39 - 👑

3.4K 450 26
                                    

Semakin membosankan wkwkwk
40 udah END kok :)
Comment yang banyak ye

Eunha kini tengah duduk di ruangan yang sama dengan Tzuyu. Gadis yang ingin ia ajak bicara kini duduk di depannya sembari melihat-lihat teh yang diberikan olehnya.

"Silahkan diminum tehnya, Jung Eunha-ssi. Aku tidak tahu apa teh kesukaanmu jadi ini yang bisa kusuguhkan untukmu. Jika kau ingin yang lain katakan saja." Kata Tzuyu.

"A-ah, iya. Saya suka teh bunga krisan. Ini sudah cukup."

"Baiklah, katakanlah maksud kedatangan ini." Tzuyu kini meletakkan kotak teh dari Eunha di mejanya dan dengan arogan mengganti posisi duduknya. Ia menatap Eunha yang kini menelan ludahnya dengan pikirannya yang kemana-mana.

"Bisakah saya menceritakan sesuatu?" Tanya Eunha.

"Tidak sepertinya yang dikatakan oleh sekretarisku tentang maksud kedatangan ini..., tapi baiklah, lanjutkan. Aku tidak bisa menyia-nyiakan perjalananmu ke sini, bukan?"

Eunha tersenyum sedikit tidak nyaman dengan balasan Tzuyu. Ia berusaha untuk menguasai dirinya seperti dulu. Di pada saat ia berada di atas Tzuyu. Sebagai orang yang memiliki pangkat di atasnya.

"Ada seorang pria yang hidup di suatu negara besar. Pria itu adalah orang yang sangat berpengaruh di negara itu dan ia adalah orang yang sangat menjunjung tinggi nama negaranya. Kakaknya adalah pemimpin dari negara itu dan kakaknya itu memiliki tiga keponakan. Keponakan ketiga memiliki teman perempuan yang tertarik pada keponakan keduanya. Tapi, keponakan keduanya tidak suka dengan dengan teman adiknya yang menyebabkan teman adiknya ini patah hati.

Dan dengar-dengar paman mereka yang sangat setia pada negaranya itu menaruh sihir hitam pada gadis itu sehingga ia membunuh putri dari pemimpin negara lain yang menjadi pasangan keponakan kedua. Menurutmu, kenapa sang paman yang sangat setia pada negaranya melakukan itu?" Tanya Eunha setelah bercerita panjang lebar.

Tzuyu tersenyum miring, "Mudah sekali. Ini tidak jauh-jauh dari kata perebutan status. Sang paman ini menginginkan tempat kakaknya di mana ia bisa mengkambing hitamkan teman keponakan ketiga dengan putri dari pemimpin negara lain. Itu adalah skala besar permasalahannya karena notabene dari yang ia kambing hitamkan adalah negara lain yang seharusnya memicu perselisihan, bukan?"

"Kenapa sang paman menginginkan tempat kakaknya? Ia sangat setia dengan negaranya. Ia tidak seharusnya mengambil alih status milik pemimpin negara, bukan?"

"Nona, semua orang berhak memiliki ambisi. Dan paman ini..., ia bisa saja menyembunyikan ambisinya, bukan? Atau mungkin ia tidak cocok dengan pemimpin negaranya. Ia menginginkan sesuatu yang tidak bisa atau malah tidak dilakukan oleh kakaknya yang ia rasa mampu ia lakukan."

Eunha terdiam sejenak. Dalam pikirannya ada banyak sekali kemungkinan yang masuk jika pamannya itu menginginkan posisi yang dimiliki oleh ayahnya. Kemarin ia pikir itu sangat tidak mungkin dan kini ia tahu, sebenarnya ada banyak hal yang mengacu pada pamannya.

"Aku sudah pernah berada di dalam posisi sebagai korban dari paman itu dan aku bersumpah tidak akan lagi tertindas. Oleh karena itu Eunha-ssi, informasi ini bisa kau percayakan padaku." Kaya Tzuyu.

"Anda pernah dalam situasi ini?"

"Tentu saja. Tidak ada kata maaf yang bisa diberikan, bukan? Akan lebih baik jika keponakan itu membalas dendam pada pamannya karena telah membunuh putri pemimpin negara tadi."

Eunha menggeleng, "Bukannya kita harus saling memaafkan? Seberapa berat itu tapi mereka adalah orang yang pernah menjadi orang terdekat kita dan berada di sisi kita."

Princess Lalisa 2? (Lizkook) ✔ E-BOOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang