DUA
Rupanya, menyelesaikan masalah Aghnia tidak bisa semudah itu, karena berbulan-bulan setelahnya, Aghnia dan ayahnya masih tinggal di Istana. Pun ketika Kalven dinobatkan menjadi raja. Ya, pada akhirnya Sheikh Ahmeed menyerahkan tahta itu kepada Kalven. yang tentu saja membuat dua wanita yang mengikat Kalven bahagia.
"Ibu mertua bilang, kau mengundur lagi operasi plastik yang telah dijadwalkan?" tanya Deeva, memanut dirinya di depan cermin, memastikan riasannya sudah sempurna, jika belum, penata rias yang masih ada di ruangan sebelah siap memperbaiki. Hari ini adalah hari penobatan, jadi Deeva tidak mau ada kesalahan sekecil apapun.
"Yeah, aku hanya merasa ingin mengistirahatkan diriku sebentar. Kau tau, terkadang aku masih merasakan rasa sakit dalam tidurku akibat kecelakaan."
Deeva rasa tampilannya sempurna. Masih di depan cermin, dia berbalik, memastikan tidak ada yang salah pada bagian belakang gaun berwarna zambrut yang berkilau cantik di kulitnya. "Hm, aku rasa terserah padamu saja. Kau tau aku tidak keberatan. Tapi Ibu Mertua cerewet sekali."
Kalven terkekeh, kemudian memeluk Deeva dari belakang. Bagaimanapun, dia bahagia. Deeva tidak pernah mengeluh dengan keadaannya. Dan baginya, itu yang terpenting. "Terimakasih, Sayang." Dia mengecup lembut pipi Deeva dan wanita itu tertawa, berusaha menghindar.
"Jangan! Nanti riasanku rusak!"
Tersungut Alden melepaskan pelukan dan menjauh. "Percuma saja membayar mahal untuk riasan itu, jika satu kecupan saja bisa merusaknya." Kalven beranjak menuju laci tempatnya menaruh koleksi jam tangan dan memilih satu untuk dikenakan.
"Ngomong-ngomong, sampai kapan kedua tamumu tinggal di sini? Ini sudah beberapa bulan dan mereka masih di sini. Bukannya keberatan, mereka itu penolongmu. Tapi bukankah seharusnya mereka sudah lama pergi?" Deeva pergi ke tempat perhiasannya, merasa akan lebih bagus jika dia memakai anting-anting. Rasanya dia punya yang berwarna senada dengan bajunya, tapi lupa di laci mana dia simpan. Jadi Deeva mencari di beberapa laci.
"Masalahnya, mereka tidak punya tempat untuk pergi. Rumah dan perkebunan mereka belum bisa direbut kembali oleh orang suruhanku. Paman Aghnia yang mengambilnya ternyata bukan orang sembarangan. Dia tau betul bagaimana cara mematenkan kepemilikan."
"Kau akrab dengan anak perempuan itu?"
Kalven tertawa. "Dia memang mungil, dan terlihat masih remaja, tapi usianya sudah duapuluh tiga." Dan tidak punya sopan santun sama sekali. Walau usia Kalven hampir sepuluh tahun di atasnya, dan sebentar lagi menjadi raja, Aghnia terkadang masih saja memanggilnya si Idiot.
Deeva berbalik untuk menatapnya. Dan merasa Deeva menatapnya intens, Kalven mengangkat kepala untuk menatapnya juga.
"Kenapa?" tanya Kalven. dari tatapan Deeva sepertinya ada yang salah.
Deeva tersenyum seraya menggelang. Dia membalikan badan lagi untuk lanjut mencari anting-anting zambrutnya yang belum ketemu. "Aku hanya ingin memastikan, apa benar kau sedang tersenyum ketika membicarakan anak perempuan itu."
"Memangnya aku tersenyum?"
"Iya." Ketemu. Deeva meraih anting-anting dan memakainya. Sempurna. Memakai kalung akan sangat berlebihan, jadi dia biarkan lehernya polos.
"Kau tidak sedang cemburu, kan?"
Deeva tertawa kecil seraya berbalik menatap Kalven. "Mana mungkin. Aku tau seberapa besar kau mencintaiku."
"Dan seberapa besar kau mencintaiku?"
"Menurutmu?" Deeva bertanya balik sambil tersenyum cantik seperti biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE KING AND HIS MISTAKEN #2nd
Roman d'amourAku mencintaimu seperti Eros yang tertusuk panahnya sendiri, kemudian khianatmu mengubahku menjadi Hades. Akan kupastikan selamanya kau bersamaku di kegelapan. -Kalven Ayash Al-Arkhan Orang menganggap diriku psyche yang dicintai banyak orang, tapi a...