05. If I Were A Boy

1.7K 216 40
                                    

Cuaca hari ini panas sekali. Azizi sesekali melihat jam tangannya, pukul 11.32. Angkutan menuju rumah Fiony belum kunjung tiba. Dia menyeka keringatnya yang bercucuran. Hingga lima menit selanjutnya, sebuah angkutan mengerem tepat di hadapannya.

Cukup setengah jam sampai Azizi mendarat ke jalanan beraspal. Setelah jalan sebentar, rumah ber-cat biru itu tampak terlihat. Azizi mengetuk pintu, sembari memanggil pemilik rumah.

"Ce Fio."

Pintu terbuka dan menampilkan sosok perempuan remaja dengan memakai pakaian rumahnya. Dia tersenyum dan menempelkan deret gigi rapi.

"Masuk yuk," jawab Fiony sambil menarik tangan Azizi.

Azizi hanya menurut, mengekor pemilik rumah. Kemudian dia memilih duduk pada sofa yang menghadap televisi. Siaran televisi menampilkan drama korea, Azizi tidak tahu. Dia hanya mengikuti k-pop, itupun karena Azizi suka dance.

"Minum apa Zee?" tanya Fiony dari arah dapur.

"Nggak usah Ce, nanti kalau aku mau biar ambil sendiri."

"Oke deh. Nih aku ambilin es jeruk dulu, pas banget di cuaca panas gini." Fiony datang dengan menyodorkan segelas minuman berwarna oranye.

Dia duduk merekat pada tamu yang menciut bersentuhan kulit langsung dengan primadona sekolah itu. Pakaian minim Fiony sebenarnya memancing Azizi untuk mengeluarkan komentar atau sepatah dua patah pertanyaan. Pun Fiony nampaknya menunggu saat-saat Azizi memperhatikan penampilannya sekarang. Namun Azizi takut merasa tak sopan.

"Jauh banget ya rumah aku?"

"Lumayan Ce, lama nunggu angkutan aja sih sebenarnya."

Fiony membuka bungkusan keripik dengan limpahan micinnya, lalu menyodorkan pada Azizi. Dia masih menatap ke depan, drama korea itu butuh untuk diperhatikan.

"Kok rumah bisa kosong? Pada kemana Ce?" Azizi enggan juga apabila dia sudah jauh-jauh datang tapi kalah dari drama korea.

"Mama papa lagi ke Singapura, dua hari lagi pulang. Ci Shani lagi ada acara kampus. Mbak Sum nggak masuk kerja hari ini, anaknya lahiran. Makanya aku bujukin kamu temenin aku."

"Aku nggak keberatan sih Ce, hari ini juga cuma antar Kak Lala terus aku nggak ngapa-ngapain."

Mata Fiony membulat, "Siapa tuh Lala?"

"Ah, ada petugas puskesmas baru Ce. Tinggal di rumahku sementara, kan bapakku kepala desa."

"@lalaluv ya?"

"I-iya Ce." Azizi terbata. Raut Fiony berubah serius.

"Kamu nggak ada perasaan apa-apa kan sama dia?" Fiony kian berani interogasi gebetannya itu.

"Ya kali ce, dia kan perempuan. Masa aku suka perempuan." Azizi menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Zee, kamu lagi nggak pura-pura nggak tahu kan, kalau aku suka kamu? Kita sama-sama perempuan, tapi aku suka sama kamu. Jadi masalahnya dimana? Kamu nggak suka dia kan?"

Azizi menjadi merasa bersalah dengan jawabannya barusan. "Iya ce, maaf. Aku nggak bermaksud nyakitin hati Ce Fio. Nggak kok ce, aku nggak suka siapa-siapa."

Fiony menampilkan muka kusutnya, lalu beralih melihat layar tivinya yang masih menayangkan drama korea. Dan tiba-tiba saja, pemeran utama mencium perempuannya. Fiony menjadi canggung, menonton adegan itu bersama Azizi-orang yang disukainya. Jantungnya makin berdegup tak normal, dia mulai berkeringat ketika adegan itu semakin intim. Apalagi ketika Azizi ikutan meliriknya, melihat ekspresi canggungnya.

"Duh remotnya mana sih.." Fiony mengalihkan fokus miliknya.

Azizi mengambil remote yang tak jauh dari duduknya. "Ini Ce," ucapnya polos.

Anak Kemarin SoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang