2. MULAI

51 4 9
                                    

Ramma POV

Halo semua!

Kenalin, nama gua Ramma. Yak! Ramma, dobel M-nya. Inget ya, R-A-M-M-A.

Kenapa M-nya bisa dua? Kata Mama gua sih, ada kesalahan penulisan ketika buat akta. Yah, mau gimana lagi, nasi telah menjadi bubur, hehe. Ternyata, bukan cuma telur di nasi goreng pinggir jalan langganan yang telurnya bisa dua, ataupun karet di bungkusan makanan yang bisa dua buat nandain makanan itu pedas, huruf M di nama gua juga bisa dua. Gak jelas ya? Lupakan!

Gara-gara huruf M di nama gua yang dobel, setiap perkenalan di mana pun, gua selalu kasih tau tentang "keunikan" nama gua. Contohnya pas perkenalan di sekolah baru kemarin.

Gua orangnya biasa-biasa aja kok, apalagi kalo masalah sekolah. Ngerjain tugas kalau ada, nyontek kalau tidak keburu,  atau mungkin bantuin tugas kawan kalau emang bisa dan lagi mau bantuin hahaha. Ikut kegiatan yang emang ingin diikuti. Akan tetapi, ya kalau diminta buat ikut dan gua sanggup, ya gua bantuin. Ya intinya "kalau bisa dilakuin, kenapa tidak?".

Oya, gua punya kedua orang tua yang benar-benar tangguh. Yang pertama Ayah gua. Dia - bisa gua bilang - merupakan sosok Ayah idaman. Ayah gua merupakan sosok pekerja keras yang sangat sayang sama keluarganya.  Apapun akan Dia lakukan demi menghidupi & memenuhi kebutuhan keluarga kecil(?) gua ini. Jikalau gua uraikan tentang bagaimana idamannya Ayah gua, minimal butuh waktu 2x24 jam lah, itu pun kalau gua gak muter-muter hehehe.

Kedua, gua juga punya sesosok Mama yang tangguh. Mama gua bisa ngatur pengeluaran ekonomi dengan pas dan bijak. Apapun hal yang berkenaan sama manajemen keuangan di keluarga, Mama gua ahlinya. Dia bisa dibilang irit pake banget hahaha. Contohnya, pernah gua sarapan nasi goreng "spesial" buatan dia. Gimana gak spesial? Ada telur sama sosisnya :). Eh kok gitu doang spesial sih? Lemme explain that.

Biasanya kalo Mama gua ini buatin nasi goreng, palingan isinya itu nasi, penyedap rasa, sama kecap aja :/. Pernah gua tanya kenapa gak dikasih telur, dan dia jawab...

"Nanti siang, teman-teman mama mau kumpul, telurnya mau dipakai buat adonan kue nanti."

Hmmm...

Walaupun dengan keiritannya Mama gua, dia tetap Mama yang hebat. Saat keuangan keluarga defisit pun, Ia bisa mengatasinya dengan baik. Ia benar-benar support system bagi Ayah gua untuk ngurusin gua dan saudara-saudara gua.

Ngomongin tentang saudara, gua ini anak ke-2 dari 3 bersaudara. Gua punya abang 'sebutan buat kakak laki-laki gua', namanya bang Gunawan,  biasa gua panggil bang Awan atau Wanwan. Gua juga punya adik perempuan yang gua panggil Sasa, nama aslinya sih Anisa.

To be honest, gua tidak terlalu akrab sama bang Awan. Alasannya simpel, bang Awan super sibuk sama kerjaannya. Gua cuma tau dia itu surveyor tanah, lahan, kebun, atau apalah itu dan kerja dari proyek ke proyek, atau mungkin dari kota ke kota, bahkan mungkin dari pulau ke pulau. Akan tetapi, sebenarnya gua kagum sama dia.  Dia orangnya tekun, totalitas, dan rela berkorban untuk keluarga.  Mungkin nanti gua bisa cerita lagi tentang dia.

Begitupun hubungan gua sama Sasa atau kalau lagi akrab, sering gua sebut  caca. Gua gak terlalu dekat sama Sasa. Alasannya cukup dua hal. Pertama, pautan usia kita yang cukup jauh. Terakhir, karena beda gender, simpel kan? Hehehe.

Ya walaupun gua dan Ayah gua merantau demi proyek yang Ayah kerjakan. Gua tetap sering tukar kabar sama keluarga gua di sana. Gua berharap suatu saat, gua pun bisa memberikan kebahagiaan untuk mereka.

Baru saja minggu kemarin bang Awan mampir ke mes, Ia datang sembari membawakan beberapa keperluan belajar buat gua, seperti kalkulator saintifik, lampu belajar, beberapa buku rumus, dan kamus bahasa - yang gua yakin - bekas dia pas kuliah dulu. Aneh gak sih? Tapi sepertinya pemberian dia pun berguna atau akan dengan baik kok, harusnya.





"Hoammm"

"Gilak!, asik juga ya bisa tidur nyenyak gini" ucap gua sambil meregangkan tubuh, khas orang yang baru bangun tidur.

Karena masih ngantuk, atau emm.. ­pewe, ditambah lagi hari ini merupakan hari Sabtu, gua kembali ndusel-ndusel­ di kasur tercinta ini. Gimana ­enggak? Tidur ini merupakan tidur ternyenyak gua selama gua ada di kota ini. Kemarin-kemarin, gua selalu sibuk ngurusin keperluan gua di sini, mulai dari cari beberapa pakaian baru, beli seragam sekolah baru, bolak-balik ruang guru-ruang kepsek buat ngurusin berkas-berkas, atau ke hal sepele seperti jalan-jalan malam mengenal kota.

Setelah beberapa menit ndusel, akhirnya gua pun bangun buat cari sarapan.Tidak lupa, gua cuci muka dan sikat gigi dulu. Tidak butuh waktu lama, gua pun langsung cus pergi ke pinggir jalan yang gak jauh dari sini buat cari nasi uduk. Yah, inilah kegiatan rutin gua di pagi hari. Karena gua di sini cuma sama Ayah, apalagi dia selalu sibuk selama di sini, bahkan weekend sekalipun. Jadi, ya mau gak mau untuk sarapan harus beli di luar.

"Bang, biasa ya, bungkus!" ucap gua ke Abang nasi uduk

"Siap Ram, tunggu bentar ya," ucapnya sambil menyiapkan seporsi nasi uduk dengan menu biasa yang gua pesan.

Hanya butuh beberapa menit, akhirnya pesanan gua pun jadi.

"Nih, Ram"

"Makasih ya bang" balas gua sambil mengambil bungkusan itu, kemudian mengambil uang di saku, lalu segera membayarnya

Setelah selesai, gua pun bergegas pulang karena tidak sabar untuk makan nih nasi uduk, perut gua laper banget woy, hahaha.

Sesampainya gua di depan pintu, gua melihat ada amplop putih tepat di bawah pintu, diselipkan.

'Eh, kok ada amplop di sini? Kayaknya pas gua berangkat gak ada deh,' batin gua sambil mengambil amplop yang gua perkirakan isinya adalah sebuah surat.

'Ah, mungkin punya Ayah...' lanjut gua sambil masuk ke dalam rumah.

Gua pun menaruh amplop dan nasi uduk di atas meja ruang tamu, lalu ke dapur untuk cuci tangan dan mengambil sendok makan. Setelah itu, gua pun kembali ke depan dan segera menyantap sarapan. Tidak butuh waktu lama –karena gua lapar-, akhirnya seporsi nasi uduk komplit ludes masuk ke perut gua.

Setelah selesai "bergelut" dengan sarapan, gua pun melirik ke arah amplop tersebut. Gua ambil amplop itu, gua perhatikan sambil berpikir siapa pengirim dan apa isinya.

'Hmm... aneh,'gumam gua

'Gak biasanya ada orang yang masih ngirim surat pake amplop ginian, mana amplopnya kayak amplop lama,'.

Sejenak, kembali gua perhatikan detail dari amplop ini, amplopnya sudah menguning khas amplop lama. Namun, begitu gua balik amplopnya, sontak gua terkejut. Ada nama gua! Hmm... yang ditulis – gua yakin – baru-baru ini 'tidak selama kertas amplopnya'.



Ramadhan Radhitya



Yap, tertulis di amplop yang – gua yakini – isinya adalah surat, nama lengkap gua. Gua perjelas, hanya ada nama lengkap gua saja. Tanpa nama pengirim, alamat pengirim, alamat gua, bahkan logo ataupun nama instansi. Hipotesis gua, ini amplop diantar langsung sama penulisnya atau paling tidak, tidak dikirim menggunakan jasa ekspedisi. Itu terbukti dari tidak adanya perangko, resi, atau apapun itu yang berhubungan dengan jasa ekspedisi.

Sambil menerka-nerka dari siapa amplop ini, gua lihat kembali tulisan nama gua. Tulisannya begitu khas, itu hal pertama yang terlintas di benak gua. Gaya penulisannya mirip seperti tulisan "The" yang ditulis Spongebob saat mengerjakan essai Sekolah Mengemudi Mrs. Puff.


But wait...







Author's Note :

Halo semua

Mohon maaf ya karena ga update lama hehehe.

Kemarin kan masih sibuk-sibuknya persiapan untuk masa depan...  Kalian pasti tau kan?

Nah kemarin, tiba-tiba terlintas alur baru cerita ini.

Akhirnya, ada revisi mayor dan minor di beberapa bagian. Termasuk tokoh utama dan gaya bahasanya.

Sila baca kembali dari awal yaa...

Mohon koreksinya jikalau ada salah penulisan kata ataupun makna

Terima kasih semuanya!


~ stargazingboy4,  12 Juli 2020

Intelligentia : Menatap BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang