PROLOG

231 25 2
                                    

Coba tanyakan pada gemercik air yang jatuh,
Pada embun yang menghiasi dinding kaca,
Atau bahkan pada lumut yang menempel di sudut ruangan,

Sudahkah kita pantas untuk saling mendoakan?
Atau selamanya aku hanya menjadi bayangan senja?
Bersembunyi dibalik sang mentari yang menyinari harimu.

Ini kisahku,
Tentang aku yang memendam rasa dalam diam.

Wahai Lucas Anggara,
Tolong lihat aku, meski hanya sedetik saja.

—Yuqi Indriani (Bali, 13.07.2020)

>>~<<

"Qi, bagus gak?" Pagi itu, tepat sebelum bel masuk kelas berbunyi, Lucas memperlihatkan sepasang cincin lengkap dengan kotaknya yang berwarna keemasan.

Yuqi menganggukkan kepalanya, sembari tersenyum sumringah, "Bagus, bagus. Pasti mehong nih." Dilihatnya sepasang cincin itu dengan seksama, ada inisial huruf L dan Y yang tertera disana.

Satu hal yang menyakitkan, inisial Y itu bukanlah inisial namanya.

Lucas memasukkan kotak cincin itu ke dalam saku celana seragamnya, "Mehong lah gile. Doain ya, semoga Yeri suka sama cincin ini. Nanti malem mau gue kasih dia. Dalam rangka hari jadian kita yang ke satu tahun."

"Udah beli bunga belum?" Tanya Yuqi.
"Belum, Qi. Habis pulang sekolah entar gue mau beli. Eh bagusnya bunga mawar merah atau putih ya?" Lucas tampak kebingungan. Ia pun meminta pendapat sahabat karibnya itu.

"Beliin rafflesia arnoldi aja." Ucapnya dengan suara pelan agar Lucas tidak bisa mendengarnya.
"Hah? Apaan Qi? Lo ngomong atau bisik-bisik sih elah. Ga denger gue." Keluh Lucas yang saat itu terduduk di bangku di depan Yuqi.

"Mawar putih aja. Cewe itu suka dikasi mawar putih, melambangkan kesucian cinta lo ke dia." Sahut Yuqi sembari melanjutkan aktivitasnya merangkum materi pelajaran sosiologi.
"Gitu ya? Eh, lo berasa kayak pernah dikasi bunga aja, Qi." Lucas meledeknya. Lucas tahu betul, sahabatnya itu sama sekali belum pernah berpacaran. Menurutnya, fokus Yuqi hanyalah buku dan buku.

"Kan, mulai deh belagunya keluar! Mentang-mentang lo udah punya pacar." Yuqi menatap sinis ke arah Lucas. Ingin rasanya menusuk bola mata pria di hadapannya itu menggunakan pulpen yang tengah dipegangnya.

Lucas tertawa, "Ya makanya. Cari pacar gih. Lo sih terlalu fokus sama buku. Emangnya mau pacaran sama buku?"

Yuqi membatin,
Silahkan hakimi gue sesuka lo, Cas.
Selama ini, itu pandangan lo ke gue kan?
Gak punya pacar karna sibuk sama buku.
Tapi sebenarnya bukan itu alasan konkretnya.
Satu-satunya alasan kenapa hingga saat ini gue masih jomblo, ya cuma lo.
Kenapa lo masuk ke dalam hati gue tanpa ijin terlebih dahulu?
Kenapa juga lo menetap disana tanpa ada niatan untuk keluar?
Lalu, siapa yang pantas disalahkan?
Jelas itu gue.
Cewe bodoh yang dari kelas sepuluh udah suka sama lo, tanpa lo sadari sedikitpun.
Maafin hati gue yang terlalu lemah ini.
Yang gak bisa membendung kuatnya pesona lo.

>>~<<

Bayangan Senja | Lucas x YuqiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang