Hai hai haiiii... perhatiin nggak itu judulnya EMPAT-1? karena sebenernya BAB 4 ini belum selesai ditulis tapi aku nggak sabar ketemu kalian karena udah satu minggu hihihi... terus, kalau aku lanjut nulis nanti kuotaku aku keburu nggak bisa dipake karena ada batasnya hahaha. pokoknya semoga besok EMPAT-2 bisa aku posting ya. happy read ^^
================================================================================
Kalven tidak tau sejak kapan dia mulai mencitai Deeva. Yang pasti itu sudah lama sekali. Dulu, sering kali Kalven harus menahan rasa cemburu, saat Deeva terus menempel pada Alden, sementara kepada Kalven pun dia seolah memberi harapan. Tapi sayangnya, Kalven selalu gagal membenci wanita itu walau sudah berkali-kali dikecewakan. Dan apakah seperti ini rasanya benci? Merasa senang melihat Deeva marah. Atau itu hanyalah refleksi dari rasa puas karena sudah berhasil mengeluarkan emosi lain dari Deeva?
Kalven memutar keran, agar air yang keluar dari pancurannya lebih hangat lagi. Jika Kalven boleh jujur, Kalven ingin Deeva merasakan rasa cemburu yang bahkan, sampai setelah menikahpun Kalven sering rasakan.
Pintu shower room-nya terbuka, dan tanpa permisi, Deeva masuk dan memeluk Kalven. Kalven bahkan tidak merasa terkejut. Wanita itu sudah telanjang, terasa dari dadanya yang menempel di punggung Kalven.
Tidak ada yang berbicara diantara mereka sampai Deeva melepaskan pelukannya dan memaksa Kalven untuk berbalik. Mata mereka saling beradu pandang, dan Kalven tau wanita itu sedang mencoba memikatnya. Padahal, tanpa perlu berusaha, Kalven tidak pernah lepas dari pesonanya. Hanya saja kali ini Kalven enggan menunjukan.
Tanggan Deeva menjalar dari dada menuju tengkuknya untuk ditariknya kepala Kalven agar menunduk, lalu menyatukan bibir mereka. Dari awal, Deeva mencium bibirnya penuh godaan, dan Kalven mebalasnya sama. Membangunkan hasrat pada dirinya. Tidak, tidak ada kelembutan penuh perasaan. Dari awal pernikahan, yang Deeva bangun setiap kali mereka bercinta hanya tentang hasrat.
Tangan Kalven mulai bergeriliya, memainkan satu payudara Deeva, sementara tangan yang lain meremas bokoknya, menempelkan tubuh wanita itu agar sadar atas hasrat Kalven yang telah terbangun sempurna.
Untuk kali ini, Kalven tidak mau berlama-lama. Tidak ingin mempersembahkan kepuasan luar biasa kepada Deeva seperti yang selama ini dia lakukan. Toh percuma saja, apapun yang dia lakukan, tidak bisa menjatuhkan wanita itu kepada cintanya. Jadi, ketika jemarinya memeriksa dan merasakan kewanitaan Deeva sudah basah, Kalven memaksa kedua lengan wanita itu mengait erat di pundaknya, sementara dia mengangkat kedua kaki Deeva agar memeluk pinggangnya, kemudian menyatukan tubuh mereka.
Rupanya penetrasi dengan cara seperti itu bukan perkara mudah. Apalagi, ternyata Deeva belum benar-benar siap karena singkatnya pemanasan mereka. Kalven berjuang mendorong, membuat Deeva mengerang dan menghindar ketika dirasakan sakit menghujam tubuhnya. Namun tangan Kalven menahan bokongnya dan tidak berhenti, menghujam berkali-kali.
Deeva memeluknya erat, berusaha agar percintaan itu terasa nikmat, menuntun Kalven dengan gerakannya sendiri, namun Kalven tidak mau lagi dikendalikan. Jadi dia memutar tubuh mereka untuk menempelkan punggung Deeva di dinding kaca shower room, menghimpitnya agar dia tidak bergerak, itu juga memudahkan tangannya menjadi navigator agar menghujam pada tempat yang tepat.
Dirinya tenggelam sedikit demi sedikit, dan saat sudah terbenam sempurna, Kalven tidak memberikan waktu untuk keluar dan menghujam lagi dengan cepat. Deeva menyambut setiap hentakannya dengan erangan. Masih antara sakit dan nikmat.
Biasanya, Kalven akan menahan dirinya sampai Deeva orgasme terlebih dahulu. Tapi kali ini tidak. Dia ingin menjadi egois dengan mengejar kepuasannya sendiri. Jadi terus digerakan tubuhnya dengan cepat, kemudian meledak.
Nafasnya masih terengah waktu Deeva menjauhkan dirinya dengan kedua kaki masih dipinggang Kalven. Dia menatap kecewa, dan tiba-tiba saja Kalven merasa bersalah.
Ditariknya keluar bagian tubuhnya dari tubuh Deeva seraya menurunkan kedua kaki wanita itu agar menjejak di lantai. Dibasuhnya tubuh mereka bergantian, kemudian manarik handuk dari gantungan setelah mematikan keran. Dan dibalutnya tubuh Deeva yang masih mematung, menatapnya.
Kalven menarik handuk lain untuk membalut dirinya sendiri, kemudian merengkuh Deeva ke dalam bopongannya, di bawanya menuju kamar.
Kenapa rasa bersalah harus menyusup kedalam hatinya begitu kuat? Tanyanya dalam hati saat membaringkan Deeva di atas kasur.
Kalven membelai wajah cantiknya, menolak menatap mata wanita itu yang masih diselimuti kecewa. Mau gila rasanya! Rasa cintanya masih bercokol begitu kuat, sementara rasa bencinya terus mencengkram erat.
Kalven berdiri, hendak pergi, namun lengannya dipegangi, memaksanya berhenti.
"Apa tidak cukup untukmu jika hanya ada aku seorang?" tanyanya, dan Kalven membenci topik itu. Kenapa tidak diutarakannya rasa kecewa ketika Kalven tidak memberinya apa-apa pada percintaan mereka tadi? Kenapa harus memprotes akan keadaannya yang lain?! Menunjukan jika posisinya lebih penting, dari apapun termasuk urusan ranjang mereka.
Kalven menarik tangannya untuk lepas. "Jika saja aku bisa menerima cintamu, mungkin ini tidak akan terjadi." Ungkapnya, merasa tidak mau lagi menyembunyikan keinginannya sendiri.
Deeva bangkit duduk dengan mengerutkan keningnya. "Jangan bilang kau ingin menikah lagi hanya karena hal sesepele itu?" tanyanya penuh heran.
"Sepele?" Kalven tidak kalah heran. "Kau tau, setiap hari aku selalu bertanya-tanya, 'apa dia mencintaiku? Siapa yang dia pikirkan? Siapa yang ada di hatinya?' dan itu kau anggap sepele? Setiap hari aku berusaha bersikap baik, berharap kau bisa sedikit saja jatuh hati. Bahkan setiap hari aku merasa merindukanmu, meskipun kau tidur di sisiku. Kau bilang itu hal sepele?"
"Tapi kita sudah menikah..."
"Apa itu berarti aku bahagia?!" Deeva terkejut ketika untuk pertama kalinya Kalven membentaknya. "Atau apakah kau bahagia?" suaranya menurun, menatap Deeva dengan kecewa.
"Aku bahgia..."
Kalven tertawa mengejek. "Lalu, katakan, apa yang kau lakukan dengan seorang teknisi sehari sebelum kecelakaan helikopterku?"
"Apa?" bola mata Deeva bergetar, tampak bingung. Entah sebenarnya dia tidak tau apa-apa atau memang aktingnya luar biasa.
Tangan Kalven melambai di udara, menjadi isyarat untuk Deeva melupakan pertanyaannya. Dia berbalik untuk pergi, tapi Deeva justru berdiri untuk meneriakinya.
"Aku bisa mencintaimu!" katanya membuat Kalven berbalik lagi. "Aku bisa mencoba mencintaimu. Jadi tolong, hentikan rencanamu."
Kalven maju untuk membelai kepala Deeva seraya tersenyum. "Untuk itu, coba dulu untuk tidak terlalu mencintai posisimu." Kalven berbalik lagi dan langsung melangkah pergi kali ini. Tapi sebelum dia benar-benar menghilang di balik pintu, dia menoleh. "Mulai besok akan ada pengawal yang mengikutimu. Kau dilarang mendekati Aghnia karena berpotensi membahayakan."
"Kenapa harus aku yang dijaga?!" teriaknya marah, namun pintu buru-buru menutup.
Kalven yang sempat mendengar teriakan itu tersenyum. Lagi-lagi senang bisa membuat Deeva merasa emosi. Sementara di dalam kamar Deeva menutup wajahnya dengan frustasi.
Kenapa orang-orang yang katanya mencintainya kemudian berubah menjadi gila? Dulu, ayahnya yang selalu bilang mencintainya, menutup mata atas pemerkosaan yang dilakukan Khalid Al Nahyan, anak dari kakaknya yang merupakan putra mahkota, hanya agar posisinya aman di tatanan pemerintahan. Sementara itu Khalid berdalih melakukannya karena mencintai Deeva. Waktu itu Deeva bahkan baru enam belas tahun!
Bukan hanya sekali. Berkali-kali Khalid melakukannya dan berkali-kali juga ayahnya memalingkan muka ketika Deeva meminta beliau membelanya. Bahkan ayahnya menerima permintaan resmi dari Khalid untuk menjadikannya selir. Beruntung Deeva yang dari kecil sudah tinggal di Dubai dengan ibunya, bisa pergi dari sana. Mungkin itu juga yang menjadi alasan ibunya tinggal berpisah dengan ayahnya walau tidak bercerai. Ayahnya lebih mencintai posisinya dari pada keluarganya.
Sampai sekarangpun, tanpa ada yang tau, si Gila Khalid masih mengirimkan orang-orang untuk menganggunya. Itulah kenapa Deeva menginginkan posisi paling tinggi. Agar tidak ada lagi yang berani terhadapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE KING AND HIS MISTAKEN #2nd
RomanceAku mencintaimu seperti Eros yang tertusuk panahnya sendiri, kemudian khianatmu mengubahku menjadi Hades. Akan kupastikan selamanya kau bersamaku di kegelapan. -Kalven Ayash Al-Arkhan Orang menganggap diriku psyche yang dicintai banyak orang, tapi a...