1- WARNA BARU

188 79 125
                                    

Kring

Bel istirahat berbunyi. Tampak semua siswa-siswi SMA Cakrawala berbondong-bondong menuju kantin untuk mengganjal isi perutnya. Sungguh, itulah kebiasaan setiap harinya.

Berbeda dengan gadis yang berambut sebahu, tubuh yang, ya, lumayan gemuk, mata agak sipit, kulit sawo matang, tengah duduk di bangku kelas paling belakang menikmati makanan berbentuk bulat, tengah bolong, berbalut mesis coklat, ya donat.

"Donat lagi, Ra?" Afra hanya mengangkat kedua bahu nya acuh dan tetap memakan donat itu, entah sudah keberapa kalinya. Sesekali membersihkan sudut bibirnya yang terkena mesis.

Memang, setiap hari Afra selalu membawa donat ke sekolah. Untuk mengirit uang saku, kah? Bukan. Karena ia tidak suka dengan tatapan tajam siswa-siswi yang menatapnya 'jijik'. Ibunya juga heran, kenapa Afra selalu menyuruhnya untuk membuatkan makanan bolong itu. Padahal, uang yang diberikan itu cukup, bahkan lebih.

"Temenin gue ke kantin, dong!" Afra sedikit sebal, apa tidak bisa, tidak usah mengguncangkan lengannya. Membuat donatnya hampir terjatuh saja. Menyebalkan.

"Ga mau, Cika." ucap Afra membenarkan duduknya menyamping, menatap Cika dengan wajah kesalnya. Jujur, malas sekali untuk berjalan. Fyi, jika di rumah, jarang sekali mandi. Dengan alasan konyol, yaitu malas berjalan. Tampak sekali wajahnya yang kumel dan kusam itu.

"Tiap hari lo nolak terus, males?" tanya Cika jengah melihat sahabat nya yang terus berasalan 'males' itu. Tanpa meminta persetujuan Afra, dengan seenaknya Cika menggeret lengan kiri Afra. Sontak, donat yang hampir masuk ke mulutnya itu terjatuh ke lantai. Cika tidak menggubris donat yang terjatuh itu dan tetap menyeret Afra untuk menemaninya di kantin. Sesekali Afra menengok ke belakang, melihat makanan bolong itu terjatuh. Mengenaskan.

***

Suara dentingan sendok dan garpu beradu bersama. Alvian, Bagas, dan Revan, tampak  menikmati makanan yang ada di depannya, bakso. Ketiga cowok itu, dijuluki dengan 'Preman Sekolah'. Siapa yang tidak kenal dengan mereka, si most wanted sekolah. Tak jarang, banyak perempuan yang mencuri perhatian mereka, tapi tetap saja, mereka bertiga acuh. Menurutnya jijik.

Bahkan, tidak ada yang berani terhadap mereka bertiga. Dengan alasan, Alvian mengancam siapapun yang berani melanggar perintahnya, akan dilaporkan kepada kepala sekolah. Dan tak lain itu adalah Ayahnya sendiri. Alvian seperti penguasa saja di sekolah SMA Cakrawala.

Hening. Itulah yang dirasakan mereka bertiga, yang tetap saja fokus dengan makanannya. Sesekali Alvian mengelap keringat di pelipis wajahnya dengan punggung tangannya itu.

"Al, ada mangsa lo tuh," ucap Bagas menepuk pundak Alvian pelan. Alvian mengikuti arah mata Bagas yang menunjukkan pada dua gadis sedang memesan makanan.

"Apa lo mau buli dia lagi?" ucap Revan sedikit berbisik. Alvian hanya menampakkan senyum devilnya. Dengan sigap, Alvian menepuk kedua bahu sahabatnya itu dan pergi meninggalkan mereka. Bagas dan Revan saling pandang, mereka tidak mengerti apalagi yang akan diperbuat oleh Alvian, sahabat gilanya itu.

"Perhatian semuanya yang ada di kantin ini!" sontak, semua siswa-siswi terkejut bukan main, menatap seseorang yang kini sudah diatas bangku dengan gaya berdirinya itu. Tangan kanannya mengepal di depan bibir, seolah-olah seperti mik.

Afra tampak takut dan cemas. Karena Alvian menatapnya dengan senyum meremehkan. Akankah dia berakhir hari ini? Akankah dia dibuli lagi? Sungguh menyebalkan. Kemarin, Afra dibuli oleh Alvian dan kedua temannya itu sepulang sekolah. Cika sudah mengetahuinya, karena curhatan Afra.

Dengan sigap, Cika memegang pergelangan Afra, dan menggenggamnya erat. "Tenang, Ra. Ada gue". Afra menetralisir detak jantungnya, menarik napas dalam-dalam dan mengembuskan nya pelan.

AFRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang