3- KEBERANIAN

134 54 117
                                    

IG : @lailinrr4

Taman kota hari ini begitu ramai. Banyak yang melakukan jogging, sepedahan, dan anak kecil yang sedang mengantre membeli cilok.

Sepatu kets putih, celana boyfriend, dan sweater putih menghiasi tubuh Afra. Tak lupa rambutnya dikuncir asal, meninggalkan anak rambut di sekitar telinga. Sesekali ia bersenandung ria, menikmati hari Minggu yang cerah ini.

Bruk

Aromanis berwana pink muda itu jatuh. Afra kaget, siapa yang membeli aromanis itu. Apa anak kecil? Dengan sigap, Afra mendongak keatas. Dan ia terbelalak menatap seseorang yang kini menatap tajam padanya.

"LO KALO JALAN PAKE MATA!" teriakan itu membuat pengunjung taman kota dan pedagang kaki lima melihat kejadian tersebut.

Alvian murka menatap Afra. Ia tertunduk malu. Kenapa dia dipertemukan kembali dengan laki-laki sombong ini. Tangan kanan Afra mengambil aromanis itu, dan berdiri menatap Alvian.

Tapi tunggu. Disebelah Alvian ada anak perempuan, kira-kira umur tujuh tahun.

Tangan kanan Alvian merampas kasar aromanis yang dibawa Afra. Anak kecil di samping Alvian merasa kasihan menatap Afra.

"Ini aromanis buat Viona, adek gue! Malah lo jatuhin! GANTI LAGI!" ucap Alvian sambil menunjukkan aromanis yang dibawanya itu.

"Kakak baik-baik saja?" Alvian kaget menatap Viona yang bertanya akan keadaan Afra. Alvian berpikir, jadi Viona tidak benci Afra juga? Entahlah.

Afra menggelengkan kepalanya, ia tetap menunduk takut dan malu. Viona sigap memeluk tubuh Afra.

"Kakak ga perlu ganti aromanis aku, kakak jangan takut ya. Maafin kak Alvian udah bentak kakak," Viona tersenyum mengembang menatap Afra. Tak habis pikir, ternyata sifat adik sama kakak berbeda. Afta kira sebelas duabelas.

"Iya," Afra membalas pelukan Viona dan tersenyum tulus menatap bocah di hadapannya kini. Mata bulat, kulit putih, tidak ada jerawat sama sekali di wajahnya, itulah Viona. Membuat Afra iri karena dia yang tak seberapa.

"Vio kita pulang!" Alvian menarik lengan Viona sedikit kasar, membuat sang empu meringis kesakitan. Afra tidak habis pikir, kenapa Alvian kasar kepada adiknya sendiri.

Alvian dan Viona melenggang pergi dari tempat itu. Afra menatap kosong pada kepergian dua makhluk yang tadi ada di hadapannya.

***

"Jadi tadi orang yang membulimu ada disini? Dan membentakmu?" David bertanya seolah tidak percaya akan curhatan Afra yang baru saja didengar. Afra menceritakan semuanya kepada David kejadian beberapa menit yang lalu.

"Iya Dav," Afra membenarkan duduknya, sesekali mengusap sepatu kets putih yang sedikit kotor itu. Ia menatap lurus ke depan. Kosong, pikirannya.

"Masih ada juga ya, orang seperti itu,"

"Nasib orang jelek ternyata se-hina ini ya,"

"Jangan ngomong gitu,"

"Emang kenyataan, orang jelek tidak akan pernah dinotice,"

David menatap Afra sendu. Ia bingung, apa yang harus dilakukan sekarang. Tangan kanan David merapikan koran yang diduduki nya sedikit tertekuk.

"Maaf Ra, aku mau jualan koran lagi. Gapapa?" tanya David pelan, dan dijawab anggukan oleh Afra. David berdiri dan menenteng beberapa koran yang ia bawa. Tak lupa juga tersenyum tulus kepada Afra sebelum pergi.

AFRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang