PROLOG

2.1K 171 8
                                    

Aku mencintaimu seperti hembusan nafas, terlihat sederhana, namun menghidupkan.

Seperti detak jantung, kau tidak benar-benar bisa menyaksikan, namun terus mendebar.

Seperti jejak langkah kaki, terus mengikuti, walau kau berjalan untuk pergi.

"Menikahlah denganku." Kata Deeva mengejutkan Kalven yang tengah melihat kilauan Al-Arab dari tempat duduknya. Mereka baru selesai makan di Pierchic dan sedang santai sembari menikmati wine.

Kalven tertawa setelah tertegun beberapa lama. "Kau bercanda, kan?"

"Apa aku terlihat bercanda?" Deeva memajukan wajahnya, dan Kalven terpaku pada mata kucingnya yang indah. Mata yang berkali-kali telah membuatnya jatuh cinta, dan berkali-kali juga selalu membuatnya kecewa.

"Tunggu dulu, jika kau memintaku menikahimu hanya karena Alden akan pergi dari Istana..."

"Siapa yang bilang aku memitamu menikahiku karena Alden?" potong Deeva, nampak kesal. Dia menyandarkan tubuhnya seraya membuang pandangan ke laut yang sudah termakan kelabu.

"Aku pikir kalian berdua..." Kalven tidak sanggup melanjutkan. Seperti sudah menjadi rahasia umum, Deeva yang merupakan kerabat jauh Istana, dan seorang Putri dari Emirat lain yang dari kecil sudah berteman dengannya dan Alden, mempunyai kedekatan yang berbeda dengan kakak tirinya itu. Semua orang percaya suatu saat mereka akan menikah. Kalven juga percaya, hanya saja selama ini mencoba untuk tidak mengakui.

Oleh karena itu malam ini Kalven mengajaknya keluar, berniat untuk mencari tahu apa tanggapan Deeva setelah tiba-tiba Alden mengumumkan meninggalkan Istana. Sebenarnya bukannya tiba-tiba. Jika diingat lagi, dari dulu kakaknya selalu bilang akan menyerahkan tahta kepadanya, sementara dia ingin mengelilingi dunia.

"Akan bersama-sama mengelilingi dunia?" Deeva tertawa kecil. "Aku bukan orang gila."

Kalven menggelangkan kepala. "Aku pikir kalian berdua akan menikah."

Deeva mengerutkan kening. "Kenapa kau berpikir seperti itu?"

"Bukan hanya aku. Semua orang berpikiran seperti itu."

Deeva memtuar matanya kali ini, seolah-olah obrolan ini sangat tidak masuk diakal. "Dan kenapa semua orang berpikiran seperti itu?"

Kalven mengerutkan keningnya. "Karena kalian dekat?"

"Dan apakah kita berdua tidak dekat?"

Kalven sendiri masih mencari jawabannya. Apa mereka dekat? Jika dipikir, Kalven hanya seperti bayangan, mengikuti mereka dari belakang dan hilang dikegelapan. Dari dulu mereka bertiga dekat, namun selalu ada lapisan tak kasat mata yang melingkupi mereka berdua dan tidak bisa Kalven tembus.

"Bagaimana? Kau mau menikah denganku?" tanya Deeva lagi ketika Kalven tidak juga menjawab.

Kalven masih diam. Dia hanya menatap Deeva dengan intens, dan wanita itu balas menatapnya. Tidak tersipu malu, apa lagi terintimidasi.

"Kau memintaku menikahimu, apa kau mencintaiku?" tanya Kalven pada akhirnya.

Dengan senyuman yang cantik, Deeva menopang dagunya dengan kedua punggung tangan. "Menurutmu?"

Menurut Kalven tidak. Namun lelaki itu ikut tersenyum, kemudian mengiyakan ajakan Deeva. Tidak pernah menyadari, jika itu adalah awal dari penderitaan mereka yang panjang.

THE KING AND HIS MISTAKEN #2ndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang