama sebelum dia sengaja berupaya gencar mendekati Azizi. Jadi jika ditanya apakah Fiony panjat sosial, maka boleh jadi jawabannya Azizi yang panjat sosial dari kedekatan mereka. Rumor menyebar sampai di meja-meja ruang kelas Azizi: Fiony sudah punya pacar. Tentu saja ini berita panas. Pertama, dia terkenal. Kedua, pacarnya perempuan. Fakta ini meguatkan rumor kalau Fiony memang bagian dari kelompok pelangi itu. Dan ketiga, pacarnya bukan Azizi!

"Lo gimana perasaannya Zee, Ce Fio punya pacar?" tanya Eve yang sering diusir dari tempat duduknya kalau Fiony ingin melancarkan aksi pendekatan pada teman sebangkunya.

"Biasa aja sih, malahan bagus dia udah punya pacar," balas Azizi cuek.

"Makanya Zee nggak usah sok jual mahal lo! Kalo gue cewek terus yang naksir gue si Fio juga gue bakalan ikutan belok," timpal Febrian—fanboy nomor satu Fiony. Azizi hanya mendengus malas, dia juga tidak sedang dalam penyesalan. Pun pacarnya sekarang sudah lebih dari cukup baginya.

"Siapa sih pacarnya?" Kali ini Chika yang kapasitas otaknya sering lemot.

"Dancer sih katanya, anak sekolah sebelah. Duh namanya siapa ya gue lupa."

"Ara! Iya namanya Ara. Tapi ya boleh juga sih, nggak kalah cakep sama lo Zee."

Rasanya dia ingin menutup kupingnya minggu-minggu ini. Alasannya ya tentu saja karena seluruh sekolah membicarakannya yang gagal menjadi pendamping Fiony di pesta kelulusan nanti. Padahal ya bodo amat, alias dia tidak ada rasa menyesal. Kalau saja mereka tahu, pacar Azizi sudah bisa membuat gadis itu seperti kerbau dicucuk hidungnya. Bucin setengah mati. Mereka pasti juga tidak iba pada Azizi yang ditinggal Fiony punya pacar baru.

Baru saja dia ingin resign menjadi siswa dalam kluster populer, Fiony tidak membiarkannya berhenti begitu saja. Ketika di kantin gadis tomboy itu tengah menyantap kuah baksonya, Fiony datang ke mejanya dan menyeretnya pergi dari kerumunan. Tentu saja seisi kantin menjadi heboh.

"Kenapa sih Ce harus ngomongnya disini?" tanya Azizi sambil melihat ruangan sempit tempat anak klub basket biasanya ganti baju.

Azizi melihat pandangan nanar Fiony. "Zee, aku punya pacar," akunya sambil berkaca-kaca.

Sungguh situasi ini gagal dipahaminya berulang kali. Maksudnya apa? Dia kan juga tidak sedang melarang gadis cantik di depannya ini punya pacar.

"Iya terus kenapa? Selamat lah Ce." Jujur saja, Azizi sudah sangat malas membahas ini.

Sebaliknya, gadis di hadapannya tidak mengharapkan respon yang keluar dari bibir Azizi. "Ternyata aku nggak seberarti itu ya di hidup kamu? Iya aku sayang sama pacarku sekarang, tapi aku kalo harus jujur aku juga masih suka sama kamu."

"Terus aku harus gimana? Kamu mau aku gimana?"

"Jawab pertanyaanku dulu, segitu nggak berartinya aku di hidup kamu? Aku bakalan lulus dan kamu nggak ada penyesalan?"

Azizi menarik nafasnya, baiklah. "Kamu perempuan baik, cantik dan sayang buat dilewatkan. Tapi sayangnya, hatiku sukanya ke orang lain Ce. Dan sejujurnya ini bagus buat kamu. Tanpa aku, kamu pasti bisa bahagia. Aku sedih kok bakalan pisah sama kamu, tapi maaf Ce, aku nggak menyesal. Kalo kamu tanya seberapa berarti ya kamu berarti banyak."

Setidaknya Azizi berharap ucapan itu bisa meredakan gejolak hati Fiony. Mungkin sulit ketika seseorang telah menaruh hatinya untukmu dalam satu tahun lalu berangsur pergi hanya dalam hitungan minggu. Azizi pun mencoba memahami perempuan di hadapannya mengalami masa sulit itu.

Anak Kemarin SoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang