Star from here

13 5 1
                                        

Happy reading cemuaa!!
Jangan lupa vote+comment sebanyak-banyaknya ya*

Kring...kring...kring

Suara alarm yang memekakkan telinga itu berasal dari kamar seorang gadis yang masih betah bergelung didalam selimut berwarna hitam kesayangannya itu. Tangannya masih sibuk meraba-raba kearah meja dimana alarm sialan itu berasal, dengan susah payah menggapai akhirnya. Tuk

"Hoam". Dengan mata terpejam gadis itu bangun bersandar dikepala ranjang dan mengambil sebuah handphone yang berada tidak jauh dari kasurnya. Membuka aplikasi kamera dan mengarahkan ke wajahnya, dia mendengus kasar seperti biasa rambut yang acak-acakan, muka yang dipenuhi dengan jerawat, kulit yang gelap, belum lagi badannya yang berisi dan seperti ingin meledak  kapan saja. Dengan penampilan seperti ini tidak heran kalau tidak seorang pun yang mau berteman dengan nya.

Kadang dia berfikir kenapa tuhan memberikannya tubuh dan penampilan yang begitu mengerikan, dia juga ingin seperti gadis-gadis lainnya yang cantik, putih, mulus, langsing, dan layak untuk dilihat. Namun, gadis itu segera mengenyahkan fikiran seperti itu, dia tidak boleh menyalahkan tuhan, harusnya dia yang lebih bersyukur masih banyak diluar sana orang yang lebih tidak beruntung dari dirinya, semua manusia cantik dengan porsi nya masing-masing.

Aku gak boleh insecure, aku cantik dengan porsiku terimakasih tuhan, aku bersyukur atas berkahmu.

****

Jam sudah menunjukkan pukul 07.10, namun gadis yang sedang berjalan tergopoh-gopoh diatas tangga itu masih sibuk menggerutu dengan kaus kakinya yang kekecilan, padahal baru kemaren perasaan dirinya membeli kaus kaki yang ukuran besar sekarang malah sudah kecil kembali, apa kaus kakinya bisa mengecil?, Atau kakinya yang berkembang?, Memikirkannya saja sudah membuatnya pusing.

"SELAMAT PAGI EPRIBADEHH!!" Suara toa itu serentak membuat ketiga orang yang sedang duduk dimeja makan itu kompak menutup telinga dan mengelus dada. Tidak heran lagi dengan suara yang begitu memekakkan telinga mereka setiap paginya.

"Heh maemunah, kalo baru nongol tuh ngucap salam bego bukan teriak-teriak gak jelas gitu kayak monyet aja lo". Gadis yang dipanggil maemunah itu menatap laki-laki yang terlihat tampan dengan kaos hitam dan celana jeans yang senada itu dengan tajam.

"Terserah gue dong bangke rumah juga bukan rumah lu, suara juga bukan suara lu, ngapa jadi lu yang sewot dah, dan satu lagi nama gue Thea Aqhila bukan maemunah ya monyet". Gadis yang bernama Thea itu menghampiri meja makan dan mencium bergantian pipi seorang wanita dan pria paruh baya yang terlihat masih muda dan terlihat cantik dan tampan itu.

"Pagi mom, dad". Yang di panggil mom dan dad hanya tersenyum manis melihat kelakuan putri kesayangannya itu.

"Heh adek ga ada akhlak abang lu yang ganteng yang melebihi manu rios ini gak lu sapa? Wah ajaib lu" Seru laki-laki yang sedari tadi kesal melihat tingkah adek laknat nya yang sedang menatapnya dengan bingung

"Pfttt, Manu rios? Bwahaha, Gila aja lo bangke yang pantatnya manu rios aja kaga ada mirip-mirip nya sama lu hahahaha" Thea masih tertawa seperti orang kerasukan tanpa memperdulikan wajah abangnya yang sudah memerah menahan marah.

"Bangke pala lu kotak, nama gue Keano Mahendra anjir bukan bangke dan apa tadi? Pantatnya manu rios kaga mirip? Yang ada pantat gue lebih cakep dari pantat si manu manu itu kambing"

"Kan udh pas bangke ano  kan bang? Hahaha" Thea merasa puas melihat wajah abang nya yang ditekuk kesal itu

"Terserah lu maemunah" Thea masih sibuk meredakan tawa nya sedangkan kedua orang tua yang memperhatikan kedua anaknya itu hanya bisa tersenyum sambil menggelengkan kepala

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Wound Is YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang