2

5.4K 450 31
                                    


Akhirnya pernikahan sederhana dilaksanakan di rumah megah keluarga Bram, hanya dihadiri paman Meliana sebagai wali, juga ada ibunda dan adik Meliana, lalu dari pihak Bram hanya ibu dan kakaknya. Petugas dari KUA dua orang dan dua orang satpam keluarga Bram sebagai saksi.

Meli dan keluarganya sejak awal merasakan bahwa ini pernikahan yang dipaksakan oleh Bram, melihat wajah datar ibu dan kakaknya, ia tahu bahwa pernikahannya tidak akan baik-baik saja. Selesai pelaksanaan akad, ibu, adik dan paman Meli segera pamit, hanya anggukan kaku tanpa senyum dari ibu dan kakak Bram. Petugas KUA pun segera pamit dan menyerahkan buku nikah pada Bram dan Meliana.

"Pak Sukri dan Pak Karyamin silakan kembali bertugas." Suara tegas dan datar Gayatri terdengar menakutkan. Dua orang satpam itupun menganggukkan kepala dengan patuh dan keluar dari ruang tamu.

"Dan kau Bram juga istrimu, tetap di rumah ini, jangan punya pikiran bahwa setelah menikah akan pindah dari rumah ini, aku sudah menuruti kemauanmu menikahi wanita pilihanmu Bram, kini waktunya kau mengikuti kemauan ibu, ada acara apapun di perusahaan jangan pernah kau bawa istrimu, tak apa kau mengatakan sudah punya istri silakan, bilang saja pernikahannya dilakukan tertutup, tiap ada acara besar di perusahaan cukup kita bertiga yang hadir, mengerti," Gayatri melihat Meliana yang menunduk mengangguk pelan, sedang Bram hanya menatap ibunya dengan tatapan ingin protes tapi ia urungkan.

Untuk sementara akan ia turuti kemauan ibunya tapi selanjutnya sedikit demi sedikit ia akan mengajak Meli, mengenalkan Meli pada dunianya.

"Dan kau, di rumah ini hanya tamu, jadi jangan sok ngatur dan lain-lain, kerjakan tugasmu sebagai seorang istri, segera berikan kami cucu, aku beri waktu kau setahun, jika tidak maka akan aku carikan istri baru untuk Bram."

Bram berdiri, menarik lengan Meli agar berdiri juga, dengan ragu Meli ikut berdiri. Gayatri menatap keduanya dengan tatapan marah.

"Mau ke mana, ibu belum selesai bicara."

"Kami mau istirahat, sejak awal pernikahan ini jadi menyesakkan, aku hanya merasa ibu memang tak ingin kami bahagia, kami pamit mau masuk kamar, setidaknya di kamar kami jadi suami istri yang berbahagia."

"Kau ...." suara Gayatri tertahan.

Dan Bram setengah menyeret Meliana untuk ikut ke kamarnya.

.
.
.

Bram memeluk Meli, mengusap punggung terbuka istrinya. Ia tahu jika ke depannya jalan masih akan terjal, maka di kamar merekalah Bram berusaha membahagiakan istrinya. Mengusap keringat yang masih tersisa di kening Meli yang matanya telah tertutup sejak tadi. Kelelahan pasti. Bram yang telah lama mengenal dan berhubungan sesuai dengan norma pergaulan benar-benar tak pernah menyentuh Meli, hanya genggaman tangan dan mencium kening Meli selama bertahun-tahun mereka berpacaran. Maka setelah sah di mata agama dan negara Bram benar-benar menuntaskan hasratnya yang telah lama terpendam. Bahkan ia lupa jika istrinya belum makan.

Perlahan ia bangkit, menyelimuti istrinya yang masih tertidur nyenyak. Bram melangkah ke kamar mandi membersihkan badan setelah merasa lengket karena aktivitas yang telah lama ia nantikan, tersenyum sendiri di kamar mandi mengingat bagaimana dirinya dan Meli sama-sama melakukan untuk pertama kalinya, kikuk dan malu.

Setelah mandi Bram bergegas ke ruang makan, mengambil nasi dan lauk untuk dinikmati berdua dengan Meli yang telah resmi menjadi istrinya.

"Mau kau bawa ke mana piring penuh nasi dan lauk itu Bram?" suara ibunya mengagetkan Bram. Bram menoleh menemukan wajah kaku ibunya.

"Mau aku bawa ke atas Bu, kasihan Meli, dia pasti lapar karena dia kelelahan, aku lupa kalau dia belum makan," sahut Bram.

"CK ck ck ... baruuu saja jadi istrimu beberapa jam lalu, sudah sanggup mengubah kebiasaan yang ibu tanamkan bertahun-tahun padamu, lalu mana pantas suami melayani istrinya, makan ya di ruang makan, sejak kapan kau patuh pada istrimu hingga mengambilkan makan dan makan di kamar?" suara Gayatri semakin tinggi, kakak Bram yang sudah berdiri di samping ibunya hanya mengelus bahu ibunya, agar tidak melanjutkan perselisihan.

All at once (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang