4. The Beginning

42 3 0
                                    

[Author's POV]

//

Cause you only need the light when it's burning low~

Only miss the sun when it starts to snow~

Only know you love her when you let her go~

Only know you've been high when you're feeling low~

Only hate the road when you're missing home~

Only know you love… *beep*

Rabu pagi telah datang. Ramma pun langsung bergegas bersiap-siap ke sekolah setelah mematikan alarm di ponselnya, setelah mandi pagi dan melaksanakan ritual keagamaan tentunya.

Setelah menggunakan seragam, Ramma menuju ke luar mesnya.  Ia melihat Ayahnya sedang mengobrol dengan kawan seproyeknya di sebuah set meja di lantai satu . Karena mes yang ditempati Ramma terletak di lantai dua, Ia pun menuruni tangga dan menghampiri Ayahnya.

"Pak, Ramma mau beli sarapan, Bapak sama Mas Aji mau titip juga?" Tanya Ramma.

"Boleh, biasa ya Ram, jangan lupa buat Bapak jangan pakai sambal" Jawab Ayahnya Ramma disertai anggukan dari Mas Aji.

Ramma pun ikut mengangguk dan segera bergegas keluar area mes untuk membeli tiga porsi sarapan.

Tidak lama setelahnya, Ramma pun sampai ke Abang nasi uduk favoritnya, lalu segera memesan.

"Bang, tiga, bungkus ya," Ucap Ramma sembari duduk di kursi panjang yang ada.

"Yang satu jangan dikasih sambal." Lanjutnya.

"Lauknya apa nih? Samain aja?" Tanya Abang nasi seraya menengok ke arah Ramma duduk.

"Iya bang, samain aja."

Singkatnya, setelah selesai membeli, Ramma bergegas kembali ke mesnya karena khawatir terlambat ke sekolah.

Sesampainya di mes, Ramma langsung memberi dua porsi nasi tersebut ke Ayahnya.

"Pak, nih," ucap Ramma seraya memberikan bungkusan tersebut.

"Yang karetnya dua berarti pedas." Lanjutnya.

Ketika Ramma ingin beranjak naik menuju mesnya, Ayahnya Ramma memanggil Ramma.

"Ram, tunggu,"

Ramma pun menoleh ke Ayahnya tanpa berkata apapun, tetapi memasang ekspresi seperti sedang berkata "Kenapa, Pak?"

"Bapak ada kontrol ke cabang proyek di Jakarta Timur, Ram,"

"Jadi, Bapak sama Mas Aji bakalan di sana selama 2 mingguan. Kamu bisa kan sendiri?" Jelas sekaligus tanya Ayahnya.

"Kapan berangkatnya, Pak? Sekarang banget?" Tanya balik Ramma

"Iya, hari ini. Jam 10 nanti berangkat." Jawab Ayahnya.

"Hufft..." Ramma menghela napasnya

"Yaudah, Pak. Nanti Ramma ajak Bagas ya kalo sepi. Atau Ramma yang menginap di Rumah Bagas. Boleh, Pak?" Lanjutnya.

Ayahnya menjawab dengan mengangguk tanya setuju. Ramma pun kembali naik menuju mesnya.

Sesampainya di dalam, Ramma kemudian segera menyantap sarapannya. Setelah selesai menyantap sarapannya, Ramma segera mengambil tas sekolah yang sudah disiapkan dan segera memakai sepatu.

Ramma pun kembali ke bawah sekaligus berpamitan kepada Ayahnya, yang masih saja mengobrol dan belum menyantap sarapannya.

"Pak? Ramma berangkat sekolah ya." Ucap Ramma seraya salam-cium-tangan Ayahnya.

Intelligentia : Menatap BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang