"Yah ...," Luna menatap kesal kertas-kertas yang jatuh berserakan ke bawah lantai saai ia mengangkat laptopnya. Seharusnya ia menahan kertas-kertas itu agar tetap berada di atas keyboard.
"Clumsy as always deh," Wanda, salah seorang pembuat konten politik di Tarun News berkomentar dan melewati Luna begitu saja.
"Yeee, bantuin kek," kata Luna tak acuh sambil berlutut. Meskipun dia berusia cukup matang ketimbang rekan sepantarannya, tapi tak sedikit pun perempuan ini memiliki wibawa di antara mereka. Selain karena pipinya yang tembam seperti balita, sifat perempuan ini juga kekanakan dan serampangan.
Beberapa laki-laki sudah gemas setengah mati terhadap Luna. Sudah imut, kalau bekerja sering salah, dan gayanya pun segar khas anak muda. Tak heran orang-orang sering salah menebak usianya. Mereka sering berpikir Luna adalah seorang fresh graduate, padahal dia sedang berjalan menuju tahun-tahun terakhir usia 20an.
Mas Ditya dan beberapa temannya yang lain membantu mengumpulkan kertas-kertas itu.
"Luna buruan," suara malas dan lelah Kamal terdengar dari ruang rapat.
"Iya Pak sebentar lagi sabaaar," ujar Luna tanpa koma dan titik. Dia paling panik jika diburu-buru seseorang.
Setelah semua kertas terkumpul, dia tersenyum kepada teman-teman yang membantunya, "Thanks, guys."
Jumat pukul sepuluh pagi. Seluruh redaksi Tarun News bersiap. Rapat target issue akan dilakukan. Lewat Rapat mingguan, semua topik konten mereka akan dibahas. Kamal selalu mengawali rapat dengan meng-update materi untuk konten gaya hidup.
"Let's just get started. Mas Ditya, apa materi lifestyle untuk minggu depan?" Kamal memulai rapat dengan cepat.
"Kita mau ngangkat fenomena adu mobil mahal para artis. Ini baru ada dua artis yang saling pamer dan mahal-mahalan mobil. Tapi Luna yakin nanti ini bakal viral dan artis lain bakal menyusul. Ya kan, Lun?"
Luna mengangguk, "Pasti bakal viral banget nih, soalnya mereka main tag-tag-an account temen artis lain gitu. Nanti tinggal pancing komentar netizen di konten kita biar traffic-nya ramai."
Kamal tampak tak suka dengan ide itu, tapi dia memutuskan untuk menunduk dan fokus kepada catatannya sambil menghela napas pasrah.
"Terus? Itu aja Mas?" tanya Kamal.
"Sama apalagi ya, Lun?" Ditya malah melempar pertanyaan itu langsung ke Luna. Kerutan di dahi Kamal makin dalam dibuatnya.
"Itu loh, Mas, beauty blogger yang blunder itu. Jadi-"
"Pembahasan anak lifestyle tuh kenapa ya nggak jauh-jauh dari viral artis atau blundernya influencer?" Wanda, manusia paling sensi kepada Luna di Tarun News memotong penjelasan tentang beauty vlogger tadi.
Suasana menjadi cukup tegang di ruang rapat. Luna yang merasa terserang menengok ke arah Ditya. Bukannya membela, redaktur pelaksananya itu malah bengong menatap wajah tegas Wanda yang menunggu jawaban dari tantangan tadi. Merasa Ditya tak bisa diharapkan, Luna menatap Kamal.
Pria itu menatap lurus ke arah Luna tanpa berkata apapun. Rahang Luna mengeras. Diamnya Kamal sudah membuktikan berada di sisi mana pria itu berdiri.
Anak-anak gaya hidup memang benar-benar telah menjadi anak tiri di Tarun News.
"Bisa gue selesein dulu nggak penjelasannya?" tanya Luna. Dia mungkin bodoh dan cengeng, tapi tidak ada ceritanya dia mengalah saat dipermalukan begini. Memangnya dia tokoh perempuan tak berdaya di serial televisi?
"Kenapa sih orang-orang yang nyari sensasi itu harus kalian lahap terus umpannya? Nggak penting, cuma bikin mereka makin beken dan nutupin banyak isu penting yang terjadi di negara kita," ujar Wanda. Luna menyeringai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Provoactive [TERBIT]
RomanceKamal, pemimpin redaksi Tarun News, kedatangan anak baru yang tidak disukai karena keserampangan anak tersebut. Luna, mantan asisten atasan yang akhirnya mendapat posisi sebagai pembuat artikel gaya hidup dalam perusahaan news content supplier untuk...